How are you Brow? Udah siap buat baca part ini?
Comment next elit, follow akun wattpad author sulit!
Happy reading Brow ❤️
47|| KEHILANGANMU
Setelah kepergian ayahnya, Clarysa berubah menjadi lebih pendiam. Teman sekelasnya juga menyadari perubahan gadis itu. Sejak jam istirahat berdering Clarysa tak meranjak dari kursinya, bahkan hanya sekedar ke toilet saja gadis itu enggan.
Kepergian ayahnya meninggalkan luka mendalam bagi Clarysa, bahkan Clarysa sendiri tak menyangka akan berpisah dengan Ayahnya secepat ini.
"Cha, kamu udah makan belum? Mau ke kantin bareng aku nggak?" Tanya Lala karena khawatir dengan keadaan Clarysa yang sejak tadi hanya diam merenung di tempatnya.
Clarysa menggeleng kecil sambil berusaha menampilkan senyuman meski terlihat seperti di paksa. "Enggak La, makasih."
"Kalau gitu aku ke kantin sendiri aja deh, kamu nggak mau nitip sesuatu?" Tanya Lala lagi.
Lagi dan lagi Clarysa menggeleng sebagai jawaban.
Setelah Lala pergi, Clarysa kembali diam. Ia menatap objek di depannya dengan tatapan kosong, entah apa yang sekarang tengah memenuhi pikirannya, hingga gadis itu tampak begitu terpukul dengan beban pikirannya.
Dari bangkunya Gerald bisa menyadari perubahan sikap Clarysa. Gadis itu lebih banyak murung. Tadi pagi Gerald sempat membaca pesan dari gadis itu, Clarysa ingin mengakhiri hubungan dengannya, Gerald sendiri tak tau harus berkata apa. Di satu sisi Gerald masih belum siap untuk perpisahan, namun di sisi lain ia juga tak ingin Clarysa dan dirinya sama-sama tersiksa dengan hubungan itu.
Gerald tak ingin menahan Clarysa lagi, meskipun ia tak ingin hubungannya dan Clarysa berakhir, tapi ia juga tak mau mereka sama-sama tersiksa dengan hubungan itu, ia tak mau Clarysa semakin sedih karena dirinya. Sepulang sekolah nanti, Gerald harus menemui Clarysa, ia harus berbicara dengan gadis itu.
Setelah bel pulang sekolah berkumandang, Gerald langsung menghampiri Clarysa di mejanya. Seperti yang ia katakan tadi, ia harus berbicara mengenai kelanjutan hubungannya dengan Clarysa.
"Gue mau ngomong sesuatu sama Lo, gue tunggu di taman belakang," ujar Gerald tak acuh tanpa menoleh pada lawan bicaranya.
Clarysa yang masih menyusun deretan alat tulisnya kedalam kotak pensil hanya mengangguk tanpa menyahut. Setelah melihat respon dari Clarysa, Gerald pun melanjutkan langkahnya menuju taman belakang.
Sesampainya di taman, Clarysa mendapati Gerald tengah menunggunya disana. "Udah lama?"
Mendengar ucapan Clarysa, Gerald menggeleng kecil dan menatap gadis itu datar.
"Soal chat aku semalam..." Ucapan Clarysa langsung dipotong oleh Gerald.
"Gue setuju, gue juga nggak mau kita sama-sama tersiksa," balas Gerald.
Clarysa menatap Gerald tak percaya. "Aku kira kamu ngajak aku ngobrol disini buat mempertahankan hubungan kita, ternyata aku yang terlalu berharap."
"Apa yang harus di pertahankan?" Jawab Gerald tak acuh. Meskipun bibirnya berkata demikian, namun di dalam hati Gerald masih tak rela, ia belum siap dengan perpisahan. Namun, karena ia sudah terlalu banyak membuat Clarysa sedih ia akan mengambil langkah itu, ia tak ingin Clarysa tersiksa dengan hubungan itu terlebih lagi gadis itu baru saja kehilangan ayahnya.
"Banyak yang harus di pertahankan Ge, banyak!" Balas Clarysa sambil meneteskan air matanya. "Kalau masalahnya karena foto itu, secepatnya aku bakal buktiin kalau kejadian yang ada di foto itu nggak benar Ge!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALD (On Going)
Teen Fiction"Gerald itu ibaratkan air, dan gue ikannya. Ikan gak bakal bisa hidup tanpa air, sama halnya kaya gue. Gue gak bisa hidup tanpa Gerald!" Inilah kisah Gerald Dhiafakhri. Siswa teladan yang memiliki segudang prestasi di SMA Gundala. Gerald lebih serin...