Bahan makanan sudah tersedia di atas pantry. Sebagian masih di dalam tas belanjaan, sebagiannya lagi sudah di keluarkan. Tadinya Giselle hanya ingin berbelanja untuk memasak Tonkatsu saja, namun mengingat persediaan bahan makanan dorm yang mulai menipis, akhirnya dia memutuskan untuk sekalian berbelanja bulanan saja.
Siapa yang membayar? Jawabannya Haechan. Saat di supermarket tadi, pria itu memaksa untuk membayar semua belanjaan Giselle membuat mereka berdua sempat berdebat kecil. Antara Haechan dan Giselle, keduanya tidak ada yang mau mengalah. Haechan yang bersikeras ingin membayar semua belanjaan Giselle, dan Giselle yang bersikeras juga menolaknya karena merasa tidak enak. Hingga pada akhirnya, perdebatan ini di menangkan oleh Haechan setelah Haechan mengancam akan meninggalkan Giselle di supermarket.
Giselle kesal setengah mati, menyebabkan dirinya tidak mengajak Haechan bicara sepanjang perjalanan mereka pulang.
"Jel, di mana aku harus meletakkan bumbu ini?" Haechan bertanya, membuat Giselle yang sedang memasukan berbagai jenis sayuran dan daging ke dalam kulkas menoleh.
"Simpan di rak kecil itu, susun sesuai jenisnya, ya."
Haechan mengangguk patuh, kemudian memilah satu-satu bumbu dapur yang Giselle beli tadi untuk kemudian dia masukan ke dalam rak khusus bumbu.
"Selesai!" Giselle berseru, berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan.
"Belum," ujar Haechan membuat Giselle mengernyit.
"Apanya yang belum? Semua daging, sayuran dan juga bumbu sudah di masukan."
"Kau lupa tujuan utama kita berbelanja untuk apa, ya?" tanya Haechan, memiringkan kepalanya, menatap wajah Giselle yang tengah berpikir. Hingga pada akhirnya, gadis itu berjengit, menepuk keningnya keras.
"Astaga, aku lupa! Kita harus memasak, kan? Maaf, ya, kau pasti sudah lapar, ini hampir jam makan siang," ujar Giselle merasa bersalah, dia mengerucutkan bibir, menatap Haechan tidak enak.
Haechan terkekeh kecil. "Tidak apa-apa, aku belum lapar. Jadi, mulai sekarang?"
Giselle mengangguk, lalu kembali membongkar isi kulkas yang baru saja dia bereskan untuk mengeluarkan semua bahan masakan mereka kali ini. Setelah mendapatkan semuanya, Giselle mulai berkutat. Membuka semua bahan untuk dia cuci, sedangkan Haechan hanya diam memperhatikan.
Haechan menggelengkan kepalanya. "Sepertinya dia lupa lagi," gumamnya pelan seraya berjalan ke sisi kiri Giselle, membuat gadis itu tersentak kecil.
"Haechan? Ada apa?"
"Memasak bersama, ingat?"
"Ah, iya, aku lupa lagi." Giselle mengusap tengkuknya salah tingkah. Kenapa hari ini dia banyak lupa, sih?
"Dagingnya harus aku apakan?" tanya Haechan.
"Tolong kau beri garam, lalu potong-potong. Jangan terlalu tebal, jangan terlalu tipis juga. Lalu setelah itu, kau baluti tepung," jawab Giselle tanpa menoleh ke arah Haechan. Dia tengah sibuk memotong bahan makanan untuk membuat saus.
Haechan mulai melaksanakan apa yang Giselle katakan. Pria itu mulai memberikan garam sedikit demi sedikit pada daging untuk kemudian dia iris. Sesuai permintaan Giselle, dia memotongnya dengan ukuran sedang. Tidak tebal, tidak tipis. Setelah itu, Haechan mulai membalutnya dengan tepung. Terlalu fokus pada kegiatannya, Haechan sampai tidak sadar bahwa Giselle sudah ada di belakangnya saat ini, memperhatikan apa yang Haechan lakukan.
"Sudah selesai?"
Haechan berjingkat, berbalik dengan cepat membuat tepung yang ada ditangannya menghambur begitu saja mengenai rambut dan juga wajah Giselle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Rumor!
FanficSUDAH TERBIT! Buku tersedia di shoppe! Seorang idol memang tidak akan lepas dari yang namanya rumor. Tapi, bagaimana dengan Giselle yang harus mengorbankan diri untuk menutupi rumor orang lain? Terlebih, rumor tersebut adalah rumor dari seniornya se...