Setelah meletakan tas di meja, Kaya celingak-celinguk mencari kedua temannya yang entah ke mana, ia hanya melihat tas dua manusia itu. Dalam pencarian karena gabut akhirnya Kaya menemukan Ozkar dan Syala yang cosplay menjadi cicak, menempel di dinding.
"Ozkar! Syala!" Teriak gadis pemilik bola mata coklat cerah tersebut. Ia kembali ingin bersuara sebelum telunjuk kedua temannya berada di bibir masing-masing, menginterupsi Kaya untuk diam.
Kaya bingung dalam bungkamnya, tidak ingin pusing dengan rasa kepo yang menumpuk ia segera mendekati Ozkar dan Syala.
"Kalian ngapain?"
Mereka menoleh menatap horor pemilik suara. "Diem," ucap keduanya kompak.
Bola mata coklat miliknya menyipit, menatap aneh dua manusia yang kembali mengintip ruang wakil kepala sekolah. Tidak ingin menambah pusing Kaya bergerak ikut mengintip.
"Lo ngapain?" Berbisik setelah menarik bahu Kaya agar menunduk dari jendela
"Ngintip, emang kalian liat apaan?" ucap Kaya polos.
Setelah bahu kirinya di tarik Ozkar kini berganti bahu kanannya di tarik Syala agar mengahadap gadis berkuncir kuda itu, memberi isyarat untuk mengecilkan suara. Kaya menjawab dengan anggukan, sebagai tanda mengerti.
Merasa bahunya tidak lagi di tahan, kembali ingin mengintip. Namun, belum sempat melihat ke dalam bahunya kembali tertarik.
"Lo ngapain?" tanya Ozkar lagi.
Kaya geram dengan pertanyaan Ozkar, menepis tangan yang masih menempel di bahunya, menatap lelaki itu garang. "Ngintip!"
"Kalau mau ngintip itu diam-diam, pala lo dikit aja nyengol di jendela, jangan semua, di tengah-tengah lagi, kalau cara lo ngintip gitu bisa ketahua--"
"Kalian ngapain?"
Pemilik suara yang mereka hindari dari acara intip mengintip terdengar. Perlahan mereka menatap Pak Hindra yang berdiri di depan mereka. Seperti biasa wajah bapak itu kaku.
"Lagi- anu. Apa Kay?" Syala menyikut lengan Kaya, meminta pertolongan untuk bebas dari Pak Hindra.
"Kita lagi bersihin kaca jendela, Pak." Ozkar buru-buru menjawab, terkekeh pelan agar tidak terlalu tegang.
Ucapan Ozkar di balas anggukan cepat oleh kedua gadis di sampingnya. Mata Pak Hindra menyipit, kemudian diam menatap mereka bertiga.
"Yah sudah, masuk sana, sebentar lagi bel masuk," ucap Pak Hindra, meninggalkan ketiga muridnya yang sudah ia ketahui berbohong dengan alibi membersihkan kaca jendela.
"Kayaknya Pak Hindra sibuk jadi males ladenin kita, untung banget." Syala memasang wajah lega sambil mengelus dada.
Ozkar mengangguk. Menatap Kaya yang terlihat santai dari tadi. "Gara lo."
Kaya ikut menghadap Ozkar, kini mereka sudah saling hadap, sepontan mengutarakan rasa tidak terima karena di salahkan. "Kok aku!"
"Lo ngintip sepenuh jendela, gak di pinggir kayak gue sama Syala."
"Yah mana tau, emang aku tukang ngintip kayak kalian!"
"Udah-udah, entar Pak Hindra keluar lagi, mending kita ke kelas, berdiri di sini bikin deg-degan tahu." setelah mengucapkan itu Syala mulai menjauh dari jendela meninggalkan kedua temannya yang tumben menjadi kucing dan anjing.
"Lo." Ozkar menunjuk Kaya, kemudian berlari mengejar Syala.
Kaya balas dengan menjulurkan lidah ke arah Ozkar, meski tahu lelaki cerewet itu tidak akan melihat. Ia menarik napas den menghembuskan, menetralkan rasa kesal di pagi hari. Kemudian ikut berlari menyusul ke dua temanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYANTA (ON GOING)
Teen FictionWarning : Banyak kata-kata kasar dan kekerasan. Ini tentang Gadis Bernama Kayana Aldaria yang mengklaim teman Kakaknya sebagai cinta pertamanya. Tentang perjuangan Kaya, mengejar lelaki yang bahkan enggan menatapnya. Tentang bagaimana ia berusaha un...