Bagian 18

3.6K 499 38
                                    

Jaemin semakin dibuat yakin bahwa Haechan itu sudah gila. Beberapa hari lalu, sejak saat dirinya, Renjun dan Jeno menyuruh agar Haechan berbicara pada Giselle, Haechan menjadi semakin aneh.

Pria itu akan tercenung sendiri, lalu akan mengacak rambutnya seakan-akan dia tengah frustasi. Wajahnya selalu terlihat kusut. Biasanya jika Dream sedang berkumpul lengkap, Haechan akan menjadi seseorang yang tidak tinggal diam. Namun sudah beberapa hari ini, Haechan berubah menjadi pendiam, pria itu seakan-akan menunjukkan bahwa dirinya tengah  mempunyai beban yang sangat berat.

Dan yang Jaemin dengar juga, hubungan Haechan dan Ryujin sedang di timpa sedikit masalah. Hubungan dua kekasih itu tidak sehangat dulu, tidak secerah dulu. Semakin ke sini, Jaemin seperti merasakan bahwa hubungan Haechan dan Ryujin itu semakin suram saja.

Entah sejak kapan dimulainya, tapi Jaemin rasa, sejak rumor atau yang sekarang sudah bisa di sebut scandal antara Haechan dan Giselle menyebar luas, hubungan mereka berubah.

"Chan, kau ingin menginap?" Jaemin duduk di samping Haechan yang sejak tadi hanya diam, menatap ke arah komputer dengan kosong.

"Sepertinya," jawab Haechan singkat.

Ngomong-ngomong saat ini keduanya bersama dengan Chenle sedang berada di kamar Jaemin, bermain PC Game. Sedangkan Renjun sedang memasak sesuatu di dapur, juga Jeno dan Jisung yang keluar untuk membeli makanan ringan. Lalu Sungchan dan Shotaro yang sepertinya ada di ruang tengah. Mark tidak bisa datang karena ada urusan.

"Hyung menginap saja, aku juga ingin menginap. Pasti akan seru jika Dorm penuh!" Chenle berseru.

Haechan sedikit tersenyum. "Tentu saja, aku akan menginap. Nanti malam kita makan-makan!"

Melihat respon Haechan yang semangat, Jaemin malah menekuk alis. Respon Haechan itu memang terlihat antusias, namun entah mengapa Jaemin merasa ada sesuatu yang ganjal.

Maka dari itu, Jaemin menengok ke arah Chenle, tersenyum manis. "Chenle, boleh tinggalkan aku dan Haechan berdua dulu? Ada yang ingin aku katakan. Kau pergi saja ke Renjun atau bergabung bersama Shotaro dan Sungchan."

"Membicarakan apa? Kenapa aku harus keluar, di sini saja tidak apa-apa. Aku pandai jaga rahasia."

Jaemin kembali tersenyum. "Chenle," peringatnya.

Chenle mengatupkan bibir, Jaemin itu tersenyum, tapi ekspresi yang dia tunjukan malah berkebalikan. Maka dengan sedikit mencebik, Chenle bangkit, kemudian berjalan keluar meninggalkan Haechan dan Jaemin berdua.

"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Haechan yang sejak tadi hanya memperhatikan Jaemin dan Chenle.

"Kau ini sebenarnya kenapa?"

"Maksudmu apa?"

"Jangan bersikap seakan kau tidak mengerti, Donghyuck."

Haechan terdiam sebentar. Kemudian kepalanya mengadah, seketika dia menyesal untuk menerima ajakan Renjun untuk main ke Dorm Dream.

"Na," panggil Haechan lirih. "Apa yang harus aku lakukan?" Kemudian pria itu menatap Jaemin sukar, sorot matanya terlihat sangat kelelahan.

"Sudah kuduga." Jaemin menghela napas. Benar saja, masalah ini yang membuat Haechan menjadi pemurung.

"Jijel menderita, aku menderita, Ryunjin juga menderita. Kami semua menderita."

"Kau tahu, Na. Saat aku berbicara pada Giselle, saat itu aku melihat sorot matanya yang terlihat hampa. Senyum manisnya yang terlihat tidak berarti apa-apa, juga perkataannya yang membuat aku tidak tega. Gadis itu banyak menderita, dan itu karena aku."

Fake Rumor!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang