Bagian 22

3.3K 390 20
                                    

"Haechan?"

Haechan yang tadinya sedang memakai sepatu langsung mendongak saat mendengar seseorang memanggil namanya.

"Ada apa, Hyung?" tanyanya pada Taeyong.

Taeyong tersenyum tipis. "Kau mau pergi ke mana?"

"Oh, aku akan bersepeda, hanya sekitaran taman agensi. Memangnya kenapa, Hyung?"
Haechan bangkit, membenarkan sarung tangan yang dia gunakan, lalu menatap Taeyong.

"Ada yang ingin aku bicarakan padamu, tapi nanti saja setelah kau pulang," jawab Taeyong, tangannya bergerak untuk merapikan rambut Haechan yang sedikit berantakan.

"Kenapa harus nanti? Sekarang juga bisa, aku masih agak lama perginya," ungkap Haechan. Ini masih pukul 13.30 KST, itu artinya dia masih memiliki waktu kurang lebih setengah jam untuk berbicara.

Namun, Taeyong malah menggeleng. Pria yang lima tahun lebih tua dari Haechan itu menghela napas kecil. Sebenarnya, belakangan ini ada sesuatu yang mengganjal di hati Taeyong soal Haechan.

Beberapa waktu belakangan, Taeyong sering melihat kegelisahan di mata adik satu grupnya itu. Meskipun Haechan mencoba untuk menutupinya dengan bertingkah jahil dan selalu tertawa saat bersama siapa saja, tapi Taeyong tahu.

Taeyong menduga, kegelisahan Haechan itu berasal dari masalah rumor dirinya dan Giselle yang berkencan. Karena, sejak rumor ini diciptakan, dia merasa hidup Haechan menjadi tidak setenang dulu.

"Tidak apa-apa, nanti saja." Taeyong kembali memasang senyum tipis, membuat Haechan mengernyit.

"Ah, baiklah."

"Kau akan bersepeda dengan siapa?"

"Giselle."

Taeyong terdiam, lalu kemudian dia mengangguk. "Baiklah, sana berangkat, nanti Giselle menunggu. Bersenang-senanglah!"

***

Haechan memasang senyum lebar saat melihat Giselle mendekat kearahnya. Gadis itu membawa sepeda warna hitam berkeranjang depan, dengan satu buah lonceng di sisi kanannya.

Haechan terkekeh, sepertinya Giselle memang tidak berniat untuk bersepeda dengan jarak jauh.

"Hai!" sapa Giselle saat sudah ada di depan Haechan. "Menunggu lama?"

"Tidak juga." Haechan melipat tangan. "Kau yakin ingin membawa sepeda itu?" tanyanya.

"Tentu saja yakin. Memangnya kenapa?"

"Jel, sepedanya tidak cocok denganku!"

Giselle merotasikan matanya, Haechan terlalu mendrama. Iya, mereka hanya akan menggunakan satu sepeda saja, dan itu adalah sepeda yang saat ini Giselle bawa.

Tadinya Haechan itu ingin meminjam sepeda Jaemin, namun sayang, sepeda Jaemin sedang dalam keadaan tidak baik. Bannya kempes. Tidak mungkin juga dia meminjam sepeda Jeno walau laki-laki itu menawarkan. Bisa-bisa pinggang Haechan akan sakit jika menggunakan sepeda Jeno.

"Jangan lebay seperti itu, hanya ada sepeda ini. Jika kau tidak mau, ya sudah, aku bersepeda sendiri saja," ujar Giselle enteng. Kakinya sudah ingin naik ke atas sepeda, tapi buru-buru ditahan Haechan.

"Iya-iya, kita pakai sepeda ini!" Giselle tertawa pelan, diam saja saat Haechan mengambil alih sepeda.

Dipikir-pikir sepeda ini memang tidak cocok untuk Haechan. Maksudnya untuk style laki-laki itu. Saat ini Haechan menggunakan pakaian serba hitam yang kesannya sangat cool sekali, ditambah dengan sarung tangan, membuat penampilan Haechan tampak menawan, mirip seperti para pesepeda yang sudah ahli.

Fake Rumor!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang