Haechan tersenyum lebar saat Renjun menatapnya malas. Setelah mengajak Giselle berbicara dan dia mengantarkan gadis itu ke dormnya, Haechan langsung pulang. Bukan ke dorm NCT 127, tapi malah ke dorm Dream. Ayolah, Haechan masih punya rasa takut untuk bertemu para Hyungnya.
"Aku kira kau akan pulang, Chan," ucap Jeno berdecak tidak habis pikir.
"Tidak mau, aku di sini saja," balas Haechan.
"Lho? Haechan Hyung?" Jisung muncul dari dapur, membawa satu mangkuk yang entah apa isinya.
Haechan menyunggingkan senyum manis. "Ah, kapan kau pulang?" tanyanya saat Jisung sudah duduk. Ternyata bocah itu membawa semangkuk ramen.
"Baru saja. Sejak kapan Hyung di sini?"
"Dari tiga hari lalu, dan manusia tidak tahu diri ini malah tidak pulang-pulang!" Bukan Haechan yang menjawab, tapi Renjun. Pria berbadan lebih mungil dari yang lain itu mendengus keras.
Sebenarnya, dia sama sekali tidak masalah Haechan tidak pulang. Mau seberapa lama pun Haechan menginap di dorm ini, Renjun ataupun yang lain tidak akan pernah keberatan, malah mereka senang. Hanya saja, saat ini situasinya sedang berbeda.
"Kau sepertinya sangat tidak suka aku di sini, ya? Hah?"
Jaemin memutar bola matanya. "Bukan seperti itu, Chan. Hanya saja, mereka pasti sedang menunggu penjelasan darimu saat ini, tapi kau malah menghindar terus. Itu sama sekali tidak baik."
"Benar, kau sudah membuat mereka kecewa, dan kau malah seperti ini?" Jeno menggeleng.
Haechan menghembuskan napas lelah, menyandarkan kepalanya di bahu Jaemin yang kebetulan memang duduk di sampingnya.
"Aku tahu, tapi aku takut."
"Apa yang kau takutkan?" Sebagai teman yang baik, Jaemin bertanya seraya mengusap kepala Haechan pelan.
"Mereka pasti marah. Mereka marah adalah sesuatu yang menakutkan, kalian tahu, kan?" ujar Haechan lirih, membuat Renjun, Jeno dan Jaemin mengangguk setuju. Jisung? Dia juga ikut mengangguk meski sejak tadi dia tidak tahu apa yang tengah di bahas oleh para Hyungnya itu.
"Tapi apa yang Hyung lakukan ini salah." Pada akhirnya Jisung buka suara.
Haechan mengangkat kepalanya, menatap Jisung sedikit was-was. "Kau tahu?"
"Tahu apa?" tanya Jisung balik.
Setelah mendapat jawaban polos itu, Haechan bernapas lega. Dia kira Jisung sudah tahu akar permasalahan yang tengah ia hadapi, tapi ternyata maknae grupnya itu tidak tahu apa-apa.
Jikapun sudah tahu, tidak apa-apa sebenarnya. Namun, Haechan hanya takut Jisung akan khawatir berlebihan padanya. Entah karena hati adiknya itu terlalu tulus, atau apa, tapi Jisung seperti itu. Dia akan ikut memikirkan masalah apa yang tengah Hyungnya alami, dan jika melihat kondisi Hyungnya yang sedikit kacau seperti Haechan sekarang, Jisung akan khawatir secara berlebihan.
Maka dari itu, saat tahu Jisung tidak tahu masalahnya apa, Haechan bernapas lega. Meski tidak menutup kemungkinan, sebentar lagi Jisung akan tahu.
"Yang di katakan Jisung benar, Chan. Kau tidak bisa menghindar seperti ini terus menerus. Beri pengertian pada Hyung ilichil, sama seperti kau memberi pengertian pada kami, mereka pasti akan mengerti," tutur Renjun.
"Jadi aku harus pulang?" Haechan bertanya kecil.
"Harus, bukan kami tidak suka kau ada di sini, kami sangat senang malah. Tapi, sekarang keadaannya sedang berbeda, kau mengerti?" Haechan mengangguk saat Jeno berucap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Rumor!
FanfictionSUDAH TERBIT! Buku tersedia di shoppe! Seorang idol memang tidak akan lepas dari yang namanya rumor. Tapi, bagaimana dengan Giselle yang harus mengorbankan diri untuk menutupi rumor orang lain? Terlebih, rumor tersebut adalah rumor dari seniornya se...