What If; The Dream Show 2

2.4K 196 16
                                    

The Dream Show 2 telah selesai dilaksanakan hari ini. Di salah satu Dome besar yang berada di Seoul, Korea Selatan, NCT DREAM telah berhasil melangsungkan konser yang begitu meriah, megah dan memukau.

Puluhan ribu penggemar datang untuk menyaksikan bagaimana meriahnya konser boy grup yang sedang melejit begitu tinggi saat ini. Semua orang yang datang bersorak, berteriak histeris, bahkan tak sedikit yang menangis haru menyaksikan bahwa kini, boy grup yang dulunya tidak disukai debutnya karena alasan masih di bawah umur sudah sangat besar ketenarannya.

Konser ini benar-benar spesial, sebab para orang tua serta kerabat member juga turut hadir untuk menyaksikan penampilan mereka. Menjadikan momen ini terasa begitu berharga.

Dan kini, para member sudah berkumpul di back stage bersama keluarga masing-masing. Mereka semua bercengkrama, tertawa, berpelukan, juga mengambil foto untuk kenang-kenangan. Suasananya begitu ramai dan hangat, sampai-sampai tak sadar membuat dua gadis yang tadinya ingin masuk ke dalam menjadi urung.

"Permisi." Hingga salah satu dari mereka berkata dengan suara lembut dan malu-malunya. Suaranya terlalu lembut, sampai-sampai yang menengok hanya satu orang, dan itu adalah Haechan.

"Eh, Karina dan Winter," sapanya dengan senyum. Kemudian pemuda itu menengok ke arah dua pria yang kini tampak sedang mengobrol dengan keluarganya. "Hei, kekasih kalian di sini!" teriaknya, berhasil membuat ruangan senyap seketika dan membuat baik Karina dan Winter bersemu merah delima.

Jeno dan Jaemin berdehem guna mencairkan suasana, lalu berjalan mendekati dua gadis yang kini menunduk malu.

"Kenapa tidak langsung memanggil saja?" Jeno bertanya sesaat setelah sampai di hadapan Karina.

Karina tersenyum. "Malu," cicitnya.

Jeno terkekeh. Karina yang tersenyum malu-malu dengan telinga dan pipi yang merah merona adalah pemandangan yang menggemaskan menurutnya. Tidak ingin semakin membuat gadisnya malu, Jeno memutuskan untuk meraih tangan Karina dan membawa gadis itu menuju ke kerumunan keluarganya.

Sedangkan Jaemin, pria itu kini malah menaikkan sebelah alisnya, menatap Winter yang berkedip bingung dengan pandangan menuntut.

"Kenapa?" tanya Winter bingung.

Bukannya menjawab, Jaemin malah menghela napas. Dia berjalan semakin dekat, lalu tanpa tendeng aling-aling menurunkan baju Winter hingga menutupi pusarnya yang tadi terbuka.

"Aku tak suka melihatnya," ucapnya rendah, berhasil membuat bulu kuduk Winter meremang.

"Ah iya, maaf." Winter mencicit takut. Dia lupa bahwa Jaemin tidak suka bila dirinya menggunakan pakaian terbuka jika diluar agenda pekerjaannya.

"Jangan diulangi." Winter mengangguk patuh, kemudian pasrah saja saat Jaemin menarik tangannya.

Sedangkan Haechan kini hanya bisa memasang wajah masam menyaksikan apa yang diperbuat kedua sahabatnya. Hilih, membuat panas saja!

"Kekasihmu mana, Hyuck?" Haechan berjingkat luar biasa saat tiba-tiba saja suara sang ibu terdengar tepat di telinganya.

"Eomma sejak kapan di sana?" tanyanya syok.

Ibu Haechan mendengus keras. "Sejak kau memperhatikan Jeno dan Jaemin," jawabnya.

"Kenapa kekasihmu tidak datang? Dia satu grup kan dengan kekasih Jeno dan Jaemin yang tadi? Padahal Eomma sudah menyiapkan hadiah untuknya," ujar Ibu Haechan sedih. Ditangannya terdapat satu paper bag ukuran sedang.

"Oh itu .... Aeri sedang sakit, jadi dia tidak bisa datang, Eomma." Haechan menjawab pelan.

Beberapa hari lalu, saat Haechan begitu sibuk dengan jadwalnya yang memang padat luar biasa, dia mendapat kabar bahwa Giselle sedang sakit dari Karina. Saat itu, Haechan begitu kelabakan, panik luar biasa menyergapnya. Pantas saja sejak kemarin Giselle sama sekali tidak membalas bahkan membaca pesannya. Dia pikir Giselle sedang sibuk, mengingat bahwa gadisnya itu juga sedang menyiapkan konser sama sepertinya. Namun, ternyata dugaannya salah. Jadi saat itu, setelah izin kepada manager dan staff, Haechan langsung melesat ke dorm Aespa untuk menemui Giselle.

Fake Rumor!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang