15. Alamat Arga.

7.2K 389 4
                                    

Wajah gadis berambut sepunggung tertekuk, bukan karena bekal yang ia bawah tidak tersampaikan tapi, rasa khawatir akan keadaan Arga. Tarakhir kali mereka bertemu, wajah lelaki itu penuh lebam.

Syala membuka tas, melirik Kaya yang tidak bersemangat di jam pertama. "Bekalnya Gak di terima Kak Arga Lagi?" Ia menyimpulkan ketika melihat kotak bekal berwarna biru muda dalam laci teman sebangkunya.

Melihat tidak ada respon dari pertanyaannya Syala kembali bertanya. "Udah gue bilang, stop Kay. Semuanya percuma, coba deh buka hati buat Kak Saka, kalian gak--"

Kaya menyela ketika tahu ke mana arah jalan pembicaraan gadis di sampingnya. "Bentar lagi Kak Anta jadi milik Kayana Aldharia. Bang Io udah setuju sama Kak Anta. Sekarang gak ada alesan apa pun buat aku sama Kak Anta gak bersatu. Aku yakin banget, kalau Kak Anta itu punya perasaan sama tapi, ada penghalang kokoh antara kami, dan penghalang itu pasti Bang Io." Ucap gadis itu panjang lebar.

"Sok tahu."

"Eh, tunggu aja tanggal jadian aku sama Kak Anta." Kaya tersenyum bangga. Menoleh ke belakang dan baru menyadari bahwa meja belakang kosong. "Sih Ozkar mana? Gak masuk?"

"Iya, kesiangan berakhir bolos."

Kaya mengangguk, mengerti. Percakapan mereka terhenti saat guru yang terkenal modis di sekolah masuk.

🕊️🕊️🕊️

Kaya mengintip kelas Kakaknya dari jendela, mencari musuh terbesar. Untuk hari ini, ia akan mengalah dan pasrah atas apa pun kejengkelan yang akan di lakukan oleh Gali, sahabat Kakaknya. Musuh terbesar Kaya.

Jam istirahat hampir berakhir. Kaya belum menyelesaikan misi menemukan Gali, bahkan Kakaknya pun tidak terlihat dalam kelas atau kantin.

"Dek."

Kaya reflek memegangi dada ketika pundaknya secara tiba-tiba di sentuh oleh seseorang. Berbalik, menatap Lio sebagai pelaku.

"Kenapa?" Tanya Lio.

Kaya diam beberapa detik guna merancang kata-kata. "Kak Gali, gak sekolah?"

"Tumben nanyain Gali, kenapa?"

Kaya meringis, sudah ditebak kalimat itu akan terlontar. "Mau, anu-- ap itu ya, oh iya, itu loh Kak."

Kening Lio berkerut, menatap Kaya yang cengar-cengir tidak jelas. "Gali tadi ke sekolah cuma buat antar surat izin gak masuk sekolah satu minggu."

Kaya tidak ingin bertanya lebih lanjut, karena memang tidak penting kenapa Gali harus izin. Dan sekarang ia harus bekerja keras membujuk Gali lewat Instagram. "Kaya mau susul Syala di kantin dulu Bang, dari tadi nelepon Kay, Dada Bang." Kaya berlari meninggalkan Lio, takut akan ada pertanyaan yang membuatnya mati kutu.

Sedangkan Lio, ia terkekeh. Lelaki dengan seragam ambrul adul ini tahu maksud Adiknya menanyakan Gali, Lio memilih pura-pura tidak tahu, ingin melihat apa yang akan di lakukan sang Adik demi alamat Arga.

Sedangkan Kaya. Gadis berambut sepunggung ini telah tiba di kantin. Duduk samping Syala dengan napas ngos-ngosan.

"Kay, Kak Saka masuk rumah sakit. Gue baru dapet kabar dari Caffa." Syala mulai bertanya saat napas Kaya sudah beraturan.

"Iya, tahu. Pulang ini aku mau jenguk, mau ikut?"

Syala diam, jemarinya bertaut, gerak-gerik itu sangat aneh di mata Kaya. "Gak deh, lo aja. Sekalian pepet Kak Saka, kali aja bisa berpaling dari Kak Arga."

"No! Gak ada yang bisa gantiin Kak Anta, lagian bentar lagi kita jadian kok." Balas Kaya cepat.

Rasa janggal kembali menelusup ketika mendengar tawa garing dari Syala. Kaya mencoba untuk tidak berpikir aneh-aneh dengan mengalihkan topik ke arah lain.

KAYANTA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang