27. Tidur berdua

8.1K 336 5
                                    

Motor besar milik Arga berhenti disebuah tempat seperti ruko, tidak ada siapa pun disekitar tempat itu, hanya ada ruko-ruko yang tidak berpenghuni dan sepi.

Kaya semakin erat memeluk pinggang Arga, ia tidak suka tempat itu, menyeramkan.

Melepas helm di kepalanya, meletakan di stang, menstandar motor besar tersebut hingga tubuh Kaya miring. “Ayo turun.”

Kaya menggeleng di balik punggung Arga. “Gak mau, Kak Anta mau tinggalin aku di sini.

Menghela napas berat, ia mematikan motor, mulai memaksa melepaskan pelukan Kaya pada pinggangnya. Namun, gadis itu malah semakin kencang memeluk. “Turu--” ucapan Arga menggantung ketika mendengar suara isakkan.

“Hiks... Hiks...”

Mendengar itu Arga semakin kencang melepas pelukan Kaya, tidak sulit melepaskan pelukan dari gadisnya. Setelah lepas, ia turun memandang Kaya yang menunduk sambil menutupi kaca helm dengan telapak tangan. Tersenyum singkat melihat tingkah Kaya yang menutupi wajahnya padahal sudah tertutup helm.

Arga melepas pengait helm yang digunakan kekasihnya, melepas paksa helm tersebut, lumayan lama kejadian membuka helm karena Kaya terus menahan helm itu agar tetap bertahan di kepala. Ketika helm terbuka, wajah berantakan gadis itu yang menyambut Arga.

Bergeming beberapa saat, ia menaruh helm milik Kaya distang satunya, menarik agar turun dari motor, bukanya turun malah tangis gadis itu makin kencang.

“Hua! Bang Io. To-tolong, hiks....”

Arga mulai habis kesabaran, ia menyelipkan kedua telapak tangannya ke ketiak Kaya, mengakat untuk turun, dalam sekejap Kaya telah berdiri di samping motor.

“Berhenti! Gue gak ninggalin lo.”

“Hiks... Hiks....” Kaya terus mempertahankan tangisannya, pikiran jahat melalang buana ketika melihat lebih ditail tempat yang ia pijak.

Arga sudah jengah, “Gue bilang diem!”

Suara tangis Kaya lenyap, menyiksakan Isak yang tersegugu.

Arga kembali menghela napas berat, meraih kepala Kaya untuk didekap, sesekali ia bumbui kecupan pada puncak kelapa gadisnya, perilaku itu terus berlangsung tanpa obrolan sampai Kaya mulai tenang.

Setelah tenang, ia benahi anak-anak rambut  menempel pada dahi, basah akibat tangis kekasihnya. Arga tarik ujung bajunya untuk mengelap sisa-sisa tangis, hingga perutnya terlihat.

Wajah Kaya memerah karena gosokan terlalu kasar.

“Ayo.” lelaki tegap ini meraih kembali pergelangan tangan Kaya mengajak gadis itu mendekati ruko yang telah terbuka.

Kaya mengikut dengan dilumuri rasa takut. Saat masuk ke dalam, ruangan itu begitu redup, mereka terus berjalan menaiki tangga kecil melingkar.

Setelah sampai di ruangan paling atas, mereka masuk, terlihat sudah ada tujuh lelaki yang berbeda usia.

“Gimana?” Tanya Arga.

Salah satu dari ketujuh itu mendekat. “Selesai Bos. Salah satu dari klub langganan kita minta lebih dari biasa mereka memesan.”

Arga mengguk, ini adalah salah satu sampingannya, menjual minum-minuman ilegal dengan harga lebih murah, dan biasanya klub-klub kelas menengah selalu tergiur dengan harga murah.

Kaya gemetaran, pikirannya semakin berkecamuk. Ia Dejavu dengan kejadian ini, gadis ini pernah menonton drama yang menceritakan perdagangan manusia, dan transaksinya hampir sama seperti ini. Napasnya sesak, Kaya sulit mengatrol diri hingga kegelapan menyelimutinya.

KAYANTA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang