Bagian 4

4.7K 604 21
                                    

Giselle tercenung, tatapannya kosong. Di tangannya terdapat ponsel yang menampilkan satu artikel. Hari ini, agensi resmi menkonfirmasi bahwa dirinya dan Haechan berkencan.

Ada sesuatu dalam diri Giselle yang terasa ngilu. Seperti sesuatu tengah menusuknya. Belum genap sepuluh menit, tapi sudah banyak ujaran kebencian yang ditujukan untuknya.

Dada Giselle sesak, kata-kata yang tidak pantas dia terima benar-benar menusuk hatinya. Giselle tahu dampaknya akan seperti ini, tapi kenapa masih terasa sangat sakit?

Air mata menggenang di pelupuk mata Giselle, siap meluncur kapan saja. Giselle seperti merasakan bahwa Hidupnya tidak akan pernah baik-baik saja setelah ini. Giselle akan kehilangan kehidupannya yang tenang.

"EONNI!" Pintu kamar Giselle terbuka dengan sedikit dobrakan. Menampakkan Winter yang terengah, di belakangnya ada Karina dan Ningning.

"INI APA MAKSUDNYA? KAU DAN HAECHAN SUNBAENIM BERKENCAN?" Winter menodongkan ponsel tepat ke depan wajah Giselle.

"JAWAB EONNI!"

Mata Giselle terpejam. Giselle sudah menduga ini akan terjadi. "Aku ...."

Menyadari ada sesuatu yang berbeda, Karina mendekat. Menyuruh Winter untuk tenang. "Jijel, ada apa?"

Giselle meremas kedua tangannya yang ada di atas paha. Tenggorokannya terasa tercekat, menghalanginya untuk berkata-kata. Hanya air mata yang mengalir di pipi chubby yang menjadi wakilnya.

Winter yang tadinya ingin kembali bicara, langsung terdiam. Melirik Karina yang juga tengah meliriknya bingung.

"Jijel?"

Giselle mendongak dengan kedua mata yang sudah banjir oleh air mata. Menatap Karina dengan mata sendu, kesedihan amat sangat jelas tercetak di sana.

"Karina ... aku harus bagaimana?"

***

Tidak jauh dari keadaan Giselle, Haechan pun sama persis. Pria berkulit tan itu menyenderkan kepalanya di dinding kamar, menghela napas setelahnya.

Dia masih di dorm Dream, tidak memiliki keberanian untuk pulang ke dorm tempatnya tinggal——Dorm 127.

Mengacak rambut frustasi, Haechan kembali melihat artikel yang baru saja di keluarkan oleh agensinya. Berita tentang dia dan Giselle yang berkencan.

Agensinya memang tidak pernah main-main dengan urusan seperti ini. Mereka akan totalitas tanpa batas. Buktinya, dalam artikel yang sedang beredar inipun, agensi menyertakan beberapa bukti. Tentu saja itu semua rekayasa.

Handphone yang tadinya menampilkan artikel, kini berganti dengan sebuah tampilan panggilan masuk. Nama kontak seseorang dengan tanda hati di belakang namanya itu membuat Haechan lagi-lagi mengacak rambutnya frustasi. Ryujin pasti sudah melihat beritanya.

"Chan ...." Seseorang berkata lirih di seberang sana.

Haechan tersenyum pahit. "Ya?" ujarnya.

"Maksudnya apa?"

"Ryunjin-ii ... maaf, ini satu-satunya cara untuk melindungi hubungan kita."

"Tapi ini salah, Chan. Salah! Kau mengorbankan Aeri eonni? Apa kau gila?" Ryunjin sedikit berteriak.

Aeri ... Giselle. Ah, Haechan baru sadar. Bagaimana keadaan gadis itu sekarang? Apa baik-baik saja? Sepertinya, tidak. Mana mungkin ada orang-orang yang baik-baik saja setelah menerima begitu banyak ujaran kebencian?

"Lee Haechan!"

Haechan mengerjap, baru tersadar saat kekasihnya berteriak. "Aku tidak punya pilihan, kau tau? Jika aku tidak melakukan ini, dan mengkonfirmasi bahwa kita berkencan, kau akan mendapat banyak ujaran kebencian. Aku tidak bisa!"

Fake Rumor!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang