Bab 14. Keramas

29.8K 2K 391
                                        

Ini kenapa makin sepi seehhhhh ...

Plislah jangan sider, satu komen kalian itu bayaran yang mahal buat usaha Momi nulis, syungguh.

Komen ya, vote juga.

Nih dikasih bonus si cantik Blaire

Blaire kesiangan, tapi Jevan malah tidak membangunkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Blaire kesiangan, tapi Jevan malah tidak membangunkannya. Padahal pria itu sudah keluar lebih dulu dari kamar, entah jam berapa. Dia hanya ingat saat Jevan melumat bibirnya, dan dia balas antara sadar dan tidak akibat masih terlalu mengantuk. Lalu tau-tau sudah jam delapan, di mana semua orang telah berkumpul di ruang makan menunggunya.

"Nah ini Bi udah datang." Imelda menyambut Blaire sembari menaruh piring ke atas meja.

"Maaf ya Ma, semuanya, aku bangun kesiangan," ucap Blaire tidak enak. Dia melirik Jevan yang malah mengulum senyum, tidak tahu bagian mana yang lucu darinya saat ini.

"Iya nggak apa-apa sayang. Kita semua ngerti kok kamu capek," balas Tante Priska.

"Kak Bi rambutnya basah banget, kayak pengantin baru aja," goda Iren, sepupu tertua Jevan yang usianya tak jauh beda dengan mereka.

Mama Jevan, beserta sanak keluarga lain mengulum senyum. Semua orang tidak ada yang rambutnya basah, termasuk yang sudah memiliki suami. Sudah menjadi lawakan umum bila wanita keramas pagi-pagi, pasti dikira habis mandi besar.

Blaire refleks memegang rambutnya yang masih menetes, ternyata ini yang ditertawakan oleh Jevan sejak tadi. Bodohnya dia, lupa kalau tidak seharusnya keramas pagi-pagi. Mana belum dikeringkan secara maksimal lantaran tidak ada handuk tambahan.

"Sudah, Iren jangan didengarkan. Dia itu emang iseng," kekeh Imelda. "Ayo kamu habiskan sarapannya, setelah ini kita jalan-jalan ke pasar."

"Iya, Ma." Blaire mengangguk patuh.

Blaire menghimpun rambutnya jadi satu, ingin dia ikat agar tidak sampai mengganggu saat makan. Jevan lantas berdeham, Blaire menoleh. Pria itu memberikan kode dengan menggaruk leher. Seketika Blaire sadar kalau dia harus menutupi sesuatu di lehernya. Dia gerai kembali rambutnya hingga ke depan.

Entah karena sudah melihatnya lebih dulu atau hal lain, Blaire bisa melihat senyum dikulum Iren.

"Semalam banyak nyamuk ya? Leher aku sampe merah semua nih." Iren menggaruk lehernya dengan sengaja.

Blaire tanpa sadar membenahi rambut untuk menutupi lehernya. Dia tahu Iren sedang menyindirnya.

"Makanya Mama bilang sebelum tidur pakai lotion anti nyamuk dulu," omel Tante Priska, sang Mama.

"Nyamuknya beda Ma, nggak mempan cuma dengan lotion biasa. Apalagi nyamuk yang tengah malem datengnya diem-diem."

Jevan dan Blaire tersedak bersamaan.

Sweet JealousyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang