From: Arjuna
Bi, please kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya ke kamu. Sumpah, aku khilaf. Kamu tau, kan, aku selalu berpikir buat masa depan kita?"Bulshit!" desis Blaire, lalu melempar ponsel itu ke atas kasur. Entah sudah chat ke berapa yang Arjuna kirimkan, tak sekalipun dia balas. Pria itu pasti sangat putus asa sampai terus saja menelepon dan mengirim pesan.
Tok. Tok. Tok.
"Bi, gue masuk ya!" seru Allura dari luar.
"Masuk aja!" suruh Blaire. Dia sedang memakai sleep shirt dengan kancing penuh di bagian depan.
Pintu kamar Blaire dibuka, Allura masuk ke dalam. Langsung melompat ke ranjangnya dan rusuh. Berhubung kamar Blaire yang paling rapi di sini, maka rasanya tidak adil kalau tidak dibuat berantakan.
"Cuci kaki nggak? Itu seprei baru gue ganti loh," tunjuk Blaire. Mana seprei warnanya putih, seenaknya saja kedua sahabatnya itu menjejakkan kaki.
"Astaga, gue tadi abis nginjek kotoran Tobi." Allura memasang ekspresi yang seolah sedang ketakutan.
"Gue hajar Lo, sumpah." Blaire tahu Allura cuma bercanda, karena mana mungkin sahabatnya itu membiarkan kotoran kucing peliharaannya sampai terinjak. Bisa-bisa kucing orange itu dimasukkan ke plastik, lalu dibuang ke panti asuhan oleh Ceysa.
"Bi, Arjuna tadi hubungin gue." Allura memberitahu.
"Hah?" Blaire sedang mencari alasan, dia lupa mempersiapkan jawaban.
"Dia nanya ke gue apa bener Lo sama Jevan balikan?" selidik Allura dengan mata memicing.
"Gila. Nggak lah!" tepis Blaire. Eh tapi emang nggak, kan?
Allura lalu menghadapkan layar ponselnya ke wajah Blaire, "Terus ini maksudnya apa?" tanyanya mengenai sebuah foto yang menunjukkan Jevan dan Blaire sedang berciuman.
Arjuna memang sialan. Ngapain dia kirim foto itu ke Allura? Atau jangan bilang ... "Ceysa juga tau?" tanyanya panik.
"Kayaknya sih nggak. Arjuna sempet minta nomor Ceysa ke gue, artinya dia nggak punya."
"Lo kasih?"
"Nggak lah. Bisa mati gue digorok tuh anak kalau kasih nomor dia ke orang asing, apalagi model buaya darat gitu. Masih sayang nyawa gue."
Blaire meniup napas lega, setidaknya dia aman dari interogasi sampai pagi sahabatnya yang unik itu.
"Kembali ke topik, foto itu maksudnya apa? Kenapa Lo ciuman sama Jevan?" tanya Allura lagi.
"Emm, itu ... itu bukan apa-apa. Jevan cuma bantu gue buat manas-manasin Arjuna." Blaire meyakinkan.
"Udah gue duga. Soalnya mustahil aja gitu kalau Lo mau balikan sama Jevan segitu mudahnya," desah Allura. "Tapi nggak ada udang di balik batu, kan?"
"Maksud Lo?"
"Ya ... Jevan nggak minta bayaran atas bantuannya, kan?" Allura menatap lekat dengan mata memicing.
Blaire tertawa sumbang. "Nggak lah. Dia jauh lebih kaya dari gue, mustahil masih ngarepin bayaran," kekehnya.
"Bayaran, kan, nggak selalu berbentuk uang?" Allura kembali memancing.
Blaire berdeham. Seketika ingat apa yang sudah dia lalui bersama Jevan selama proses balas dendam ini. Tapi bila memberitahu Allura, mentalnya tidak cukup kuat. "Emangnya gue apaan," tepisnya.
"Kok sampai ciuman gitu? Bisa aja, kan, kalian cuma pegangan tangan atau pelukan deh."
"Ya ... itu spontan aja sebenernya. Kita nggak ngerencanain apapun, semua terjadi dengan sendirinya," sahut Blaire.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jealousy
RomanceWarning: Khusus 18+ bijaklah dalam memilih bacaan yang sesuai usia ya. Blaire dikhianati oleh kekasihnya, lalu menerima bantuan Jevan untuk balas dendam dengan cara yang berkelas. Tapi Blaire lupa kalau Jevan justru lebih brengsek. Ibaratnya, keluar...