"kan aku juga bilang apa, jangan pergi. Kau bebal sekali!" Karina menggerutu seraya memasangkan handuk basah di kening Giselle.
Semalam Giselle sampai ke dorm cukup larut. Pulang dari tempat kencan Haechan dan Ryunjin, keadaan Giselle kacau. Hidung yang memerah, mata yang sembab luar biasa. Sebab saat di toilet, Giselle menangis cukup lama. Menghiraukan manager Haechan yang sudah menunggunya di parkiran.
Giselle kecewa, Giselle marah, bukan pada Haechan, tapi pada takdir. Giselle kecewa pada takdir yang mengharuskannya jadi orang baik, Giselle marah pada takdir karena sudah menempatkannya dalam situasi seperti ini.
Dan pada akhirnya, karena terlalu lama menangis, Giselle demam. Saat bangun pagi tadi, kepalanya pusing, suhu tubuhnya tinggi.
"Maaf," lirih Giselle. Tidak bisa membalas terlalu banyak sebab badannya yang terasa lemas.
"Lagi pula, kenapa kau pulang larut? Kemana dulu?"
Giselle menggeleng, tidak ingin memberitahu kepada Karina. Bukan dia ingin menyembunyikannya, tapi Giselle takut Karina marah.
Semalam, Giselle memang pulang di jemput oleh manager Haechan, tapi Giselle meminta untuk di antar ke sungai Han saja, bukan ke dorm. Manager Haechan awalnya menolak, namun saat melihat keadaan Giselle yang cukup kacau, akhirnya dia menurut. Sebab dia tahu, Giselle butuh waktu untuk sendiri.
Cukup lama Giselle diam merenung di sungai Han, di bangku taman tempat dia dan Haechan duduk saat itu. Hingga di jam setengah sebelas malam, Giselle menelpon manager Aespa untuk menjemputnya.
Karina menghembuskan napas lemah, mengusap rambut Giselle yang basah karena keringat dengan pelan. "Ya sudah, terserah kau saja. Aku tahu ini berat bagimu, tapi aku tahu kau bisa. Kau gadis kuat!"
Giselle tersenyum. "Kita ada jadwal hari ini, kan?"
"Iya," ujar Karina sedih. "Kau tidak bisa ikut, ya?"
"Tidak, maaf, badanku sangat lemas. Aku tidak bisa memaksakannya." Giselle memasang wajah sedih.
"Hei, tidak apa-apa! Kau perlu istirahat, jikapun kau memaksa untuk ikut, aku tidak akan mengizinkannya!"
Giselle terkekeh lemah saat melihat raut wajah Karina yang cemberut. "Iyaa, aku tahu," ujarnya.
"Kau tidak apa-apa kan tinggal sendirian di dorm?" tanya Karina khawatir.
"Tidak, aku akan baik-baik saja," jawab Giselle tenang.
"Maaf, ya, karena ada jadwal aku tidak bisa menemanimu."
"Sudah aku katakan aku tidak apa-apa. Justru aku minta maaf, kalian harus tampil bertiga sebab aku tidak ikut."
Karina berdecak. "Tidak masalah. Lagi pula kita sudah record sebelumnya, tenang saja."
Giselle mengangguk. "Aku lupa tentang itu. Ngomong-ngomong, kita akan satu interview dengan siapa?"
Hembusan napas keluar, menatap Giselle sukar. "NCT U Sunbaenim."
***
Seperti biasa, ruang tunggu NCT tidak pernah senyap. Jeno, Jaemin dan Haechan yang sedang bermain game dengan hebohnya. Yangyang dan Shotaro yang sedang mengobrol mengakrabkan diri, dan member lainnya yang entah sedang apa, intinya mereka ribut sekali.
"Hari ini kita interviewnya bersama siapa?" Doyoung bertanya dari depan meja rias.
"Bersama Aespa," jawab Jungwoo, berhasil membuat ruangan itu senyap.
"Serius?"
"Iya, kalian tidak tahu?" Serempak semua orang menggeleng.
Jungwoo berdecak. "Dasar," cibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Rumor!
FanfictionSUDAH TERBIT! Buku tersedia di shoppe! Seorang idol memang tidak akan lepas dari yang namanya rumor. Tapi, bagaimana dengan Giselle yang harus mengorbankan diri untuk menutupi rumor orang lain? Terlebih, rumor tersebut adalah rumor dari seniornya se...