Menjelang akhir tahun, Jevan makin sibuk. Dia lebih sering pulang malam, sebab harus meeting sana-sini dengan klien untuk mengejar target. Dibantu oleh semua tim di bawahnya, mereka akhirnya bisa menutup tahun dengan gembira.
"Cheers!" teriak semua orang sambil mengangkat gelas berisi alkohol dan bersulang. Namun ada beberapa juga yang menggunakan botol air mineral atau jus sebagai gantinya.
Ting!
"Gue mau ucapin terima kasih banyak buat kalian semua karena selama satu tahun ini udah kerja keras buat tim kita. Semoga tahun depan kita semua bisa makin kompak dan sukses lagi!" Jevan kembali mengangkat gelasnya.
Semua orang ikut mengangkat gelas, terdengar suara denting dan mereka menenggak air berwarna kuning itu hingga habis.
Untuk merayakan keberhasilan yang mereka capai, Jevan menyewa VVIP room di tempat karaoke. Tadinya, dia berniat open table di sebuah kelab malam, tapi tidak semua anggota tim suka berada di sana, terutama para wanita yang sudah menikah.
"Ayo kita pesta sampai pagi!" teriak Calvin dengan mic yang menyala.
Lampu utama di ruangan itu padam, berganti dengan lampu disko setelah musik terdengar. Tidak hanya yang bernyanyi, tapi semua ikut berjoget di area terbuka depan monitor besar itu.
Jevan tersenyum geli melihat tingkah mereka semua. Terutama Blaire yang sejak dulu memang tidak pernah jaim dalam mengungkapkan ekspresi serta bahasa tubuh. This is why he loves her so much.
"Je, ayo dong jangan diem aja." Ceysa menarik tangan Jevan agar bernyanyi bersamanya.
Jevan mendekatkan mulutnya ke mic yang sama dengan Ceysa sehingga pipi mereka menempel. Keduanya tak segan-segan berteriak sesuai irama musik yang menggema.
Lagu berganti lebih selow. Mic pun dikuasai oleh Erna, emak-emak yang suka tembang kenangan. Mereka yang tadinya joget heboh, kini beralih meliukkan tubuh ke kiri dan kanan.
Ceysa merangkul pundak Jevan, ikut menyanyikan lagu itu tapi tanpa mic. Dia menoleh pria itu, lalu tersenyum geli. Begitu pun sebaliknya. Tidak ada yang merasa janggal, karena di sana semua orang sedang bergembira.
Setelah tiga lagu, Blaire merasa lelah dan memilih duduk. Dia menuangkan Vodka ke dalam gelasnya dan minum dalam sekali tegukan. Rasa pahit dari cairan berkadar alkohol itu membuat wajahnya meringis.
"Nggak usah banyak-banyak kali." Jevan merampas botol Vodka ketika Blaire hendak meminumnya lagi.
"Kenapa sih? Cuma malam ini aja aku mau minum sepuasnya." Blaire ingin mengambil botol itu lagi, tapi dijauhkan oleh Jevan.
"Nggak boleh, nanti tipsy. Kamu itu nggak kuat minum," larang Jevan.
"Nyebelin banget sih," desah Blaire.
"Bi, lagu Lo nih!" panggil Allura.
Blaire langsung mengambil mic, lalu naik ke atas meja dan bernyanyi lagu rock kesukaannya. Allura yang juga suka lagu ini, ikut naik ke meja dan mereka pun berduet.
"Ya ampun, mereka berdua kalau udah nyanyi lagu ini beneran harus jaga gendang telinga," omel Ceysa sembari duduk memeluk tubuhnya sendiri. Dia kedinginan, baju yang dipakai terlalu terbuka.
Jevan melepaskan jaketnya, memberi itu pada Ceysa. "Lo belum pulih total, jangan sampai sakit lagi," ucapnya.
Ceysa menatap Jevan tak berkedip.
Jevan mengambil mic dari tangan Budi, lalu mengganggu Blaire dan Allura dengan nyanyiannya yang tidak sesuai tempo.
"Jevan!" jerit Blaire dan Allura dengan suara yang terdengar menggema di ruangan itu.
Semua orang menutup telinga.
***
Entah karena pengaruh alkohol yang menguasai kewarasannya, atau Ceysa sebenarnya sadar saat tiba-tiba naik ke pangkuan Jevan dan menciumnya. Pria itu terkejut, tapi terlambat untuk menghindar karena kini bibirnya sudah dilumat habis-habisan.
"Cey, Lo ngapain?" Jevan mendorong Ceysa dengan lembut. Dia menoleh ke sekitar, untungnya tidak ada yang melihat. Sebagian sudah teler, sisanya masih sibuk bernyanyi dan berjoget.
"Kiss me," desis Ceysa di luar kendali. Dia mengalungkan tangannya ke leher Jevan, menciumnya lagi.
Jevan memalingkan wajah sehingga ciuman terlepas. "Lo pasti mabuk ya? Mending kita pulang," ajaknya.
"Gue nggak mabuk. Gue cuma suka sama Lo," sahut Ceysa dengan tatapan dalam.
Jevan terdiam beberapa saat, sampai ciuman Ceysa kembali menyambar bibirnya. Lebih kuat dan lapar. Tubuh Jevan sampai bergetar karenanya. Tentu saja terjadi ledakan hasrat yang membuat bagian bawahnya terasa tidak nyaman, karena bagaimanapun dia pria normal. Apalagi kini tangan Ceysa menjelajahi bagian itu, hendak memancingnya lebih jauh.
Alih-alih membalas, Jevan justru mendorong Ceysa lagi. Kali ini lebih tegas sampai wanita itu bergeser dari pangkuannya. "Jangan lakuin ini lagi," ucapnya dengan serius.
Ceysa terhenyak.
Jevan menolaknya.
Halus, tapi sangat menyakiti perasaannya.
Jevan ke luar menyusul Blaire yang sedang ke toilet. Dia mengelap mulut dengan punggung tangannya, terasa basah karena tadi Ceysa sangat ... liar.
"Eh Je, mau ke toilet?" tanya Blaire saat berpapasan, Jevan sedang menunduk.
Jevan dengan cepat menarik tangan Blaire ke toilet pria, untungnya tidak ada orang di dalam. Dia kunci wanita itu ke salah satu bilik, lalu melumat bibirnya dengan kasar.
"Hmppt." Blaire melepas ciuman dengan memiringkan wajahnya. "Heh, kamu kenapa?" tanyanya bingung.
"Just shut up and kiss me." Sekali lagi Jevan mencium bibir Blaire, menekan tubuhnya ke tembok dan tangannya bermain di bagian bawah rok pendek wanita itu.
Blaire yang sudah dipengaruhi nafsu dan sebagian besar alkohol pun, tidak menolak. Dia balas ciuman itu sama gilanya.
***
Ini kelanjutannya hawt dan hanya ada di Karyakarsa loh, nyehehehe.
Btw di Karyakarsa sudah sampai bab 32, kalau gak sabar gas ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jealousy
RomanceWarning: Khusus 18+ bijaklah dalam memilih bacaan yang sesuai usia ya. Blaire dikhianati oleh kekasihnya, lalu menerima bantuan Jevan untuk balas dendam dengan cara yang berkelas. Tapi Blaire lupa kalau Jevan justru lebih brengsek. Ibaratnya, keluar...