Ryujin itu tidaklah lebih dari seorang gadis yang tetap mencoba bersikap biasa saja di saat semua rumor palsu tentang kekasihnya tersebar luas. Di mana orang yang dikasihinya di kabarkan berkencan dengan gadis lain.
Sesak? Ya, Ryujin tidak akan menyangkalnya.
Saat pertama kali mendengar rencana Haechan waktu itu pun, Ryujin sama sekali tidak setuju. Mengorbankan orang lain demi kepentingan sendiri itu sangat tidak baik, orang itu akan mendapat kerugian dan kita akan mendapat keuntungan, terdengar jahat sekali di telinga Ryujin.
Lalu setelah itu hari-hari terus berjalan. Rumor palsu itu semakin menyebar, memenuhi semua portal berita.
Hari-hari Ryujin setelah itu tidak lagi terasa sama. Dia yang biasanya sering berkabar dengan Haechan, semakin jarang. Dia yang biasanya selalu mendengarkan ocehan pria itu, semakin ke sini sudah tidak lagi.
Ryujin rindu, dia sangat rindu. Dia merindukan Haechan yang akan menyusup ke dalam dorm malam-malam, Haechan yang selalu mengirimkan apapun itu padanya, Haechan yang selalu menghiburnya, dan masih banyak lagi lainnya.
Rasanya ingin sekali Ryujin menemui atau hanya sekedar menelpon Haechan. Tapi dia tahu, Haechan pasti sedang tidak baik-baik saja, itu sebabnya dia tidak banyak mengganggu.
Yang Ryujin lakukan hanya diam, menunggu pria itu menghubungi dirinya. Terus seperti itu.
Dan perasaannya pun entah mengapa jadi berubah.
Pada awalnya dia merasa biasa saja, hanya merasa khawatir pada keadaan Haechan dan juga Giselle. Akan tetapi, semakin ke sini perasaan gusar tiba-tiba menghantui.
Perasaan itu muncul secara alamiah saat dia melihat berita yang mengabarkan bahwa Haechan dan Giselle keluar bersama. Sejak itu, Ryujin mulai merasa takut dan juga ... cemburu.
Memangnya gadis mana yang tidak akan cemburu saat melihat kekasihnya berdua dengan gadis lain? Tidak ada, atau mungkin hanya gadis gila saja.
Ryujin juga manusia, dia bisa merasa marah, cemburu dan kesal saat melihat kedekatan Haechan dan Giselle.
Namun sekali lagi, Ryujin berusaha menampik. Dalam hati Ryujin terus meneguhkan bahwa itu hanya formalitas belaka, yang di mana tidak terlibat perasaan di dalamnya.
Haechan juga beberapa kali menjelaskan, bahwa dirinya dan Giselle hanya berteman saja, dan meminta Ryujin untuk percaya.
Ryujin percaya, tapi perasaan takut itu tidak sirna.
Sampai akhirnya saat ini, Ryujin harus meneguk ludahnya sendiri saat ketakutannya itu malah terjadi.
Di sampingnya kini ada Haechan, dengan sorot mata yang tidak lagi dia kenali sebagai kekasihnya.
Sudah dua minggu Giselle hilang kabar, dan pria itu uring-uringan. Pola tidurnya kacau, sebab semua waktunya digunakan untuk mencari barang secuil informasi mengenai Giselle.
Pria itu jarang tersenyum, tidak lagi bertingkah aneh seperti biasanya, bahkan dia juga ... mengabaikannya.
"Oppa?" Panggil Ryujin pelan, dan hanya dijawab dengan deheman singkat oleh Haechan.
"Kau tidak ingin makan es krimnya? Simpan dulu ponselnya," ujarnya yang langsung dituruti Haechan tanpa kata.
Ryujin menghela napas, mencoba menekan perasaannya sendiri agar tidak mencuat kepermukaan.
"Kantung matamu tebal sekali, kau kurang tidur, ya?"
"Begitulah, aku sibuk belakang ini."
Iya, sibuk mencari kabar tentangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Rumor!
FanfictionSUDAH TERBIT! Buku tersedia di shoppe! Seorang idol memang tidak akan lepas dari yang namanya rumor. Tapi, bagaimana dengan Giselle yang harus mengorbankan diri untuk menutupi rumor orang lain? Terlebih, rumor tersebut adalah rumor dari seniornya se...