Follow wattpad aku karna beberapa part akan aku private 😘
Happy reading ❤️
38|| AWAL MULA
Sepulang dari tempat bimbel, Alin memutuskan untuk pulang kerumah karena setengah jam lagi guru privat nya akan datang. Sesampainya di depan pintu rumahnya, Alin tampak menarik nafas dan menghelanya menyiapkan diri menerima caci makian dari ayahnya akibat nilainya yang anjlok.
Saat memegang gagang pintu, Alin berdoa penuh harap kalau ayahnya tidak dirumah. Namun, saat pintu rumah itu berhasil ia buka orang pertama yang menyambutnya adalah ayahnya. Pria paruh baya itu tampak duduk di sofa ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi dan sibuk dengan tablet berlogo Apple di genggamannya.
"Udah pulang?" Pertanyaan itu langsung di tujukan pada Alin yang baru saja memasuki rumah. Pria paruh baya itu tidak menoleh sama sekali pada lawan bicaranya dan malah berfokus pada tablet di hadapannya itu. Alin yang mendengar pertanyaan itu hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Papa dengar hari ini pengumuman nilai rapor, mana rapormu Papa mau liat," ujar pria paruh baya itu seraya meletakkan tablet yang sedari tadi ia pegang ke atas meja di hadapannya.
"Udahlah Mas, Alin masih capek baru pulang juga. Biar Alin istirahat dulu, nanti di lanjut lagi," ujar ibu tirinya berusahalah bersikap manis, menyadari itu Alin pun berdecak sambil menatap jengah kearah wanita itu.
"Udah ini urusan aku dan Alin, mending kamu ke kamar sekarang," ujar pria paruh baya itu pada istrinya, wanita itupun mengikuti ucapan suaminya dan berjalan menuju kamar dan meninggalkan ayah dan anak itu di ruang tamu.
"Mana rapornya?" Ujar pria paruh baya itu sekali lagi.
Alin menghela sambil memutar bola matanya malas, lalu membuka resleting ranselnya dan mengambil rapornya dari dalam sana. Gadis itu berjalan menghampiri ayahnya itu lalu menyodorkan rapor itu pada ayahnya.
Setelah rapor itu berada di tangannya, pria paruh baya itupun membuka rapor itu dan membaca nilai yang tertulis di setiap lembar itu. "Kenapa nilai bahasa inggris kamu bisa rendah kaya gini? Bukannya kamu udah ikut bimbel? Ini lagi nilai fisikanya kenapa malah menurun kaya gini?"
"Ada beberapa soal yang Alin nggak bisa jawab karena bingung sama kosakatanya, Pa!" Balas Alin seadanya, sambil berharap kalau Papanya akan menerima penjelasan itu.
"Berarti kamu kurang belajar!" Ujar ayahnya.
Alin kembali berdecak. "Kurang belajar gimana lagi sih, Pah? Dari pagi sampe malam Alin selalu belajar, pulang sekolah lanjut bimbel, habis dari tempat bimbel lanjut belajar sama guru privat, habis belajar privat lanjut belajar mandiri, jadi kurang belajar apa lagi Pah?"
"Nyatanya nilai kamu anjlok kan? Itu artinya cara belajar kamu belum maksimal!" Ujar pria paruh baya itu. "Papa mau kamu giat belajar supaya kamu bisa masuk universitas melalui jalur prestasi. Papa mau kamu jadi dokter lulusan universitas unggulan."
"Kadang Alin ngerasa kalau hidup Alin di stir banget sama Papa, emang nggak bisa ya Alin nentuin pilihan Alin sendiri?"
"Pilihan? Emang apa pilihan kamu? Mau jadi pastry chef? Dengan skill pas-pasan kamu berangan-angan jadi pastry chef?"
"Bisa nggak sekali aja Papa dukung kemauan Alin? Alin nggak mau jadi dokter Pa!" Ujar Alin mulai jengah.
"Papa mau kamu jadi dokter supaya masa depan kamu cerah, dengan cara kamu berangan-angan jadi pastry chef sama aja kamu sedang merintis jalan menjadi gembel!" Ujar Papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALD (On Going)
Fiksi Remaja"Gerald itu ibaratkan air, dan gue ikannya. Ikan gak bakal bisa hidup tanpa air, sama halnya kaya gue. Gue gak bisa hidup tanpa Gerald!" Inilah kisah Gerald Dhiafakhri. Siswa teladan yang memiliki segudang prestasi di SMA Gundala. Gerald lebih serin...