“Gue datang ke sini mau liat mata pacar gue kebuka, bukan ketutup. Cepat buat dia bangun!”
Dokter yang menangani Kaya berkali-kali menghela napas lelah. Ia tersenyum ramah menutupi rasa jengkel yang hampir meletup. Tak jauh berbeda dengan perawat, sang perawat juga tersenyum ramah di belakang doker meski sudah muak dengan tingkah aneh Arga.
Bagaimana tidak, lelaki angkuh itu terus membentak dokter dan perawat yang berada di ruang inap Kaya. Terus memaksa kehendaknya agar gadis itu bangun.
“Dia akan bangun, tunggu saja beberapa jam--”
“Fuck!”
Bibir Dokter tersebut terkatup rapat, aura lelaki yang seumuran dengan Adiknya ini berubah seketika. Tertegun sebentar, bukan hanya kuasa, aura lelaki itu tak jauh sama kuatnya.
“Beberapa jam?” Arga tertawa, seolah-olah ucapan dokter barusan adalah sebuah lelucon. Semakin tegang keadaan di sana. “Gue cuma punya waktu sampai sore, dan lo, suruh gue tunggu beberapa jam.”
Tertunduk dalam, bingung sendiri sang dokter menjawab. Kepintaran serta semua pengetahuannya selama ini seolah membeku untuk menjawab pertanyaan dengan nada penuh amarah itu.
“Bagaimana kalau gue buat lo keluar dari rumah sakit ini.”
Nanar tatapan dokter, kalah talak menghadapi anak bau kencur di hadapannya.
“Dan sebagai hadiah, gue kasih lo daftar hitam. Lo gak akan bisa diterima di rumah sakit mana pun, bukankah itu pantas buat dokter tidak becus.”
Terbelalaklah sudah. Menggeleng kecil. “Saya mohon, menjadi dokter adalah impian saya dar---”
“Shut up!”
Senyap seketika. Perawat yang berada di belakang dokter tersebut semakin mengunci mulut, tidak mau ikut berurusan dengan lelaki tampan berbalut aura menyeramkan.
“Keluar!”
Tidak menyia-nyiakan waktu, dokter dan perawat tersebut melenggang cepat. Oksigen yang sangat tipis dirasakan kedua wanita tadi seketika bertambun. Berkali-kali mereka menghela napas lega ketika pintu keluar dari ruang sesak ini sebentar lagi mereka buka.
“Jika gadis gue tidak bagun sebelum keluarganya datang, itu berarti kesengsaraan sudah lo genggam.” Dingin nan rendah suaranya.
Wanita dewasa berjas putih itu berbalik, menatap asal suara. Di sana pemilik suara tengah duduk pada ujung bangkar, sibuk membenahi rambut dan mengelap keringat gadis yang terbaring lemah.
“Gadis cantik yang malang.” Ia berbatin. Keluar ruangan, telah terbuka akibat sang perawat sudah keluar duluan tanpa mau menunda sedetik pun.
Arga tersenyum menawan beraura seram, menatap gadisnya yang tak bergerak sama sekali. “Terlalu antusias menyambut kedatangan gue, hm? Hingga pingsan seperti ini.”
Ia terkekeh, lucu sendiri melihat tingkah kekasihnya. Arga pikir itu suatu yang sangat menggemaskan. Suara tawa terdengar, bukan lagi kekehan, tawa yang benar-benar nyaring.
“Sebegitu merindukan gue.”
Sisi yang tersembunyi mulai berani menampak perlahan. Tingkah yang selama ini dipikir orang-orang sudah sangat buruk ternyata belum seberapa, ada sisi lebih gelap lagi, sisi yang begitu legam. Sisi yang siap memporak-porandakan kehidupan Kaya.
🕊️🕊️🕊️
Stella dan Maudy saling lirik di atas sofa, berhadapan langsung dengan meja kaca tebal nan panjang. Di balik meja itu duduk seorang lelaki penuh kuasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYANTA (ON GOING)
Teen FictionWarning : Banyak kata-kata kasar dan kekerasan. Ini tentang Gadis Bernama Kayana Aldaria yang mengklaim teman Kakaknya sebagai cinta pertamanya. Tentang perjuangan Kaya, mengejar lelaki yang bahkan enggan menatapnya. Tentang bagaimana ia berusaha un...