Blaire sebenarnya tidak ingin datang malam ini, tapi takut dikira pengecut karena ada Jevan di sana. Dia sengaja datang terlambat agar tidak terkesan antusias, lalu berencana pulang lebih dulu. Nyatanya, hanya ada Onyx dan Allura yang sudah duduk di sana.
"Ceysa mana?" tanya Blaire sembari menaruh tas di meja. Dia duduk di salah satu sofa, melihat-lihat ke sekitar.
"Tadi sih katanya udah di jalan. Paling bentar lagi sampe," jawab Allura.
"Lo kalau laper persen makan duluan aja, Bi. Tadi Jevan ngabarin bakalan telat juga datengnya," beritahu Onyx.
"Nanti deh," jawab Blaire malas. Dia melirik smartwatch di tangannya, ini sudah sangat terlambat dari waktu mereka janjian.
"Jangan tegang gitu dong mukanya," ledek Allura.
"Siapa yang tegang? Gue cuma lagi capek, banyak orderan bunga hari ini," tepis Blaire.
"Oh, lagi capek." Allura mengangguk kecil sembari mengulum senyum.
"Dari dulu yang punya kebiasaan telat emang cuma Ceysa sama Jevan nggak sih?" tanya Onyx.
"Eh iya ya, ternyata masih belum berubah juga," sahut Allura tertawa cekikikan.
Blaire berpura-pura tidak mendengar. Sebenarnya dia sedang sangat tegang, suasana hatinya tidak karuan. Antara deg-degan, tapi kesal juga. Entahlah, dia sendiri bingung. Tangannya terasa dingin, namun wajahnya berkeringat.
"Sorry telat." Ceysa akhirnya datang dan langsung duduk di sebelah Blaire. "Mana nih yang traktir belum dateng emang?" tanyanya celingukan.
"Biasalah, drama orang Jakarta pasti nggak jauh-jauh dari macet," sahut Onyx.
"Tau gitu gue nggak perlu ngebut tadi ke sini, kirain udah paling telat," keluh Ceysa.
"Nah, itu dia orangnya dateng!" Onyx menunjuk ke arah pintu masuk, di mana dua orang baru saja datang dan disambut oleh pelayan restoran itu.
Blaire mencoba tidak terganggu dan tetap fokus pada ponselnya, meski tidak lagi jelas apa yang dilihat oleh matanya. Jantungnya berdetak tidak karuan, rasanya makin panas dingin.
"Gila ya Lo, telat banget ini sih." Onyx menyambut kedatangan Jevan yang aroma parfumnya sudah benar-benar menyapa hidung semua orang.
"Sorry-sorry, ada insiden kecil tadi," kekeh Jevan.
Suara Jevan.
Blaire gugup mendengarnya.
"Oh iya, kenalin ini Karin," ujar Jevan pada semuanya.
"Hai, Allura." Allura lebih dulu mengulurkan tangan, bersalaman dengan wanita yang Jevan bawa.
"Karin," sambut wanita bersuara merdu itu.
"Ceysa."
"Karin."
"Onyx, pacarnya Allura."
"Karin."
"Ehm," deham Allura. "Bi, berdiri kali. Jevan dateng nih," beritahunya.
Blaire berdiri dengan malas, menyapa kikuk, "Oh, hai." Tanpa berani melihat mata pria itu langsung.
"Hei, kamu yang tadi di butik itu kan?" sapa Karin menunjuk Blaire dengan wajah terkejut.
Blaire pun mengangkat wajahnya dan menatap Karin. Sama terkejutnya. Iya benar, ini wanita yang tadi. Pantas saja dia merasa tidak asing dengan wajahnya, ternyata memang pernah melihatnya. "Hai ..." sapanya dengan senyum kaku.
"Kalian saling kenal?" tanya Jevan bingung. Sama seperti yang lain juga menatap heran pada Blaire dan Karin.
"Ini loh yang aku ceritain ke kamu soal gaun ini," beritahu Karin dengan tawa merdunya. "Nggak nyangka ya ternyata temen kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Jealousy
RomanceWarning: Khusus 18+ bijaklah dalam memilih bacaan yang sesuai usia ya. Blaire dikhianati oleh kekasihnya, lalu menerima bantuan Jevan untuk balas dendam dengan cara yang berkelas. Tapi Blaire lupa kalau Jevan justru lebih brengsek. Ibaratnya, keluar...