39. Siksaan?

5K 335 40
                                    

Ririn menangis sesegukan saat Rita merapikan potongan rambut miliknya.

“Sudah ibu bilang, untuk berhenti. Kamu ini sungguh tidak tahu malu, masih baik keluarga tuan Basta mau membantu kita dulu, kamu malah tidak tahu malu mengincar penerusnya.” Rita geram dengan tidakkah anaknya yang selalu merugikan diri sendiri.

Dulu jika Ririn tidak mengincar Arga mungkin Rita tetap berkerja di sana dengan gaji fantastis, karena pekerja yang mengabdi di sana memiliki gaji lebih besar dari pada pekerja biasa. Jika saja Ririn tidak nekat untuk ikut ke sini, gadis pasti sedang bersenang-senang dengan temannya dan sekarang jika saja tadi pagi Ririn tidak lancang mungkin rambunya tetap panjang dan indah.

“Memangnya kenapa kalau Ririn suka Arga. Ririn cukup cantik.”

Rita membanting gunting di tangannya ke lantai hingga rusak. “Benar-benar tidak tahu malu!”

Wanita paruh baya ini pergi dari sana meninggalkan Ririn yang semakin menangis. Menganggap ibunya tidak pernah ada untuknya, tidak pernah berpihak padanya.

🕊️🕊️🕊️

Tiga hari telah berlalu, sudah berjalan tiga hari Kaya berada di bangunan tua ini. Ia sangat bosan berdiam diri dalam kamar. Selama tiga hari pula gadis remaja ini selalu memakai piyam, siang dan malam. Arga bilang akan pergi ke kota untuk membeli cemilan dan pakaian untuknya besok agar tidak memakai piyama lagi.

Bingung, kenapa harus membeli pakaian baru sedangkan pakaiannya sudah banyak, belum lagi Arga selalu menyuruh memakai pakaian tidur.

Bangkit dari atas tempat tidur, memutuskan untuk membunuh rasa bosan selama tiga hari terkurung dalam kamar dengan berkeliling. Sebelum pergi Kaya menoleh sekilas pada kamar mandi, Arga sedang mandi siang. Lelaki itu kegerahan di siang hari hingga memutuskan mandi. Namun, hampir sepuluh menit berlalu masih belum selesai.

Hati-hati membuka pintu agar tidak menimbulkan suara. Melangkah pelan menelusuri koridor lantai dua. Berkali-kali
Ia menganga kagum dengan keluasan bangunan tua tempat dirinya terkurung.

pada ujung batas akhir di sayap kiri terlihat ruangan dengan dua yang sangat menarik perhatian Kaya. Setiap kenop pintu terdapat lambang huruf. Kenop pintu kanan berlambang B dan sebaliknya berlambang L.

Mendekat, ia sentuh ukiran pada pintu. Terpesona, terlihat jelas ekspresi kagum terpancar. Dengan jiwa penuh ingin tahu, Kaya mendorong pelan pintu itu hingga terdengar suara decitan.

Mengintip isi di dalam. Tidak henti-hentinya Kaya di buat kagum. Tanpa sungkan lagi mendorong pintu itu hingga menganga lebar.

“Wah, kamarnya kayak di film film princess, kenapa Kak Anta nggak bawa aku di kamar ini aja sih, kan bagus banget.” Menggerutu kesal, Arga membiarkannya terkurung tiga hari di kamar yang sangat monoton sedangkan ada kamar impiannya di bangunan tua ini.

Tidak puas, ia kembali masuk semakin dalam hingga gorden putih gading lebar melayang-layang, memperlihatkan keindahan dari balkon, seolah-olah menggoda Kaya untuk di datangi.

Dan tanpa berpikir dua kali gadis surai sepunggung ini mendekat, memandang penuh pada hamparan kosong, dan Kaya baru sadar bahwa ada bangunan menara di bersebelahan dengan bangun tua yang ia tempati, pada halaman belakang menara terlihat stroberi memerah siap pamen.

“Aku mau bilang Kak Anta buat pindah kamar aja.”

Tabiat tidak pernah puas memancing Kaya untuk turun dan memetik stoberi merah menggoda di belakang menara.

KAYANTA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang