Tiga hari berlalu, dan pada hari ke empat setelah kejadian kaki Kaya terluka di apartemen Arga ia kembali masuk sekolah.
seperti hari-hari sebelumnya, berangkat bersama Arga. Lelaki itu, memberikan perhatian kecil seperti memasangkan helm, membantu naik motor.
Semua tingkah itu tidak luput dari padangan lelaki paruh baya yang berdiri di samping mobil.
“Ayah masih panasin mobil?”
Reno menoleh pada asal suara, anak laki-lakinya sedang mengeluarkan motor, bersebelahan dengan mobilnya di gerasi.
“Bentar lagi mau berangkat, kamu pulang sekolah langsung pulang, ada yang mau Ayah bicarakan, penting.”
Lio mengangguk, memasang helm. Ia sudah paham, pembicaraan penting bagi Ayahnya tidak jauh dari seputar pekerjaan. “Lio berangkat dulu, Yah.” Suara itu disusul dengungan mesin motor menjauh
🕊️🕊️🕊️
Kaya berjalan bangga di koridor, wajah semringah menunjukkan pada seluruh sekolah bahwa lelaki incarannya sudah ia miliki. Tanpa perlu berbicara, orang-orang pasti sudah tahu hubungan dirinya dengan Arga, terlihat jelas dari rangkulan posesif lelaki itu pada pinggangnya.
Setidaknya Kaya mengambil kesempatan yang membanggakan meski di balik itu semua ia sangat tertekan. Toh, orang-orang tidak tahu kebenaran dari hubungan mereka, yang seluruh murid tahu adalah ia gadis beruntung di lindungi pentolan sekolah dan selalu diperlakukan bak Ratu.
Senyum bodoh terus berlangsung hingga di depan kelasnya, bahkan gadis itu tidak sadar jika sudah berhenti melangkah.
Arga menampilkan senyum kecil melihat tingkah kekasihnya, terlihat dungu tapi menggemaskan. Gemas dengan ekspresi dungu itu tanpa melihat keadaan, Arga memberikan kecupan singkat namun bersuara pada pipi gadisnya.
Kaya berkedip-kedip, wajahnya memerah, “Kakak Anta,”
Arga suka mendengar suara itu, hanya Arga yang suka. Mungkin bagi orang lain itu menjijikan ketika suara gadis sma di buat semenye-menye mungkin.
“Iya sayang. Istirahat gue jemput.” Arga membumbukan usapan pada surai kekasihnya sebelum melenggang pergi.
Sedangkan gadis itu sudah senyum-senyum memasuki kelas, tanpa sengaja beradu pandang dengan Caffa, raut gadis itu kembali tidak bersahabat, sangat berbeda dengan sebelumnya saat ia bersama Saka.
Mencoba berfikir positif, mengira gadis itu sedang bedmood, kembali melangkah ke mejanya.
“Makin lengket aje.” Ozan menaik-turunkan alis, menggoda temannya yang sedang kasmaran.
Syala yang duduk di sebelah Kaya juga tidak mau kalah, menyikut teman semejanya kemudian memasang wajah menyebalkan.
Sedangkan Kaya hanya senyum malu-malu. Seketika wajah kedua temannya berekspresi jijik.
“Jijik Kay. Ngomong-ngomong lo gak di marah Bang Lio?”
Pertanyaan Ozan barusan juga menjadi tanda tanya oleh Syala, gadis ini ingat betul dengan ancaman Lio waktu itu.
“Gak, Bang Io malahan orang pertama yang tahu hubungan kami.”
Obrolan mereka terus berlanjut, dari rasa kepo Syala dan Ozan dengan awal mula hubungan Kaya hingga pertanyaan lainnya, jam pertama kosong, dan itu dimanfaatkan mereka bertiga dengan mengobrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYANTA (ON GOING)
Teen FictionWarning : Banyak kata-kata kasar dan kekerasan. Ini tentang Gadis Bernama Kayana Aldaria yang mengklaim teman Kakaknya sebagai cinta pertamanya. Tentang perjuangan Kaya, mengejar lelaki yang bahkan enggan menatapnya. Tentang bagaimana ia berusaha un...