Bab 33. Kembali

14.9K 1.5K 199
                                    

Satu tahun kemudian ...

Begitu banyak yang berubah dalam waktu satu tahun. Seperti Blaire yang kini telah sukses dengan usaha toko bunganya. Ceysa berhasil mendirikan perusahaan wedding organizer. Ada juga Onyx yang telah menjadi seorang manajer di perusahaan asuransi dan Allura dengan kesibukannya sebagai seorang baker. Mereka telah memiliki jalan kesuksesan masing-masing, dan tetap bersahabat. Kecuali satu, yang hingga detik ini belum juga kembali.

Jevan Tirta Malik.

Kabar terakhir yang mereka semua dengar, Jevan telah membuka sebuah studio foto di Paris dan usahanya itu sedang menanjak. Jadi mungkin itu sebabnya sulit menghubungi pria itu selama beberapa bulan belakangan.

"Ini resep baru gue. Cobain deh, enak nggak?" Allure meletakkan kue yang dia buat sepagian ini ke atas meja.

Semua mengambil bagian dari setiap cup cake yang ada di atas piring, lalu mencobanya. Allura menunggu reaksi mereka semua dengan wajah antusias dan sangat berharap "dipuji".

"Enak, aroma kopinya berasa banget," puji Ceysa lebih dulu.

"Kalau gue vanilla," timpal Blaire. Dia tidak perlu memuji dengan kata-kata, menghabiskannya dalam satu gigitan sudah lebih cukup bagi Allura.

"Bisa dong nangkring di toko kue gue? Nggak malu-maluin, kan?" tanya Allura.

"Bisalah sayang, enak gini kok. Kamu makin jago aja nih, udah cocok jadi Ibu rumah tangga," kekeh Onyx.

Allura langsung merangkul Onyx dan bermanja-manja di pundaknya. "Aku bakalan selalu masakin kamu yang enak-enak, jadi kamu nggak akan punya alasan makan di luar," ucapnya.

Onyx mencium pipi Allura.

Ceysa dan Blaire menatap jijik pada sikap keduanya yang selalu umbar kemesraan.

"Eh, by the way liburan akhir tahun kita ke mana nih? Jangan bilang cuma di rumah aja, karena sumpah gue bosen banget," tanya Allura.

"Kamu mau ke mana?" sambut Onyx.

"Terserah, asal jauh dari Jakarta yang penuh dengan kemacetan ini," jawab Allura berlebihan. "Pantai seru nggak sih?"

"Bali?" Onyx bertanya.

Allura mengangguk. "Gimana Bi, Cey, menurut kalian?" tanyanya.

"Gue nggak tau nih bakalan bisa atau nggak. Jadwal lagi padat," jujur Ceysa. "Ada lima orang yang lagi waiting list gedung dan tanggalnya sama, pusing gue."

"Gue juga nggak bisa janji, tergantung situasi nanti," timpal Blaire.

"Ihhh, kok nggak seru banget sih? Gue aja rela tutup toko loh. Kita udah satu tahun nggak liburan," rajuk Allura.

"Sialan, nih anak udah di Jakarta aja," umpat Onyx tiba-tiba.

"Siapa?" tanya Allura.

"Jevan," beritahu Onyx menunjukkan layar ponselnya, "dia bikin story, lagi di Bandara."

"Eh iya!" pekik Allura.

Jantung Blaire rasanya mencelos. Dia selalu tidak bisa bersikap biasa setiap kali mendengar nama Jevan disebut. Berpura-pura tidak peduli selalu dia lakukan untuk menutupi rindunya.

Ceysa melirik Blaire. "Kalau nambah satu anggota lama sih, gue pastiin ikut liburan," ujarnya meyakinkan.

"Yes!" Allura makin senang. "Eh, tapi kok Jevan nggak ngabarin kita sih kalau dia udah pulang? Ngeselin deh tuh anak, mentang-mentang udah jadi orang bule sekarang."

"Beneran nggak ada yang dikabarin?" tanya Onyx. "Lo nggak tau juga, Bi?"

Semua menoleh Blaire, tapi wanita itu malah bangkit dari duduknya. "Udah siang, nggak pada kerja apa?" ujarnya tetap sok tidak peduli.

Ceysa ikut berdiri. Dia pun banyak sekali pekerjaan hari ini. "Hari ini gue bawa mobil sendiri," katanya sembari masuk ke kamar.

Blaire memelankan langkah saat Onyx dan Allura membicarakan Jevan yang tau-tau sudah di Jakarta tanpa mengabari mereka semua. Dadanya terasa sesak, entah karena bahagia atau rindu yang sebenarnya makin meluap.

"Mungkin dadakan, makanya nggak sempet ngabarin kita-kita," ujar Onyx menenangkan protes Allura.

"Tetep aja dia sempet bikin story, masa nggak sempet nge-chat kita sih?"

"Nanti aku marahin. Sekarang kamu mandi, biar nggak telat lagi akunya."

"Iya-iya. Bawel banget sih."

Benarkah pria itu sudah kembali?

***

Setelah mendengar kabar Jevan sudah kembali, hari-hari Blaire diliputi oleh rasa cemas yang tidak beralasan. Dia gelisah tanpa sebab, sampai-sampai hari ini melakukan banyak kesalahan saat membuat orderan bunga untuk pelanggan.

"Mbak kayaknya harus istirahat deh, nggak fokus banget hari ini," ujar Monic ketika ke sekian kalinya Blaire salah menuliskan nama di kartu ucapan milik pelanggan.

"Duh sorry." Melihat nama Jevan di kartu itu, Blaire meringis. Harusnya dia menulis nama Mas Anton, bukan malah Mas Jevan.

"Sini Mbak biar aku aja yang terusin." Monic mengambil alih pekerjaan Blaire. "Emang Jevan siapa sih Mbak? Udah tiga kali loh Mbak nulis nama itu hari ini," tanyanya.

Blaire menggeleng, "Kamu lanjutin aja ya," suruhnya sembari berdiri.

Hari ini toko bunga Blaire kebanjiran pesanan bunga untuk perayaan anniversary dari beberapa orang yang berbedq. Mawar merah selalu menjadi pilihan yang paling diminati. Selain itu, juga diselipkan sebuah kartu ucapan yang biasanya ditulis langsung oleh Blaire atau Monic, bila pelanggan memang request.

Blaire ke ruangannya, menghabiskan segelas air mineral yang ada di meja. Dia meraup wajahnya, menyuar rambut dan menatap lurus ke depan. "Fokus Bi, fokus ..." ucapnya pada diri sendiri.

Lama-lama, Blaire tidak tahan juga. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu membuka aplikasi Instagram. Sudah lama dia meng-hide Jevan dari semua sosial media, sehingga apapun yang diposting oleh pria itu tidak akan muncul di berandanya. Namun hari ini, dia penasaran ingin melihat apa yang Onyx lihat tadi pagi. Sekaligus membuktikan kalau benar Jevan ada di Jakarta.

Instagram Jevan bisa dibilang seperti rumah kosong yang berdebu, karena pria itu tidak memiliki satu postingan pun di feed instagramnya. Kalaupun harus ada yang dipamerkan, pasti hanya berupa story yang akan lenyap dalam dua puluh empat jam.

Jari Blaire sudah berada di atas foto profil Jevan yang terdapat lingkaran merah. Butuh waktu lama untuk memberanikan diri melihatnya, dan tampaklah sebuah foto di ruang tunggu Bandara. Ternyata benar, Jevan sedang di Jakarta.

Blaire menahan foto itu agar tidak cepat bergerak ke slide selanjutnya. Jantungnya bagai pacuan kuda yang terus berdetak dengan cepatnya. Dia lepaskan jarinya dari sana, foto beralih ke slide selanjutnya.

Deg!

Slide selanjutnya kira-kira dua jam setelah yang pertama, Jevan me-repost story milik seorang wanita yang sedang menyorot wajah Jevan yang sedang tersenyum. Wanita itu terdengar meminta maaf karena sudah terlambat menjemput, nadanya terdengar sangat manja. Lalu terlihat Jevan mengangkat tangan yang sepertinya sedang mengusap puncak kepala si wanita. Adegan selanjutnya, si wanita memeluk Jevan dan merengek manja, "kangen banget."

Dibalas dengan ucapan serupa oleh Jevan, "aku juga kangen banget sama kamu." Lalu selesai.

Blaire menggigit bibir bawahnya. Apa ini yang membuat Jevan tidak pernah satu kali pun menghubunginya selama satu tahun terakhir? Pria itu sudah ... Move on?

***

Sesuai janji, Momi update lagi.

Momi baik khannn 🤭

Ini memang sengaja skip time ya. Pembaca lama Momi pasti tau banget Momi tipe yg gak suka bertele-tele.

Mau lagi?

Spam komen lagi 🔥

Sweet JealousyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang