"KAU GILA?"
Haechan memejamkan mata saat Lee Sooman berteriak padanya. Pria itu langsung berseru setelah Haechan menyerukan niatnya. Sedangkan Jaemin yang ada di sampingnya tidak jauh beda. Hanya mampu terduduk tanpa bersuara.
Setelah pembicaraannya dengan Jaemin, Haechan langsung berbicara pada Ryunjin tentang rencana ini. Respon Ryujin sedikit sama dengan Lee Sooman saat ini. Gadis itu berteriak tidak percaya padanya, mata yang kecil itu membulat sempurna.
Saat itu Haechan hanya bisa tersenyum, menarik Ryujin dengan lembut untuk kembali duduk tenang di sampingnya, sementara dia menjelaskan semua yang harus dia jelaskan dari awal. Tentang niatnya ini, tentang rencana yang sudah dia susun ini, semua Haechan jelaskan pada Ryujin dengan rinci.
Sedangkan Ryujin hanya bisa termangu. Menatap mata Haechan yang memancarkan ketulusan dan kesungguhan. Untuk itu, meski sedikit ragu, Ryujin mengangguk. Membuat Haechan tersenyum lebar, kemudian menarik gadisnya itu kedalam pelukannya.
"Ini yang terbaik, songsaenim. Kami tidak bisa bertahan lebih lama lagi dalam rumor palsu ini, kami—terutama Giselle menderita," ujar Haechan lirih.
"Tapi ini sangat beresiko, untukmu, Giselle, grup dan agensi. Bukan hanya agensi ini saja, tapi agensi tempat kekasihmu berasal juga bisa terbawa-bawa. Apa kau mengerti? Tolong, jangan gegabah seperti ini, Haechan."
Haechan menunduk, helaan napas kasar keluar dari mulutnya. Tanpa Lee Sooman beritahu pun, Haechan sudah tahu semuanya. Semalam dia memikirkan ini matang-matang, tentang resiko nanti yang harus dia tanggung, agensinya tanggung dan tentu saja resiko yang akan Giselle tanggung. Semuanya sudah Haechan pikirkan baik-baik. Dan menurut pengamatannya, resiko agensi itu sedikit, tidak berbahaya pula.
"Aku mengerti, sebelum datang ke sini pun, aku sudah memikirkannya dengan matang. Dan aku yakin, yang akan mendapatkan imbas lebih banyak itu diriku pribadi, bukan grup ataupun agensi," terang Haechan, kali ini lebih berani.
Lee Sooman memijat pangkal hidungnya, sungguh dari dulu masalah dating adalah masalah yang cukup merepotkan untuknya.
"Lalu, apa mau mu Haechan?" tanya Lee Sooman pada akhirnya.
Haechan melirik ke arah Jaemin, menemukan sahabatnya itu menganggukan kepalanya yakin. "Aku hanya ingin agensi mengkonfirmasi bahwa aku dan Ryujin berkencan, kemudian menjelaskan secara rinci soal rumor aku dan Giselle akan semua orang tidak salah paham."
"Apa kekasihmu sudah setuju soal ini?" Haechan mengangguk. "Agensinya?"
Haechan terdiam. Dia lupa, kali ini dia berurusan dengan dua agensi.
Lee Sooman menghembuskan napas. "Sudah ku katakan, kan, masalah ini bukan masalah sepele. Kau tidak bisa mengambil keputusan gegabah seperti ini. Mungkin, ya, kau dan Ryujin sudah setuju dan siap menanggung semua resikonya nanti. Tapi, bagaimana dengan agensi Ryujin? Apa mereka siap menanggung resiko sama seperti kami?" Haechan masih terdiam.
"Anda bisa melakukannya, Songsaenim," ujar Jaemin tiba-tiba.
"Apa maksudmu?"
"Anda bisa berbicara pada pimpinan agensi Ryujin, kan, tentang masalah ini? Itu sebabnya kami datang ke sini untuk menemui anda. Selain untuk memberitahukan tentang rencana Haechan dan meminta agensi untuk mengkonfirmasinya, kami juga ingin meminta tolong supaya anda bisa membantu kami lebih lagi," jelas Jaemin membuat Haechan yang sejak tadi tertunduk mengangkat kepalanya.
"Benar. Anda bisa kan?"
Lee Sooman terdiam. Ya, dia bisa. Berbicara tentang masalah kencan seperti bukan hal yang sulit, tapi cukup merepotkan.
"Baiklah, aku bisa."
Senyum Haechan dan Jaemin mengembang lebar. Tidak menyangka bahwa pimpinan agensi mereka ini ternyata cukup baik.
"Tapi Songsaenim, bagaimana jika mereka menolak?" Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Lee Sooman kembali terdiam, untuk kemudian tersenyum kecil.
"Itu mudah, aku hanya tinggal mengkonfirmasinya sendiri," jawab Lee Sooman ringan, membuat Haechan dan Jaemin terhenyak beberapa saat sebelum akhirnya mengucapkan kata 'wah' secara bersamaan.
"Aku belum bertanya soal ini padamu, Haechan."
"Apa?"
"Giselle sudah tahu rencanamu ini?"
Haechan termangu, menatap wajah Lee Sooman dengan sukar. "Seminggu——"
"——setelah satu minggu, aku akan memberitahu Giselle. Setelah satu minggu itu juga, agensi bisa langsung mengeluarkan berita konfirmasinya."
***
"Aku tidak percaya bahwa Lee Sooman Songsaenim akan setuju dengan rencana kita," ucap Haechan lega.
Jaemin terkekeh. "Tentu saja. Mau bagaimana pun, dia adalah pemimpin agensi yang selalu menginginkan sesuatu yang baik untuk artisnya."
"Kau benar."
Saat ini keduanya sedang dalam perjalanan pulang. Berjalan beriringan di koridor gedung utama, sesekali membungkuk saat berpapasan dengan beberapa staff dan produser.
Pembicaraan dengan Lee Sooman tadi cukup lama dan menguras tenaga, tapi Haechan dan Jaemin bersyukur mereka berdua menemukan jalan keluarnya. Jalan keluar yang selama ini Haechan cari-cari.
"Ini pelajaran untukmu juga, Na." Jaemin menoleh dengan cepat.
"Apa?"
"Jika suatu saat kau ingin berkencan, cari saja gadis yang satu agensi. Di agensi kita banyak gadis cantik, tidak perlu mencarinya keluar. Winter Aespa salah satu contohnya." Kemudian Haechan mengaduh saat Jaemin memukul bahunya cukup keras.
"Hei, kenapa memukulku? Aku hanya memberi saran!"
"Jangan bicara sembarangan, aku tidak memiliki niat untuk berkencan."
"Kan aku bilang suatu saat, bukan sekarang!"
"Terserah!" Jaemin mendelik, kemudian berjalan lebih cepat, meninggalkan Haechan yang tertawa.
Setelah puas, Haechan berlari, menyusul Jaemin yang sudah lebih dulu menunggu jemputan mereka di luar gedung.
"Kau marah?" tanya Haechan saat melihat wajah Jaemin yang tidak enak di pandang.
"Untuk apa?" balas Jaemin acuh.
"Siapa tahu kau marah padaku." Haechan memasukan kedua tangannya ke dalam kantong jaket, menilik penampilan Jaemin dari atas sampai bawah.
"Tapi, Na, aku serius. Kau itu tampan, suatu saat pasti akan berkencan. Jadi untuk berjaga-jaga saja, aku memberimu saran seperti tadi. Jikapun bukan Winter, ma——"
"Daripada mengurusi urusan yang tidak berguna seperti ini, lebih baik kau pikirkan akan melakukan apa bersama Giselle besok." Jaemin memotong dingin.
Haechan mengerjap, mulutnya masih terbuka itu kemudian dia tutup, kembali menatap lurus ke depan, menunggu manager datang. Ya, Jaemin memang selalu berhasil membuatnya diam.
***
Long time no see!
Saya update. Maaf lama, maaf pendek, maaf nggak nyambung.
Sudah berapa lama, ya, saya nggak update? Seminggu ada?
Big sorry, saya baru bisa update hari ini. Karena kemarin selama 1 minggu full saya sakit, lagi. Saya nggak tau kenapa imun saya tuh lemah banget, padahal baru sembuh, eh, malah sakit lagi haha.
Sampai jumpa di next chapter kalian!

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Rumor!
FanfictionSUDAH TERBIT! Buku tersedia di shoppe! Seorang idol memang tidak akan lepas dari yang namanya rumor. Tapi, bagaimana dengan Giselle yang harus mengorbankan diri untuk menutupi rumor orang lain? Terlebih, rumor tersebut adalah rumor dari seniornya se...