37. Di Fitnah

4.2K 247 30
                                    

Ruangan tempat lelaki paruh baya ini menghabiskan malam terkunci rapat, semenjak kejadian terakhir kali putranya datang menjadikan lelaki ini lebih waspada, serta menjadikan Basta tahu bahwa selama ini musuh dalam selimut telah membuat ia melupakan pangeran kecilnya, putra kesayangannya yang pernah terkucil akibat keterpurukan ditinggalkan orang yang ia cintai. Kembali, Basta melakukan kesalahan, dengan mempercayai orang baru, lelaki ini pikir ibu sambung mampu menebus sayang yang kurang lengkap untuk putranya, kenyataannya, tebusan darinya membuat satu-satunya keluarga yang ia miliki semakin jatuh ke lubang yang mengerikan.

Semenjak kejadian Arga berteriak murkah. Basta sadar ada yang tidak beres, bola mata hitam anak laki-lakinya semakin pekat dan kelam setiap hari, memancarkan keganasan namun, begitu sayu.

Dan semenjak hari itu, Ia lebih membatasi kepercayaannya terhadap Maudy namun, untuk kehamilan Stella, Basta tetap tegas agar putranya tidak lari dari tanggung jawab. Basta menyuruh orang untuk mengikuti Arga serta memerintahkan setiap pekerja di rumah untuk segera melapor jika kejadian sekecil apa pun menyakut nama putranya.

Beberapa bulan terakhir, anak buahnya melaporkan setiap gerak-gerik Arga, anak laki-lakinya begitu terobsesi terhadap gadis yang bahkan belum genap berusia enam belas tahun. Basta membebaskan, membiarkan Arga terus mengekang gadis itu dengan kekuasaannya tanpa Arga sadari sebelum putranya fokus pada Stella nanti.

“Kenapa bisa kecolongan!” Suara Basta menggelegar di balik ponsel.

Maaf tuan, anda bilang selama gadis itu sakit saya harus lebih fokus mengawasi gadis itu,” jawab orang di seberang.

Basta membenarkan ucapan itu, ia memang menyuruh anak buahnya yang mengawasi Arga untuk berganti mengawasi Kaya, jaga-jaga jika ada orang yang berani melukai poros hidup putranya. “Bahkan gadis itu tidak ada di rumah sakit! Putraku telah membawanya pergi!”

“Gadis itu ada tuan, di rumah sakit, saya melihatnya sendiri.”

“Tutup mulutmu, datang temui Marco dan minta hukumanmu sebelum kemari untuk tugas baru.” Basta mematikan sambungan telpon, kepalanya sungguh pening luar biasa.

Ia kembali memandang layar ponsel, jemari mulai berkerut milik lelaki paruh baya ini mencari kontak seseorang untuk membantunya. “Marco cepat datang kemari!”

Basta memejamkan mata, menyelami hasil dari langkah yang tergesa-gesa untuk mencari ibu pengganti untuk putranya.

🕊️🕊️🕊️


Matahari sudah timbul, Lio berjalan lemas menemui orang tuanya. Bola mata yang selalu garang itu sayu dan berkaca-kaca. Adiknya telah menghilang selama satu malam bersama lelaki berbahaya.

Ia buka pelan pintu rumah sakit tempat sang bunda di rawat. Di dalam sana, Fina duduk bersandar dengan tangis, sedang Reno terus menenangkan istrinya.

“Di mana Adikmu, Nak. Abang udah nemuin Adekkan?” Fina condong ke arah putranya, berharap Lio menemukan si bungsu.

Cukup, Lio tidak tahan lagi melihat air mata Bundanya. Ia menangkap tangan Fina, menangis di sana. “Maaf Bunda, Lio bukan Kakak yang baik.”

Haru terjadi di ruangan itu, mereka dihadapi keluarga yang bahkan bisa membeli hukum seperti membeli barang. Mencari Kaya yang berada dalam genggaman putra Bastara Yudha sama dengan mencari gadis itu yang telah tiada, tidak akan ada titik terang.

Terpejam erat kelopak mata Reno, kelalaian membuat semua anggota keluarga bersedih, bahkan keluarganya seperti hancur sekarang.

KAYANTA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang