Gadis berbalut piyama coklat mudah ini tersenyum senang di atas ranjang, memangku laptop, menampilkan drama romantis. Sudah satu bulan semenjak kejadian Arga lepas kontrol, satu bulan juga Kaya berusaha untuk tidak memancing emosi Arga.
Berhasil, selama satu bulan Arga tidak pernah marah, Kaya benar-benar seperti seorang Ratu. Arga menuruti apa pun kemauannya bahkan ketika ia meminta hal nyeleneh pun lelaki itu tetap mengabulkan. Namun, selama satu bulan pula Kaya tertekan akan sikap Arga.
Banyak larangan yang lelaki itu berikan, kehidupan Kaya sudah di rampok habis oleh Arga. Setiap malam Arga meminta video call hingga pagi, kecuali malam ini, lelaki pemilik tatto di dada itu seolah lupa dengan kewajiban memantau dirinya dalam kamar. Dan kelupaan Arga adalah surga bagi Kaya, dia dapat melakukan apa pun dengan leluasa.
Tubuh Kaya menegang ketika suara dan bayang-bayang di balik jendela.
Tiba-tiba pintu jendelanya terbuka. Kaya meloncat dari ranjang menuju pintu keluar sebelum suara berat lelaki di belakangnya mengintruksi.
"Lo nggak mau sambut gue?"
Kaya berbalik, pegangan pada kenop pintu terlepas. "Kak Anta." Berlari kecil menuju jendela, melihat ke bawah, tidak ada tangga atau tali, kemudian ia berlari menuju pintu, menguncinya.
Arga sudah duduk di tepi ranjang berseprai karakter kartun, menatap pacarnya yang mondar-mandir.
Kaya masih berdiri depan pintu setelah menguncinya. "Kakak kok bisa naik?"
Arga tidak merespon, menepuk-nepuk sisi ranjang.
Kaya mendekat, enggan duduk. "Kak, nanti ketahuan."
Alis Arga terangkat. "Emang kita ngapain? Kita gak ngapa-ngapain, Sayang."
Kaya menghela napas, duduk di sebelah Arga yang berbeda dari kemarin-kemarin. Malam ini lelaki itu seperti tengah menahan sesuatu yang ingin meledak, terlihat jelas dari pandangan bola mata hitam pekat miliknya
Lamunan Kaya terburai ketika merasakan tarikan. Arga menariknya agar lebih dekat.
"Untuk beberapa hari ke depan kita nggak akan ketemu," memeluk gadis di hadapannya lembut. "gue bakalan kangen sama lo."
Kaya diam tidak tahu harus merespon apa, membiarkan Arga memeluk dan sesekali mengecup keningnya. Satu bulan bersama membuat Kaya mengerti bahwa lelaki di hadapannya ini suka sekali memberikan kecupan kening.
Cukup lama acara pelukan berlangsung sampai Arga mengurangi pelukan itu. Ia cubit pipi kekasihnya yang menampilkan ekspresi seperti orang dungu. "Gak nanya gue mau ke mana?"
Kelopak mata Kaya berkedip beberapa kali. Beringsut mundur ketika posisi mereka terlalu menempel, bersyukur kali ini Arga membiarkan ia duduk sedikit terpisah. "Kakak mau ke mana? Terus sekolahnya?"
"Ke rumah bokap."
Kaya manggut-manggut, mengerti. "Ada acara keluarga?"
Arga memandang lama wajah kekasihnya sebelum mengangguk. "Beberapa hari ke depan gue gak aktif hp, gak bisa mantau lo, tapi jangan pernah berpikir buat main-main di belakang gue."
Kaya dapat merasakan aura dari Arga, ucapannya penuh dengan ancaman dan keseriusan. Selama satu bulan ini ia melupakan ucapan Syelly tempo hari, orang bodoh pun tahu bahwa ucapan gadis licik itu bohong jika sikap Arga seperti ini.
Kaya tersentak ketika talapak tangan hangat menyentuh lengannya, mengembalikan ia pada kesadaran. Tatapan meminta jawaban menghunus, seakan menelan habis dirinya jika berkata salah. Cepat-cepat Kaya memangguk, takut memancing emosi.
"Gue cinta sama lo. Dan gue gak akan pernah lepasin lo. Sampe gua denger lo berani macem-macem sama gue, gue bisa rampas lo, bener rampas lo buat gue sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYANTA (ON GOING)
Teen FictionWarning : Banyak kata-kata kasar dan kekerasan. Ini tentang Gadis Bernama Kayana Aldaria yang mengklaim teman Kakaknya sebagai cinta pertamanya. Tentang perjuangan Kaya, mengejar lelaki yang bahkan enggan menatapnya. Tentang bagaimana ia berusaha un...