Kaya mengintip di balik gorden, memastikan Arga benar-benar pulang. Setelah keadaan aman. Ia berganti pakaian, memesan taksi online.
Beberapa menit kemudian kendaraan roda empat menunggu depan pagar, segara Kaya keluar.
Mobil itu melaju setelah Kaya mengucapkan alamat rumah sakit. Di perjalanan jantungnya gelisah ketika mendapat pesan dari Arga. Memilih tidak merespon pesan itu dulu dengan alasan ketiduran.
“Non, udah sampe.”
Gadis berambut panjang ini pun berkedip, ia terlalu banyak bengong hingga tidak sadar sudah sampai. “Oh, iya. Makasih Pak.”
Menyerahkan uang pas pada supir, melangkah cepat menuju kamar inap Saka, takut lelaki itu sudah pulang lebih dulu. Tiba depan pintu kamar, senyumnya terbit ketika mendengar suara dari dalam.
Tanpa canggung Kaya membuka pintu, masuk mendekati Saka yang duduk di tepi ranjang. Sebelum mendekat, ia tersenyum sekilas pada Caffa, sama seperti di sekolah gadis rambut pendek itu malah menganggapnya tidak ada.
“Bunda di mana?” Kaya berdiri di ujung ranjang, posisi mereka berdua sudah dekat sekarang. Berbeda ketika bersama Arga, Kaya selalu kaku, sedangan dengan Saka ia seperti biasa saja.
“Ngurus admistrasi sama obat-obatan.” Saka menarik kursi yang tidak jauh dari ranjang. Memberi kode Kaya agar duduk.
Gadis rambut panjang ini duduk. Merasa janggal dengan tatapan berbeda dari Saka, tidak selembut seperti kemarin-kemarin.
“Lo jadian sama dia.”
Kaya cukup mengerti siapa yang dimaksud dia oleh Saka. Tidak ingin menutupi apa pun ia mengangguk. “Kakak tahu dari mana?”
Tidak ada jawaban dari lelaki itu. Namun, pandangan tertuju pada gadis yang duduk di kursi dekat jendela. Kaya ikut menoleh, di sana Caffa menatap dingin.
“Kenapa?”
Kaya menatap tidak suka atas nada suara Saka. “Kenapa? Itu urusan pribadi aku kak,” ucapnya ketus.
Saka menghela napas, menyesal atas tindakannya tadi. Turun dari ranjang, meraih roti yang ada dalam laci nakas. “Roti lo kemarin. Bunda beliin tiga, aku makan satu gak apa-apa, ya.” Kembali duduk di ranjang.
Kaya mengambil roti tersebut. Ia buka salah satu dan memakannya pelan.
“Kay, bukannya mau ikut campur. Kata Caffa dia itu gak baik, gue takut lo kenapa-kenapa."
Kaya tersenyum, tidak merasa aneh sama sekali atas ucapan Saka. Berpikir itu wajar karena dirinya salah satu teman Adik lelaki itu. “Tenang aja Kak, Kaya bisa jaga diri.”
Saka mengangguk. Meski wajahnya keruh dan Kaya tidak menyadari itu.
🕊️🕊️🕊️
Lega saat di dalam mobil menuju pulang ke rumah. Rencananya berhasil tanpa ketahuan Arga. Ia buka chat tiga jam lalu, kemudian mengirim balasan.
“Maaf Kak, Kaya ketiduran. Kekenyangan banget.”
Semuanya berjalan sesuai rencana sebelum motor seseorang mencegat laju taksi yang ia naik.
Gelisah ketika pemilik motor turun, menatap datar dirinya. Semakin gelisah saat kaca mobil depan dibuka kerena mendapat ketukan.
Arga tersenyum, menatap Kaya sekilas. Kembali memandang supir “Saya Kakaknya.”
Supir itu tidak langsung percaya, menatap curiga lelaki di balik kaca mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYANTA (ON GOING)
Teen FictionWarning : Banyak kata-kata kasar dan kekerasan. Ini tentang Gadis Bernama Kayana Aldaria yang mengklaim teman Kakaknya sebagai cinta pertamanya. Tentang perjuangan Kaya, mengejar lelaki yang bahkan enggan menatapnya. Tentang bagaimana ia berusaha un...