Gak bohong kan Momi pasti update lagi kalau yang komen banyak.
Selamat menikmati hotnya Jevan~~
ehhhhhh (ditimpuk)
***
"Nanti sering-sering ajak Jeje main ke sini kalau lagi libur kerja ya, Bi. Kita seneng ada kamu di sini," ucap Priska.
"Kalau liburnya lama, ajak ke rumah Mama lebih dulu. Biar Mama kenalin Bi ke sodara-sodara yang lain," timpal Imelda.
"Siap!" Jevan mempermudah urusan saja, biar sang Mama dan Tantenya itu tidak cerewet lagi.
Blaire hanya tersenyum, ikut saja bila Jevan mengajak dan ada waktunya nanti. Dia juga senang berkumpul dengan keluarga Jevan yang begitu baik.
"Kak Bi, makasih ya antingnya." Iren tersenyum lebar. Anting itu sudah dia pakai, dan Blaire yang membayarnya sebagai hadiah perkenalan.
"Sama-sama." Blaire tersenyum.
"Mama jadi pulang besok?" tanya Jevan lebih dulu.
"Ya jadi dong," jawab Imelda.
"Nanti kabarin aku ya, Ma. Sebelum pergi, pas di jalan, dan kalau udah sampe," minta Jevan.
Imelda mengangguk. "Kayak sama pacar aja," kekehnya.
Jevan balas terkekeh. "Ya udah Ma, kita harus berangkat sekarang." Jevan lebih dulu mencium tangan Mamanya. Dia peluk dengan erat, lalu menciumi wajahnya. "Mama sehat-sehat ya, nanti kita ketemu lagi."
"Kamu juga harus jaga kesehatan dan sering-sering telepon Mama. Jangan selalu Mama yang nelepon." Imelda menepuk pipi putranya itu.
"Hehehe. Iya, Ma."
"Ma, aku pulang ya." Blaire mencium tangan Imelda, lalu memeluknya.
"Jagain Jevan ya," bisik Imelda.
Blaire hanya tersenyum dengan anggukan kecil. Dia lalu berpamitan dengan Priska. "Makasih jamuannya ya Tante, aku merasa diperlakukan terlalu istimewa di sini," kekehnya.
"Jelas kamu istimewa. Jeje nggak pernah bawa pacar ke sini," balas Priska.
Blaire melirik Jevan, pria itu malah terlihat bangga.
"Sering-sering ke sini ya Kak Bi, nanti kita jalan-jalan ke pasar lagi!" ucap Iren penuh semangat.
"Iya." Blaire mengangguk.
Jevan membukakan pintu mobil untuk Blaire. Dia mencium Mamanya sekali lagi, lalu masuk ke mobil. Setelah menekan klakson sekali, dia langsung membawa Blaire menjauh dari sana dengan mobilnya, diiringi lambaian tangan keluarganya.
"Lo emangnya jarang pulang ya?" tanya Blaire penasaran. Dia melihat hubungan Jevan dengan Mamanya ini agak aneh, bagaikan terbentang jarak meski terlihat saling menyayangi.
"Sejak Mama menikah lagi, gue tinggal di rumah Tante Priska, udah nggak pernah pulang ke rumah Mama yang baru, soalnya rumah lama dijual," jawab Jevan tanpa menoleh.
"Kenapa? Lo nggak suka suami Mama Lo?"
"Suami Mama baik kok. Makanya gue lebih tenang melepas Mama," jawab Jevan.
"Terus?"
"Papa emang udah meninggal sejak gue masih kecil, tapi emangnya cinta juga bisa ikutan mati ya? Gue nggak ngerti kenapa Mama bisa berpaling, padahal gue tau dia cinta banget sama Papa."
Blaire menatap Jevan lebih seksama. Selama ini dia tidak pernah bertanya tentang keluarga Jevan, karena itu bukanlah kapasitasnya untuk tahu. "Kalau menurut gue ya, Mama Lo nggak sedang berpaling," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jealousy
Roman d'amourWarning: Khusus 18+ bijaklah dalam memilih bacaan yang sesuai usia ya. Blaire dikhianati oleh kekasihnya, lalu menerima bantuan Jevan untuk balas dendam dengan cara yang berkelas. Tapi Blaire lupa kalau Jevan justru lebih brengsek. Ibaratnya, keluar...