Berhubung besok weekend, Momi mungkin bakalan sibuk. Jadi update sekarang aja ... Besok jangan ditagih lagi loh ya ...
Suka tidak?
***
Ceysa akhirnya mau tidur juga setelah dibujuk rayu oleh Jevan. Setelah Onyx dan Allura juga ikut ketiduran di bed, giliran Jevan mendekati Blaire yang duduk di sofa bed menyaksikan acara memasak di televisi.
"Mau ikutan jadi chef?" tanya Jevan. Dia ikut melihat ke televisi, di mana Chef cantik itu sedang mengomentari hasil masakan peserta.
"Aku masak telur aja gosong, gimana ceritanya mau ikut acara begituan?" Blaire terkekeh. "Seneng aja lihatnya, pada jago-jago. Apalagi pas pressure test, ikutan tegang jadinya."
Jevan menyingkirkan rambut Blaire yang menghalangi pandangannya ke wajah wanita itu. Daripada menonton televisi, dia lebih suka menonton sang kekasih. "Kiss dong," mintanya.
Blaire hanya mendekatkan pipinya, tapi matanya tetap fokus ke layar TV.
"Nggak mau pipi," tolak Jevan.
"Aku lagi nonton."
"Aku ngambek nih."
Blaire lantas menoleh Jevan, merasa lucu bila pria itu bertingkah tidak pada tempatnya. "Kamu kenapa sih?" tanyanya terkekeh geli.
"Aku minta kiss."
"Kita nggak lagi berdua doang, Je. Aku nggak mau dipergoki sama mereka."
"Mereka udah tidur." Jevan mencium garis rahang Blaire, lalu terjun bebas ke leher dan menyesapnya lembut.
"Heh, jangan macem-macem." Blaire mendorong kening Jevan ketika ada yang terasa menyengat di lehernya.
Jevan bukannya berhenti, malah menyesapnya lebih dalam lagi di sisi lain. Dia tarik tengkuk belakang Blaire untuk memastikan bibirnya tidak akan terlepas dari sana.
"Je!" desis Blaire panik. Entah apa yang terjadi pada pria itu sehingga hilang kendali seperti ini. Biasanya, Jevan paling jago mengendalikan bila tidak sedang pada tempatnya.
Pikiran Jevan yang sedang terganggu.
Dia makin melampiaskan ciumannya ke bibir Blaire, kala mengingat Ceysa mencium bibirnya tadi. Sangat cepat, terjadi begitu saja. Saat dia sedang menyelimutinya, tiba-tiba wanita itu menegakkan kepala dan mencium bibirnya. Hanya seperti itu saja, tapi membuatnya sangat terkejut. Wanita itu tidak mengatakan apa-apa, tapi rona merah di pipinya sudah lebih dari mengartikan segalanya.
"Je!" desis Blaire kembali.
Tak membiarkan Blaire melepaskan diri, Jevan rebahkan wanita itu dan menindihnya. Dia terjang kembali bibirnya dengan ciuman panas, bagai bara api. Tubuhnya menekan dengan lembut, mengunci sepenuhnya.
"Je, enough." Blaire menggunakan kekuatannya kali ini. Dia dorong pria itu baik dengan tangan ataupun kaki.
Jevan terjatuh ke lantai, suaranya cukup keras. Dia mematung, akhirnya sadar apa yang dilakukannya tadi bukanlah keinginan, melainkan cara mengalihkan pikiran.
"Sakit tau," desis Blaire sambil mengusap bibir dan lehernya. Jevan tak hanya mencium, tapi menggigit.
Jevan langsung duduk di samping Blaire, memegang tangannya. "Maaf. Maaf aku lost control," mintanya.
"Why?" tanya Blaire ingin tahu. "Aku boleh tau penyebabnya?"
Jevan mana mungkin bilang ke Blaire yang sebenarnya terjadi. Dia sendiri belum yakin seratus persen, meski sudah mengarah ke kemungkinan itu. Kemungkinan kalau Ceysa memang mulai menyukainya. Bila Blaire tau, bukan pertengkaran antar sahabat yang dia takutkan, melainkan pilihan yang akan wanita itu ambil. Jevan sangat mengenal Blaire, persahabatan di atas segalanya bagi wanita itu. Dia yakin Blaire lebih memilih mengalah dibandingkan harus memperebutkan satu laki-laki yang sama.
"Je?" Blaire memiringkan kepala.
Wajah Blaire kembali mengisi mata Jevan yang semula kosong. Dia lantas menggeleng, "bukan apa-apa. Aku ... mungkin lagi turn on aja," bohongnya.
Blaire meringis dan mencubit perut Jevan, "Jangan macem-macem. Ini di rumah sakit. Ada Ceysa. Ada Onyx. Ada Allura."
"Ke mobil aja gimana?" Sebenarnya Jevan tidak sungguh-sungguh, ini hanya guyonan agar Blaire percaya dia sedang tidak memikirkan hal lain.
"Gila." Blaire mencebik.
"Ya udah kiss." Jevan menunjuk bibir.
Blaire mengesah. Dia kecup bibir Jevan sekali, tapi pria itu menggeleng. Lalu dikecupnya sekali lagi, tetap saja Jevan menggeleng. "Maunya apa sih?" tanyanya kesal.
Jevan menatap dengan seringai mesum yang membuat Blaire lantas memutar bola matanya.
Tanpa keduanya sadari, Allura sudah melihat semua aktivitas mereka itu diam-diam. Mereka berada di ruang terpisah, namun tetap mudah terlihat.
"Kamu ngapain?" tanya Onyx sambil ikut melihat ke arah yang sama.
"Gila ya mereka." Allura menggeleng berkali-kali. Suaranya pelan, tidak sampai didengar Jevan dan Blaire yang tengah berciuman mesra sampai Blaire duduk di pangkuan Jevan.
"Gila kenapa?" tanya Onyx yang malah santai saja, tidak menganggap yang dilakukan Jevan dan Blaire sesuatu yang harus dibesar-besarkan.
"Itu menurut kamu mereka ngapain?"
"Ciuman."
"Ya itu gila."
"Mereka pacaran. Gilanya di mana?"
Detik itu juga Allura melongo menatap pacarnya yang melenggang santai kembali ke tempat tidur. "Aduh dada gue," keluhnya sembari memegang dadanya yang terasa dag dig dug.
***
Cukup memuaskan?Atauuuu belum "puas"? Nyehehe.
Kalau belum puas, nanti dipuasin sama Jevan di Karyakarsa, nyehehe.
Bisa baca duluan ... Di sana sudah Bab 26 dan ada tambahan part yang gak dipublish di Karyakarsa, super hawwtt 🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jealousy
RomantizmWarning: Khusus 18+ bijaklah dalam memilih bacaan yang sesuai usia ya. Blaire dikhianati oleh kekasihnya, lalu menerima bantuan Jevan untuk balas dendam dengan cara yang berkelas. Tapi Blaire lupa kalau Jevan justru lebih brengsek. Ibaratnya, keluar...