29. Kelinci Nakal.

8.1K 342 9
                                    

Keluar dari kamar mandi, dress selutut berwarna hitam telah menyelimuti tubuhnya, ia menunduk, jemari bertautan, melangkah mendekati lelaki yang tersenyum simpul menatap dirinya sambil duduk santai di pinggir ranjang.

Kaya mendongak ketika merasakan usapan di puncak kepalanya, menatap Arga tersenyum senang. Was-was menatap pergerakan kekasihnya, mendekati meja rias yang terletak di pojok ruangan.

Berdiri di samping kursi meja rias, menatap gadis melalui cermin, mengisyaratkan agar Kaya agar mendekat dan duduk.

Seperti biasa, hanya mampu menurut, dengan pandangan penuh awas Kaya duduk, tatapan mereka beradu dari cermin meja rias.

Arga Berdiri di belakang Kaya, ia usap lembut rambut panjang tergerai milik pasangannya, mengakhiri dengan kecupan singkat pada surai mengkilap itu sebelum kembali memerintah. “Dandan yang cantik.”

Dengan berat hati kembali menurut, gadis ini tidak punya keberanian lebih untuk membantah barang sepatah pun. Ia mengoleskan bedak, lipstik dan maskara. Pikirannya bercabang, ingin tahu ke mana Arga mengajaknya keluar pada jam tidur seperti ini.

Sudah merasa cukup ia kembali mendekati Arga, lelaki itu mendongak menatap dirinya. “Kita mau keluar lewat mana?”

Tidak ada jawaban, lelaki yang terlihat tampan dengan kemeja hitam itu menggandeng tangan kaya, mendekati jendela.

“Naik pundak gue.” Arga berjongkok agar memudahkan kekasihnya naik ke punggung.

Kaya menggeleng, takut. Dari kamar ke bawah lumayan tinggi, sedangkan Arga mengajaknya turun lewat jendela tanpa pengaman apa pun.

“Naik!”

Kaya tertunduk dalam, jika dalam keadaan seperti ini rasa ingin lepas dari lelaki di hadapannya kembali datang. Sikap pemaksa Arga akan menjadi alasan kuat jika mereka memang berpisah nantinya.

“Kaya.” Arga kembali memanggil Kaya dengan suara dinginnya.

Menyerah, menetang tidak akan membuahkan hasil, jika terus menolak lelaki yang berstatus sebagai pacarnya ini akan lebih nekat mengangkut paksa dirinya untuk keluar. Perlahan mendekat, melingkarkan tangan ke leher Arga, serta kakinya yang telah terbalut flatshoes ke pinggang. Terpejam erat di balik punggung bidang sang kekasih.

Tubuh Kaya dingin seketika saat merasakan pergerakan Arga yang mulai melangkah keluar jendela, Bahkan dengan lincah lelaki itu turun dari ketinggian, hingga Kaya merasakan pergerakan yang tadi ia rasakan sudah tidak terasa.

“Mau terus gue gendong sampe mobil?”

Kelopak matanya terbuka ketika mendapat pertanyaan itu, kini yang ia lihat bukan lagi kamar, melainkan taman kecil di halaman belakang. Segerah ia terun dari gendongan Arga.

Santai Arga menarik tangan gadisnya menuju mobil, dan ya misi mereka selesai.

🕊️🕊️🕊️

Bola mata coklat milik gadis itu lamat-lamat menatap sekitar. Semua orang berpakaian hitam, dentuman musik terdengar memekakan telinga. Kaya pikir dress hitam selutut berlengan pendek ini sudah terbuka, ternyata di tengah-tengah sini pakaian yang ia kenakan adalah pakaian paling sopan dari seluruh wanita yang hadir.

Bingung dengan acara apa yang mereka hadiri. Di sini sangat berbeda dengan pesta-pesta yang biasa Kaya datangi. Semua pasangan tampak santai menunjukan keintiman mereka.

Mendongak menatap lelaki yang terus menggiring masuk semakin dalam. “Kak, ini acara apa?”

Ia balas tatapan kekasih, mendekat pada telinga gadisnya, berbisik di tengah dentuman musik. “Pembukaan salah satu cabang klub milik temen gue.”

KAYANTA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang