Warning! nsfw
***
Dahulu, saat skandal antara dirinya dan Haechan menyebar luas, Giselle tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kedepannya. Dia bagai terjebak dalam kubangan kebencian orang-orang, hingga membuatnya tidak memiliki pikiran untuk masa yang akan datang.
Semua orang juga pasti tahu bagaimana keadaannya kala itu. Dua bulan skandal itu beredar, dua bulan pula Giselle terus mendapat kata-kata menyakitkan. Keadaannya buruk, bahkan jika boleh hiperbola, kala itu Giselle berasa tidak hidup. Jadi untuk sekedar membayangkan apa dan bagaimana kehidupan dirinya yang akan datang, Giselle sungguhan tak berharap banyak dan tidak berani memikirkannya lebih.
Miris, semua orang pun mengakui.
Bahkan setelah empat tahun Giselle mengasingkan diri, menarik eksistensi dirinya dari khalayak, rasa sakit akibat cercaan itu masih kerap menghantui. Membuat Giselle tidak berani berinteraksi dengan banyak orang di tahun pertama dirinya pulang.
Namun kini, semua yang sebelumnya tidak berani Giselle bayangkan, malah terjadi dengan hal yang sama sekali tidak gadis itu sangka. Kehidupan dirinya di masa depan itu ternyata tidak buruk, bahkan Giselle berani bersumpah, bahwa kehidupan dirinya di masa kini jauh dari kata buruk tersebut.
Giselle banyak tersenyum, banyak tertawa, hingga seingat dirinya, lima bulan ini air matanya tidak pernah tumpah. Gadis itu sangat bahagia.
Tentu, kebahagiannya itu tidak serta-merta Giselle capai seorang diri—sebab rasanya tidak mungkin. Kebahagiaan yang Giselle dapat ini diberikan dan didapatkan dari seseorang yang dulunya menjadi sebab hidupnya terpuruk. Seorang pria yang semena-mena memasukan dirinya dalam masalah.
Giselle sungguhan tidak menyangka bahwa seorang Lee Haechan akan memberikan dirinya rasa bahagia yang begitu melimpah. Pria itu sungguhan dalam upaya mendapatkan hatinya kembali, sebab jujur saja, di satu bulan pertama, Giselle masih sering menutup diri dari pria tan tersebut.
Senyum Giselle merekah lebar dengan indahnya, matanya yang bulat memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah. Gaun merah di atas lutut, bahunya yang terekspos, serta rambutnya yang dihias dengan pita berwarna senada berukuran sedang. Cantik sekali.
Malam ini Giselle dan Haechan akan makan malam, merayakan anniversary tiga bulan mereka menjalin hubungan jika kata Haechan, dan berhasil membuat Giselle tertawa cekikikan.
Gadis cantik itu terkekeh kembali jika mengingat bagaimana ngototnya Haechan untuk mengadakan acara makan malam ini, sebab saat pertama kali pria itu mencetuskan ide, Giselle sungguhan tertawa dan menolak, sebab rasanya sedikit berlebihan jika merayakan hubungan yang baru berjalan seumur jagung ini.
Namun, Haechan sungguhan bersikukuh, dengan menggebu dia berkata; "Hei, memangnya kenapa jika ingin merayakan tiga bulan hubungan kita? Di luaran sana bahkan ada orang yang merayakannya setiap bulan. Lagipula dengar, ya, bagimu mungkin hubungan ini baru seumur itu saja, tapi bagiku, hubungan ini sudah berjalan selama bertahun-tahun sejak aku mencintaimu. Jadi, ayo kita makan malam, untuk merayakan berhasilnya aku meraih cintaku." Begitu katanya, jadi Giselle tidak sanggup hati menolak.
Suara pintu kamar yang di ketuk menyadarkan Giselle dari acara mengecek penampilannya. Gadis itu membenarkan rambutnya sekali lagi, menghembuskan napas mencoba menenangkan diri karena demi apapun, Giselle gugup sekali. Dengan jantung yang bertalu, Giselle meraih gagang pintu, membukanya hanya untuk menemukan Haechan yang mematung.
Mulut pria itu terbuka sedikit, matanya tidak berkedip barang sedetik. Tatapannya begitu terkunci pada gadis cantik dihadapannya ini. Haechan berani bersumpah, bahwa jantungnya terasa ingin meledak saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/296711448-288-k4310.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Rumor!
FanfictionSUDAH TERBIT! Buku tersedia di shoppe! Seorang idol memang tidak akan lepas dari yang namanya rumor. Tapi, bagaimana dengan Giselle yang harus mengorbankan diri untuk menutupi rumor orang lain? Terlebih, rumor tersebut adalah rumor dari seniornya se...