Bagian 3

5.5K 630 96
                                    

Hari ini Haechan pulang ke dorm Dream. Karena pikiran dan hatinya sedang tidak baik-baik saja, maka bercerita pada member Dream adalah jalan terbaik bagi Haechan.

Bukannya Haechan tidak akan merasa tenang jika bercerita pada member lain. Akan tetapi, bercerita pada member Dream itu mempunyai ketenangan sendiri baginya. Mereka itu tumbuh besar bersama, sukses bersama, melewati pahitnya dunia bersama. Dan mereka juga adalah orang yang paling mengerti Haechan itu bagaimana.

Haechan membuka pintu dorm dengan pelan, melepas sepatu dan menyimpannya di rak dengan rapih. Berjalan sebentar untuk menuju ruang tamu, hanya untuk menemukan Renjun, Jeno dan Jaemin yang sedang bermain game bersama di sana.

Menyadari kehadiran Haechan ketiganya menoleh sebentar, lalu kembali lagi ke permainan.

"Tumben kau ke sini, ada apa?" tanya Jeno, sesaat setelah Haechan mendudukkan dirinya di sofa.

"Ingin saja," jawab Haechan sekenanya. "Di dorm hanya ada kalian? Jisung, Shotaro dan Sungchan kemana?" Haechan celingukan. Aneh saja, biasanya dorm akan ramai, namun kali ini sangat sepi.

"Jisung pulang, Sungchan juga. Jika Shotaro, tadi pagi dia pamit ingin berjalan-jalan bersama Yuta Hyung, dan sepertinya mereka akan menginap." Renjun menjawab, Haechan hanya mengangguk saja. Diam-diam hatinya merasa lega, itu artinya di dorm hanya ada mereka berempat. Jadi, Haechan bisa bercerita dengan leluasa.

Haechan hanya tidak mau saja banyak orang yang mengetahui masalahnya. Cukup ketiga sahabat seusianya ini saja yang tahu, yang lain nanti. Untuk Jisung dan Chenle, Haechan juga tidak bisa memberitahu sekarang. Mereka masih terlalu awam.

"Kau ingin menggantikan ku bermain, Chan?" Jaemin menengok, menatap Haechan yang saat ini sedang menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa.

"Tidak."

Kernyitan tercipta di kening ketiga pria tampan itu. Tidak biasanya Haechan seperti ini. Pria itu akan sangat semangat jika menyangkut masalah game, lalu ini kenapa?

"Kau ada masalah, kan?" Renjun menelisik.

"Iya."

Renjun, Jeno dan Jaemin saling pandang, sebelum akhirnya mematikan game mereka lalu mendekat ke arah Haechan.

"Ada apa? Wajahmu terlihat sangat frustasi." Jaemin duduk di sebelah kiri Haechan, sedangkan Renjun dan Jeno di sisi lainnya.

"Memang."

Helaan napas keluar dari mulut Renjun. "Iya, kau sedang ada masalah apa? Kau ke sini untuk bercerita, kan?"

Haechan menegakkan tubuhnya. Memandang satu persatu wajah sahabat yang sudah lebih dari 7 tahun bersamanya.

"Kalian tahu aku berkencan dengan Ryujin, bukan?" Haechan balik tanya, dan mendapat anggukan dari tiga pria lain di sana.

Bagaimana bisa tidak tahu. Bahkan mereka bertiga adalah yang pertama Haechan beritahu saat pria berkulit tan itu jatuh cinta.

"Lalu, apa kalian tahu bahwa akhir-akhir ini ada rumor yang membenarkannya?" Lagi-lagi anggukan yang Haechan dapat.

"Aku tadi dipanggil oleh Lee Sooman songsaenim, dia bilang dia punya cara untuk menutupinya. Dan dia juga bilang, cara ini kemungkinan akan berpengaruh sedikit, baik itu pada agensi atau pada kita—"

"—Aku awalnya setuju, tapi saat mendengar caranya sepeti apa, aku menyesal telah menyetujuinya." Haechan tertunduk.

"Kenapa? Bukankah itu bagus?" tanya Jeno heran.

"Tidak, sama sekali tidak bagus. Makanya aku menyesal telah setuju."

"Memangnya cara apa yang Lee Sooman songsaenim katakan?"

Fake Rumor!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang