what if: Haechan Appa!

1.2K 126 20
                                    

Sejak dahulu, impian Haechan itu begitu sederhana. Haechan hanya ingin menikah, memiliki seorang Istri yang dapat mengerti dirinya baik luar maupun dalam, seorang wanita tulus yang dapat dia jadikan 'rumah' terbaik untuk dirinya pulang. Lalu menjadi seorang Ayah, yang akan mengajarkan dan memberikan kasih sayang yang sebenarnya pada Sang Anak.

Haechan yang dulu sempat berpikir, bahwa kesempatan tersebut agak sukar untuk dia gapai. Mengingat bahwa kisah cintanya yang selalu berakhir tak baik. Kisah cinta pertamanya bersama Ryujin tak berjalan dengan semestinya. Perjalanan berkencan yang harusnya dijalani dengan canda tawa, keromantisan dan saling memeluk, malah diisi sebuah masalah. Membuat keduanya renggang, hingga berhasil membuatnya pindah ke lain hati.

Kisah cintanya bersama Giselle pun—Haechan tak tahu bisa menyebut hubungan palsu mereka sebagai kisah cinta atau tidak—harus berakhir dengan tragis. Menjalani sebuah hubungan palsu dengan penuh rasa sakit, air mata dan kebohongan. Hingga saat cinta telah benar-benar hadir, Giselle sudah tak ada dalam dekapan.

Namun, kini harapan sederhananya bisa terjadi. Haechan menikah, mendapatkan seorang wanita baik dan menyayanginya, wanita yang bisa dijadikannya tempat pulang ternyaman. Wanita lembut dan tulus, yang berhasil menjadikannya seorang Ayah. Memberikannya kebahagiaan yang amat luar biasa indahnya.

"Donghyuck, tolong lihat Byun ke kamarnya, aku sedang mengurus Haru!" Teriakan yang cukup menggelegar itu berhasil menyadarkan Haechan yang tengah melamun seraya tersenyum, dengan mata yang menatap lurus ke arah foto keluarga yang baru saja datang pagi ini, foto keluarga baru yang diambil Minggu lalu.

"Iya, Sayang!" jawabnya, kemudian melesat ke kamar sang putra.

Senyumnya belum memudar sejak tadi, dan bertambah lebar senyum itu saat matanya menangkap perawakan putranya yang terlelap. Pria yang kini resmi menjadi Ayah dari 2 anak itu berjalan pelan, untuk kemudian melemparkan dirinya ke ranjang.

"Jagoan, ayo bangun!" katanya, tangannya dengan jahil menusuk-nusuk pipi tembam Byun, membuat anak berusia kurang dari lima tahun itu menggeliat dalam tidurnya.

Haechan terkekeh. "Sudah mau siang, kalo Byun-ii tidak bangun, nanti Eomma marah, lho!"

Byun merengek, mata kecilnya perlahan terbuka, menatap pada Ayahnya yang kini tersenyum lebar. "Appa ... annyeong ...." sapanya kecil.

"Annyeong, Jagoan! Ayo bangun, Byun belum mandi."

Byun Hoo mengangguk, kedua tangan kecilnya terangkat, meminta untuk digendong. Sedangkan Haechan yang melihatnya tertawa gemas, lalu meraih Putranya itu ke dalam gendongan dan membawanya ke kamar mandi.

"Kita mandi dulu, ya, baru setelahnya ke Eomma. Oke?" Haechan berkata lembut, mendudukkan Byun Hoo di atas wastafel.

Tangannya dengan gesit mengambil sikat gigi, lalu menuangkan pasta gigi dengan rasa jeruk ke atasnya.

"Coba buka mulutnya." Byun Hoo menurut, membuka mulut kecilnya dan membiarkan Haechan menyikat seluruh giginya.

"Tahan, ya, jangan di telan!" peringat Haechan, buru-buru mengambil air pada gelas kecil untuk kumur-kumur anaknya. Takut kejadian Minggu lalu, di mana Putranya itu malah menelan semua busa dalam mulutnya terulang, dan membuat dirinya kembali diomeli oleh Nyonya besar.

Selesai memandikan dan mengganti baju Byun Hoo, Haechan menggiring putranya keluar, menuju ruang tengah tempat Sang Istri berada.

"Eomma!" Di undakan tangga terakhir Byun Hoo berteriak, lalu berlari menuju Giselle yang sudah merentangkan tangan.

"Wah, anak Eomma sudah wangi!" Giselle menciumi pipi Byun Hoo gemas, menimbulkan cekikikan dari empunya.

"Tentu saja, Appa yang mandikan!" Haechan berbangga diri. Menjatuhkan perhatian pada bayi berumur 5 bulan yang kini tengah mengemut jempolnya. "Aigo, Princess Appa cantik sekali!" girangnya, mengangkat Putri kecilnya itu untuk dia kecup seluruh wajahnya.

Fake Rumor!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang