Selamat morning bebs ~~~
Pagi-pagi Momi udah kasih update, senang tidak?
Besok mau lagi? Buleehhh, asal vote minimal 500k atau nunggu yang baca udah 1k 😏
Let's go lah kalau begitu.
***
Begitu mobil Jevan berhenti di lahan parkir rumah kontrakan dua tingkat itu, Blaire langsung keluar dan berlari masuk ke dalam rumah. Dia abaikan panggilan Jevan, salah pria itu tidak mau menurunkannya di perempatan tadi.
Saat Blaire pikir keadaan aman, baru akan naik ke tangga tiba-tiba pintu salah satu kamar di bawah terbuka. Bagai maling yang sudah ketahuan, dia membeku dengan gerakan tubuh yang awkward.
"Dari mana, Non?" sindir Allura.
Blaire membalikkan tubuhnya dan meringis. "Tumben udah bangun," ujarnya balik menyindir.
"Mungkin Tuhan emang sengaja atur gue bangun jam segini biar bisa ..." Masuknya Jevan membuat Allura memicingkan mata. Kecurigaannya bertambah. "... mergokin kalian berdua," tambahnya.
"Hai!" sapa Jevan santai.
"Ngaku, Lo bawa Bi ke mana tadi malem?" todong Allura.
"Anak kecil nggak perlu tau." Jevan mengacak-acak puncak kepala Allura.
"Je, gue nggak mau kena bad hair day gara-gara Lo, ya!" maki Allura dengan mata melotot.
Jevan hanya tertawa dan melanjutkan naik ke atas, "Nggak udah diladeni, Bi. Biarin aja dia penasaran terus."
Blaire tersenyum tipis.
Allura menatap Blaire lekat. "Beneran Lo sama Jevan balikan nih?" tanyanya makin penasaran.
"Apaan sih Lo." Blaire tidak mau menjawab, biar saja Allura menebak. "Udah ya, gue capek banget. Hari ini mau off dulu, tulang gue remuk."
"Yah, nggak kerja? Terus gue sendiri dong?" Allura protes.
"Ceysa?"
"Dia lagi nggak enak badan, semalem tidur di kamar gue badannya panas."
"Loh, kok bisa?" Blaire membatalkan niat ke kamarnya, langsung masuk ke kamar Allura.
Allura menyusul dari belakang.
Ceysa tidur dengan selimut menutupi hingga bawah dagu. Blaire langsung duduk di tepi ranjang dan mengecek suhu wanita itu dengan punggung tangan, benar-benar panas. "Kenapa nggak dibawa ke dokter, Ra?" tanyanya.
"Udah gue tawarin berkali-kali, nggak mau. Katanya nanti sembuh sendiri," keluh Allura.
"Bi, Lo udah pulang?" Ceysa terbangun dan langsung bergerak duduk. Wajahnya tampak pucat dan bibirnya kering.
"Cey, kita ke dokter yuk? Ini badan Lo panas banget," bujuk Blaire.
"Gue nggak apa-apa, Bi. Cuma demam biasa aja, nanti juga sembuh sendiri."
Blaire tidak bisa memaksa. Dia tahu Ceysa punya trauma di masa kecil, di mana Mamanya meninggal karena sebuah malpraktek yang dilakukan oleh seorang dokter.
"Kalau minum obat udah?" tanya Blaire menoleh Allura.
"Udah gue kasih paracetamol," jawab Allura.
"Kenapa tiba-tiba sakit sih, Cey? Pasti Lo begadang lagi ya?" tanya Blaire. Ceysa ini sangat gampang sakit kalau jam tidurnya kurang.
Allura melirik Ceysa, dia tahu wanita itu semalaman tidak tidur karena menunggu balasan chat dari Jevan. Tapi mana mungkin dia memberitahu Blaire soal itu, posisinya benar-benar sulit sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jealousy
RomanceWarning: Khusus 18+ bijaklah dalam memilih bacaan yang sesuai usia ya. Blaire dikhianati oleh kekasihnya, lalu menerima bantuan Jevan untuk balas dendam dengan cara yang berkelas. Tapi Blaire lupa kalau Jevan justru lebih brengsek. Ibaratnya, keluar...