Oh, hai!! Apa kabar?
Tau cerita ini dari mana sih?
Setelah baca cerita ini jangan lupa tinggalkan jejak dan kasih komentar juga ya😹
Bantu share cerita ini ke teman-teman kalian dan seluruh sosial media kalian juga!
Oke, happy reading 😻
<<<•>>>
"Hah! Lo serius Cha, Gerald beneran ngomong gitu?" Tanya Zia heboh, Clarysa menangis terisak.
Saat ini ke empat gadis itu tengah berada di kamar Clarysa, mereka setia mendengarkan segala kegundahan yang ada dalam diri Clarysa saat ini.
"Memang anjing ya tuh cowok!" Ucap Chelsea kesal sendiri setelah mendengar cerita dari Clarysa.
Netta mendekatkan dirinya pada Clarysa. Ia mengusap punggung Clarysa dan berusaha menenangkan gadis itu. Clarysa yang merasa nyaman, lantas langsung menyandarkan kepalanya pada pundak Netta.
"A..apa gue salah, karna udah berharap lebih sama Gerald?" Tanya Clarysa sambil terisak.
"Kalau berharap sama manusia memang gitu Cha, pasti banyak kecewanya!" Kata Zia.
Chelsea menggeleng, sambil menatap Clarysa lirih. "Kalau menurut Gue, gak ada salahnya untuk berharap Cha! Tapi Lo harus tau kapan waktunya untuk berhenti, dan mungkin ini waktunya!"
Clarysa terdiam sejenak. "Tapi, apa gue bisa?"
Netta mengusap rambut Clarysa yang masih bersandar pada bahunya. "Melepaskan orang yang sebenarnya masih ingin di miliki, is another level of pain, tapi apa salahnya buat nyoba?
"Huaa, Netta kata-kata Lo barusan buat gue Tremor!" Ucap Zia dramatis, setelah mengatakan itu Zia mendekat pada Clarysa dan Netta berujung memeluk mereka, Chelsea yang melihat itu lantas tak mau kalah, ia juga mendekat dan mereka berempat saling berpelukan.
"Jangan nangis lagi ya, Cha!" Ucap Chelsea.
Clarysa melepaskan pelukannya, menatap teman-temannya penuh haru. "Thanks ya, kalian udah mau dengerin cerita gue!"
Zia mengusap air mata di wajah Clarysa. "Udah dong Cha, jangan nangis lagi. Mending kita turun!"
"Ngapain dah?" Tanya Chelsea.
"Mau makan, gue lapar!" Kata Zia tak tau malu.
"Dasar Lo ya, perut karet!" Celetuk Chelsea berhasil membuat Clarysa tertawa.
"Let's go, kita ke bawah. Bunda juga kayanya masak banyak!" Ucap Clarysa, ketiga temannya saling tatap menatap.
"Jadi ceritanya udah gak galau lagi nih?" Tanya Chelsea.
Clarysa menggeleng pelan. "Enggak lagi deh! Ternyata cinta sepihak itu berat banget, gue milih untuk nuerah aja. Lagian nih ya, mulai sekarang, di cintai atau mencintai gue udah gak peduli lagi!"
<<<•>>>
Clarysa duduk di depan meja riasnya seraya menatap layar ponselnya, di dalam ponsel itu sudah menunjukkan pukul 07:15, namun gadis itu tak kunjung turun, padahal ia sudah siap dengan seragam sekolahnya.
Clarysa kembali mengecek ponselnya karena mendapat notifikasi pesan masuk dan di layar ponselnya sudah ada nama Chelsea yang tertera nyata.
Chelsea : Cha, Lo sekolah' kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALD (On Going)
Teen Fiction"Gerald itu ibaratkan air, dan gue ikannya. Ikan gak bakal bisa hidup tanpa air, sama halnya kaya gue. Gue gak bisa hidup tanpa Gerald!" Inilah kisah Gerald Dhiafakhri. Siswa teladan yang memiliki segudang prestasi di SMA Gundala. Gerald lebih serin...