Semua murid mencatat materi, terkecuali tiga siswa yang duduk di pojok kelas. Buk Aini bukannya tidak melihat, malas saja menegur mereka. Ketiganya adalah langganan BK tapi tidak pernah dikeluarkan. Alasannya? Tentu saja salah satu dari mereka putra penerus Yudha, marga berpengaruh.
Sebenarnya kedua orang tua ketiga lelaki itu tidak masalah anak mereka di hukum atau di tegur tapi kebanyakan guru bosan menghadapi mereka, termaksud Ibu Aini. Melihat ketiganya masuk kelas saja sudah sesuatu yang sangat membanggakan.
"Lo udah gak sadap hpnya dedek Yana lagikan?" Berbisik, ia duduk sebelah Arga. Sedangkan Lio duduk di meja seberang. Sengaja bukan Lio yang menjadi teman semeja Arga, karena jika mereka di satukan nanti akan berdebat.
Melihat tidak ada respon dari lelaki bertatto itu, Gali semakin menjadi. "Gue udah tebak pasti nggak, soalnya lo masih tenang aja liat dedek Yana masak-masakkan sama camer."
Dan kali ini sukses, Arga mengalihkan pandangan lurusnya ke arah Geli, meminta penjelasan.
"Liat." Gali menunjukan postingan Instagram Kaya.
Di postingan itu, seorang wanita paruh baya merangkul bahu Kaya, sedangkan yang memegang ponsel untuk selfie seorang gadis berambut pendek, Arga ketahui adik dari lelaki yang ikut merangkul bahu gadisnya di sebalah kanan dengan wajah yang sama-sama belepotan tepung.
Merebut ponsel milik Gali, membanting benda pipih itu sembarang arah.
"Sialan!" Teriak Arga. Semua mata tertuju padanya namun, lelaki itu tidak perduli, ia keluar kelas dengan wajah datar. Mengabaikan teriakkan Ibu Aini meminta untuk kembali ke kelas.
"Habis lo di tangan gue!" Arga berjalan menuju parkiran, langkahnya terhenti saat bola mata hitam pekat itu menangkap gadis yang baru muncul dari koridor menuju toilet.
Gadis itu tidak menyadari langkah lelaki yang penuh dengan emosi mendekat, ia malah sibuk menunduk, membenarkan dasi.
"Aw!" Kaya mengusap jidatnya, sesuatu yang keras ia tabrak. Umpatan tertahan saat melihat pelaku.
Kaya bergeser ingin berlalu, ia masih merasa kecewa atas penolakan Arga kemarin, padahal besar harapnya atas kue itu, gadis ini bahkan di marahi guru karena tidak membuat pekerjaan rumah demi kue spesial untuk Arga.
Baru dua langkah Kaya bergerak ingin berlalu. Tarikan kuat gadis ini rasakan hingga kembali ke tempat semula, di depan Arga.
"Lo belakangan ini nakal banget," Arga menyelipkan rambut di wajah kaya ke telinga, mendekati telinga gadis itu, berbisik, "mau kebebasan lo, gue ambil sekarang." Arga mengecup telinga gadis itu sebelum berlalu meninggalkan Kaya yang mematung.
"Fix hati aku udah sembuh," ucap Kaya, tangannya masih setia memegangi dada. Merasakan jantungnya yang sedang disko.
🕊️🕊️🕊️
Sudah berjam-jam berlalu, Arga masih betah menunggu di atas motor besar miliknya, bola mata hitam pekat itu tajam menatap gerbang sekolah, menanti sang mangsa.
Ponsel di genggaman Arga bergetar menandakan pesan masuk. Ia menggenggam erat ponsel di tangannya saat melihat isi pesan dari salah satu penyebab Arga membenci perempuan terkecuali Kaya, gadis itu telah memikat hatinya, meluluhkan rasa benci menjadi cinta.
Satu hal yang tidak pernah Kaya tahu, setiap kali gadis itu mengantarkan kue ke kamar Lio, Arga selalu membawa pulang kue tersebut. Arga selalu bertengkar dengan Gali saat Kaya keluar dari kamar Lio, Gali selalu saja memakan kue buatan gadisnya banyak-banyak.
Arga akui, gadisnya memang mempunyai pesona tersendiri, itu poin yang mampu memikat hati laki-laki. Dan itu alasan Arga selalu menyadap ponsel Kaya, bahkan berani mengancam hingga membuat laki-laki yang mendekati gadisnya babak-belur.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYANTA (ON GOING)
Teen FictionWarning : Banyak kata-kata kasar dan kekerasan. Ini tentang Gadis Bernama Kayana Aldaria yang mengklaim teman Kakaknya sebagai cinta pertamanya. Tentang perjuangan Kaya, mengejar lelaki yang bahkan enggan menatapnya. Tentang bagaimana ia berusaha un...