Bagian 24

3.4K 413 27
                                    

Sebelum dilanjut, boleh play mulmed-nya. Liriknya cukup mewakili chap ini.

***

Pagi-pagi sekali, Haechan sudah duduk di ruangan dingin yang mana berhasil membuatnya gugup. Di sampingnya ada Taeyong yang menatap lurus ke arah depan, ke arah pimpinan perusahaannya--Lee Soo Man.

Taeyong benar-benar tidak main-main dengan ucapannya, buktinya pagi buta pria itu sudah rapih saat membangunkan Haechan dari tidur yang sama sekali tidak terasa nyenyak.

Jari-jemarinya dipilin pelan, kuku-kuku jarinya saling mengopek, pipi bagian dalamnya dia gigit. Haechan benar-benar amat sangat gugup saat ini, sungguh.

"Kalian ingin beritanya di rilis hari ini?" Suara Lee Soo Man memecah keheningan.

Taeyong mengangguk sebagai perwakilan Haechan, karena pria itu terlihat enggan untuk menjawab.

"Iya, Sonsaenim. Itupun jika bisa."

"Kami bisa melakukannya kapan saja, tapi bagaimana dengan Haechan? Apa kau siap?" Kali ini Lee Soo Man menatap lurus Haechan.

Melihat Haechan yang terus menunduk dengan tangan yang mengepal di atas paha, Taeyong bereaksi. Sebelah tangannya dia letakan di atas tangan Haechan, mengusapnya pelan guna memberi semangat.

Dengan sedikit kaku, Haechan mengangkat kepalanya, meneguk saliva sebelum mengangguk pelan.

"Aku siap, Sonsaenim. Kapanpun kau keluarkan berita itu, aku akan menerimanya. Aku juga sudah menghubungi Ryujin kemarin, dan dia juga sudah mencoba untuk menyiapkan diri. Sekarang tinggal urusan kedua agensi saja kapan ingin mengeluarkannya." Haechan menjawab lugas.

Memang, semalam setelah Taeyong keluar dari kamarnya, juga setelah dia tercenung beberapa saat, Haechan memutuskan untuk menghubungi Ryujin. Dia harus memastikan, jika berita klarifikasi ini keluar, Ryujin siap atau tidak dengan konsekuensinya.

Awalnya Haechan kita Ryujin akan menolak, tapi ternyata tidak. Dengan suara sedikit bergetar, Ryujin menjawab dengan mantap bahwa dia siap, sangat siap malahan. Karena bagaimanapun juga, sejak awal harusnya ini yang terjadi.

"Lalu Giselle?"

Kali ini Haechan bungkam lagi.

"Dia tidak tahu?" Lee Soo Man kembali bertanya, dan untuk kali ini Haechan menggeleng pelan.

"Kau belum memberitahunya?"

"Belum, Sonsaenim, tapi setelah ini aku akan bertemu dengannya dan menjelaskan ini semua," ujar Haechan, matanya berpedar sendu.

"Bagus, bagaimanapun dia harus tahu, karena yang membawa dia masuk ke sini itu kita, Haechan. Dirimu dan aku."

"Iya."

Lee Soo Man mengangguk, kemudian sedikit memijat pelipisnya. Sungguh, berita dating itu melelahkan dan rumit untuk diselesaikan. Fans itu sangat brutal, dan terkadang hal tersebut akan merugikan perusahaan. Apalagi jika berita datingnya berbeda agensi seperti ini, perusahaan jadi harus berkerja dua kali.

"Baiklah, kalian boleh keluar, aku akan mengurus ini. Bisa dipastikan, sebelum tengah malam, berita ini akan keluar. Jadi, ku mohon kau tidak kemana-mana, Haechan," tutur Lee Soo Man membuat Haechan yang tadinya ingin bangkit urung.

"Tapi Sonsaenim, aku harus menemui Giselle kan?"

"Memangnya di mana kalian akan bertemu?" Lee Soo Man mengangkat sebelah alisnya.

"Malam ini, di Sungai Han."

Anggukan tipis Lee Soo Man berikan. "Baiklah aku rasa di sana aman. Asalkan setelah itu langsung pulang, jangan kemana-mana lagi. Mengerti?"

Fake Rumor!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang