38. Marco

4.1K 266 31
                                    

Dulu Ririn berasal dari keluarga sederhana, bahkan gadis ini selalu bersyukur dengan apa pun yang di miliki, sebelum ia menaiki kelas tiga sekolah menengah pertama. Ayahnya meninggal, sehingga sang ibu terpontang-panting menggantikan sang Ayah menjadi tulang punggung keluarga.

Ibu Ririn mulai berkerja di rumah makan pada siang hari dan malam hari akan datang dari rumah ke rumah untuk menjadi tukang seterika setiap rumah. Hingga salah satu rumah yang memperkerjakan jasa ibu Ririn menawarkan berkerja di kediaman Yudha, di mana suami pemilik rumah itu juga berkerja pada naungan Yudha.

Beruntung ibu Ririn pandai memasak dan tidak ada satu pun daftar hitam pada riwayat hidupnya, hingga seminggu kemudian Ririn dan ibunya pindah ke kediaman Yudha untuk berkerja.

Semenjak saat itu Riri menjadi gelap mata, melihat kemegahan kediaman Yudha serta barang-barang mewah di sana menjadikan Ririn lupa bersyukur dengan apa yang gadis itu punya.

Dan pada satu momen, Ririn tidak sengaja berpapasan dengan Arga di halaman belakang, sejak saat itu obsesi terhadap anak majikannya tumbuh. Ia pikir jika mampu memikat penerus Yudha, tidak hanya lelaki itu yang ia dapat tapi semua kemewahan yang saat ini ia idamkan.

Rita, Ibu Ririn mengatahui akal buruk anaknya. Ia memutuskan mengumpulkan uang untuk membuka usaha dan keluar dari sana, agar putrinya menjauh dari Arga dan mengubur rasa tidak tahu diri itu.

Dua tahun setengah berkerja di kediaman Yudha. Akhirnya Rita mengundurkan diri, mengabaikan penolakan Ririn, ia membuka kedai makan pinggir jalan menggunakan tenda yang sekarang sudah menjadi rumah makan.

Penghasilan itu lebih dari cukup untuk membiayai mereka berdua, hingga suatu hari Arga datang dan menyuruhnya kembali berkerja namun, kali ini berbeda, bukan di istana Yudha tapi di bangunan tua yang jauh dari perkotaan.

Putrinya tahu soal itu, hingga ia memaksa ikut berkeja berasama ibunya. Rita tidak mampu lagi mengendalikan Ririn yang semakin hari semakin tidak terkontrol akhirnya mengiyakan saja.

Relah ikut berkerja sebagai pembantu demi mendekati Arga. Namun, bukan hati lelaki itu yang ia dapatkan, tapi kesialan. Ririn tertunduk dalam menatap potongan rambut indah yang selalu ia rawat di lantai. Sekarang rambutnya seperti lelaki.

Ia tidak bisa berkutik ketika senjatanya berbalik menancap pada dirinya sendiri. Tawaran Arga diangguki mantap oleh Kaya, hingga berakhir duduk meleseh di tanah halaman belakang.

Sedangkan Arga menggunting asal rambutnya, Ririn menangis. Rambut adalah bagian tubuh yang sangat Ririn sukai, itulah alasan kenapa ia rawat agar tetap indah.

Dan Kaya duduk manis di kursi yang telah disiapkan Arga. Gadis itu tersenyum senang melihat kesengsaraan Ririn.

“Beresin bekas rambut lo.” Arga menjatuhkan gunting di tanah, tepat sebelah Ririn.

Ia berbalik, mendekati gadisnya, asik menatap tangisan gadis lain yang Arga buat seperti laki-laki.

Terlalu asik hingga tidak sadar Arga telah berdiri di depannya, kembali menggendong ala koala secara tiba-tiba.

Kaya mendorong dada lelaki itu, ia tidak nyaman dengan posisi yang begitu intim. “Kak, tur--”

“Diam, Kaya!”

Terdiam, Arga kembali ke mode semena-mena. Gadis ini memilih aman saja dari pada berontak yang berakhir melelahkan.

Membiarkan Arga membawanya melewati ruang makan, mereka belum sarapan, tapi Arga malah mengajaknya ke kamar.

“Aw!” Kaya terpekik ketika pahanya yang terbuka diremas kencang oleh Arga.

“Lo gak punya celana selain ini, ha? Ini lebih cocok disebut celana dalam!”

KAYANTA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang