Seringai lelaki pemilik bekas luka di pelipis itu semakin lebar, saat bola mata hitam pekatnya menatap mobil silver yang keluar dari gerbang sekolah. Pemilik mobil membuka kaca setengah memberikan senyuman pada satpam sekolah. Dengan pasti menyalahkan motor tanpa memasang helm, helm yang berguna untuk melindungi kepala lelaki itu bertengger di pergelangan tangan.
Mobil silver yang Arga buntuti melaju dengan kecepatan sedang. saat mobil silver itu melewati depan gang sempit, Ia melaju cepat untuk menghadang mangsa.
Saka menginjak rem secara mendadak, untung ia selalu berkendara dengan pelan dan selalu memasang sabuk pengaman. Menatap lelaki yang turun di atas motor lalu menghampiri dirinya.
Suara ketukan di balik kaca mobil menjadi alasan Saka keluar. "Kenapa?" Tanyanya bingung. Saka adalah tipikal cowok yang malas mendekati onar.
Emosi Arga sudah tidak bisa di tahan, bayangan soal Kaya yang akan lepas dari belenggunya membuat Arga hilang kontrol. Tanpa aba-aba ia melayangkan tinjuan. Namun, berhasil di tolak.
"Woy! Maksut lo apa." Meski Saka terkenal kalem tapi pada dasarnya ia adalah lelaki tangguh. Siapa yang tidak marah jika ada orang memukul tanpa alasan.
Arga tersenyum miring, menatap lelaki yang tidak bisa di anggap remeh. Adu jotos adalah makanan sehari-hari untuk Arga. Namun, sejauh ini belum ada satu orang pun dapat menolak pukulan cepat tadi.
"Lo berani ngusik sesuatu yang di takdirkan buat gue! Jadi lo harus berani terima akibatnya." Arga menjauh dari lelaki di hadapannya, memberi kode agar lelaki itu melawan. Namun, yang ia dapatkan hanya dengus malas.
Tersenyum remeh. "Lo terlalu menganggap enteng gue." lelaki bertatto ini memberikan pukulan, berhasil di tolak lagi oleh Saka, tidak sampai di situ ia kembali melayangkan tinjuan tanpa henti namun selalu gagal.
Sengaja memberikan pukulan lambat agar dapat membaca elakan dan merekam setiap gerakan lelaki itu, hingga tahu di mana letak pukulan talak untuk mangsanya. "Gue rasa main-mainnya udah cukup, sekarang gue kasih lo keringanan sedikit, lo boleh pukul gue duluan."
Sekali lagi Saka hanya menatap malas. "Gue rasa kita nggak pernah ada masalah sebelumnya, lo--" deringan ponsel berbunyi nyari di saku celana abu-abunya, ia angkat saat melihat nama sang Adik tertera pada layar ponsel.
Bagaimana dengan Arga? Menatap tajam musuh, membiarkan Saka berbicara di balik ponsel. Arga ingin mengulur-ulur agar dapat menikmati saat menerkam. Sejauh ini hanya lelaki ini yang berani mengusik gadisnya terlalu jauh.
"Iya, tunggu bentar, nanti Kakak jemput kamu sama Kaya, Kakak lagi ada sedikit masa---Akh!" ucapan Saka terhenti saat sebuah pukulan yang begitu keras menghantam rahangnya. Ponsel yang ia genggam terhempas jauh.
Arga ingin bermain-main. Namun, saat nama Kaya terlontar amarahnya tidak bisa di bendung lagi. Ia menarik kerah baju Saka, mengajak lelaki itu masuk ke dalam gang sepi.
Saka menepis, berdiri sambil menghapus kasar bekas pukulan di rahang. "Maksut Lo apaan sih!"
"Lo udah berani usik milik gue!"
Saka menampilkan wajah bingung. Masih tidak mengerti alasan lelaki di hadapannya menyerang secara tiba-tiba.
Arga menyadari wajah kebingungan sang mangsa. "Kaya. Kaya milik gue."
Setelah nama Kaya terdengar baru Saka mengerti, menyimpulkan bahwa lelaki asing ini adalah lelaki yang di ceritakan gadis itu saat bertandang ke rumah.
"Oh, jadi lo cowok kebanggaan Kaya. Najis, Kaya nggak pantes sama cowok modelan lo. Kaya masih terlalu lugu buat bedain mana yang baik dan mana yang buruk, gue akan tunggu di mana Kaya sadar kalau lo gak pantes dan gue akan gant---"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYANTA (ON GOING)
Teen FictionWarning : Banyak kata-kata kasar dan kekerasan. Ini tentang Gadis Bernama Kayana Aldaria yang mengklaim teman Kakaknya sebagai cinta pertamanya. Tentang perjuangan Kaya, mengejar lelaki yang bahkan enggan menatapnya. Tentang bagaimana ia berusaha un...