Haii apa kabar?
Udah siap belum sih buat nyambut malam tahun baru?
Harusnya sih up nya semalam, tapi berhubung masih banyak typo jadi up-nya di undur jadi malam ini, hihihi!!
Udah siap buat baca part ini?
Semoga cerita ini bisa nemenin malam tahun baru kalian, terkhusus buat kaum jomblo 😂
Hihi, udah siap buat vote, komen, and SHERE cerita ini, belum?
Kalau udah langsung aja deh!
Happy reading 😚
<<<•>>>
"Darimana aja kamu? Kenapa semalam kamu gak pulang?"
Alin menghentikan niatnya untuk melangkah ke kamar. Gadis itu menoleh ke arah sumber suara, disana sudah ada ayahnya yang sedang menatapnya datar.
Gadis itu menghela nafas, ia menatap ayahnya tak kalah dingin, padahal iya sempat berharap kalau ia tak bertemu ayahnya maupun ibunya.
"Kenapa tiba-tiba peduli sama Alin?" Tanya Alin, mulai jengah.
Lelaki paruh baya yang ada di depan Alin berdecak, lalu kembali menatap putrinya datar. "Kalau ditanya itu di jawab! Dari mana aja kamu?"
"Bukan urusan Papa!" Kata Alin, lalu gadis itu mencoba meninggalkan Papanya disana sendiri.
"Alin, Papa belum selesai bicara!" Bentak ayahnya, Alin menghentikan langkahnya lalu berbalik lagi.
"Apa sih Pa?" Ujar Alin dengan nada suara meninggi, gadis itu sangat-sangat jengah dengan semua ini, bahkan ia menatap ayahnya dengan tatapan menantang.
"Heh. Mulai berani kamu ya bentak-bentak Papa? Kenapa kamu liatin Papa kaya gitu, gak terima kamu Papa tegur kaya gini?" Lelaki paruh baya itu sudah naik pitam. Suasana hatinya begitu buruk, masalah bertubi-tubi menghampiri dirinya. Mulai dari masalah di kantor, masalah dengan urusan perceraian dengan ibunya dan lain sebagainya. Tetapi lelaki itu malah meluapkan amarahnya kepada Alin putrinya sendiri.
Alin membuang nafas kasar. "Cukup Pa, Alin mau istirahat!"
Saat Alin ingin melangkah, Papanya langsung angkat suara lagi. "Alin kamu mau ikut siapa?"
Alin berdecak.
"Papa sama Mama kamu sudah resmi bercerai, jadi kamu mau ikut siapa?" Tanya pria paruh baya itu. Semua ini sangat sulit bagi Alin, ia sangat sulit dalam memilih hal tersebut.
Tak lama setelah itu seorang wanita paruh baya keluarga dari kamar utama sambil membawa dua koper besar di tangan kiri dan kanannya, serta ada tas selempang juga di pundaknya.
"Alin, Mama mau dengar jawaban kamu. Kamu pilih siapa nak?" Tanya wanita paruh baya itu.
"Kenapa sih kalian harus kasih aku pilihan kaya gini?"
Air mata Alin terjatuh saat itu juga.
"Kalian tau kan kalau pilihan ini sangat sulit buat aku? Tapi kenapa kalian malah terus-terusan desak aku buat kasih pilihan?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALD (On Going)
Genç Kurgu"Gerald itu ibaratkan air, dan gue ikannya. Ikan gak bakal bisa hidup tanpa air, sama halnya kaya gue. Gue gak bisa hidup tanpa Gerald!" Inilah kisah Gerald Dhiafakhri. Siswa teladan yang memiliki segudang prestasi di SMA Gundala. Gerald lebih serin...