Keheningan sepertinya selalu terjadi jika Haechan dan Giselle sedang bersama. Buktinya, dari sejak dalam mobil, hingga saat ini keduanya duduk di kursi taman dekat sungai Han, tidak ada seorangpun dari mereka yang membuka suara. Haechan dan Giselle sama-sama diam, entah apa yang tengah mereka pikirkan.
Canggung? Tentu, bahkan atmosfer canggung itu bisa Haechan rasakan dengan sangat jelas. Dia yang selama ini selalu bertingkah untuk menghilangkan situasi canggung, saat ini malah diam tidak berkutik.
"Sunbae ingin berbicara apa?" tanya Giselle memecah, gadis itu sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari riaknya air sungai yang tenang.
Haechan sedikit mengerjap, berdehem canggung seraya membetulkan posisi duduknya. "Bagaimana harimu?" tanyanya basa-basi.
"Buruk."
Haechan terdiam, meruntuk dirinya sendiri dalam hati. Harusnya dia tidak bertanya, harusnya dia tahu bahwa hari-hari Giselle tidak ada yang baik setelah kemarin.
"Maaf."
"Untuk apa?"
"Membawamu dalam masalah ini."
Giselle tersenyum tipis. "Tak apa."
Haechan mengalihkan pandangannya pada Giselle, wajah gadis itu tampak tenang, meski Haechan tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Sungai Han malam ini sepi, jadi mereka bisa bebas mengobrol tanpa ada gangguan, tanpa harus memakai masker juga.
"Jangan terlalu baik," ujar Haechan, membuat Giselle terhenyak sebentar.
"Apa?"
"Kau, jangan terlalu baik seperti ini. Nanti kau akan dimanfaatkan."
Giselle mengangguk singkat, kembali memandang ke depan. "Bukannya saat ini aku juga sedang dimanfaatkan, ya?" gumamnya pelan.
Haechan yang mendengarnya hanya bisa menghembuskan napas berat. Entah kenapa, dia merasa seperti orang jahat. Haechan sadar bahwa dia sudah membawa masalah untuk Giselle, memanfaatkannya untuk melindungi hubungan kencannya, melindungi karirnya, dan melindungi orang yang dicintainya.
Haechan merasa bersalah tentu saja. Hidup Giselle yang awalnya adem ayem saja—— meski tidak seperti itu buktinya——harus terbawa-bawa. Namanya trending di mana-mana. Kali ini bukan karena prestasi, melainkan karena rumor yang berdasarkan buatan agensi.
"Iya, kau sedang dimanfaatkan, makanya jangan terlalu baik. Kau mengerti? Menjadi orang jahat sesekali itu boleh," tutur Haechan, mencoba setengah bercanda. Asal kalian tahu saja, Haechan tengah berusaha untuk merubah suasana jauh lebih baik.
"Sunbae mengajariku untuk menjadi orang jahat?" tanya Giselle, sedikit tidak percaya, jangan lupakan matanya yang merah dan sembab itu membulat.
Melihat reaksi Giselle, senyum geli Haechan terbit. Giselle ini, terlalu polos atau memang bodoh sebenarnya?
"Iya. Ayo jadi orang jahat, jika jadi orang baik kau sering tersakiti!"
"Sunbae pria yang buruk."
Kekehan Haechan mengumandang. Tidak lama kemudian, kekehan itu berhenti. Haechan baru sadar, yang dikatakan Giselle itu benar. Dia adalah pria yang buruk.
"Berapa lama kau menangis?" tanya Haechan, agak ragu sebenarnya, tapi dia benar-benar penasaran.
"Tidak tahu." Giselle mengedikan bahu. Dia benar-benar tidak tahu. Yang Giselle ingat, dia mulai menangis saat bercerita pada member lain, selebihnya dia lupa.
"Hatimu pasti sangat sakit, ya?"
"Iya."
Haechan terhenyak beberapa saat. Dia baru tahu, ternyata Giselle ini blak-blakan. Awalnya, dia pikir Giselle ini adalah wanita peminim yang anggun. Karena selama ini, setelah Karina, Haechan perhatikan Giselle tidak banyak bertingkah. Namun, ternyata Giselle tidak ada bedanya dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Rumor!
FanfictionSUDAH TERBIT! Buku tersedia di shoppe! Seorang idol memang tidak akan lepas dari yang namanya rumor. Tapi, bagaimana dengan Giselle yang harus mengorbankan diri untuk menutupi rumor orang lain? Terlebih, rumor tersebut adalah rumor dari seniornya se...