Happy reading ❤️
28||MENYATAKAN PERASAAN
"Loh? Ge, seharusnya kan kita lurus. Kok malah belok kiri sih?
Gerald tak menjawab, hal itu berhasil membuat Clarysa sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Sebenarnya kita mau kemana sih, Gerald?"
Gerald menghentikan motornya tepat di depan Abang batagor.
"Kita makan bentar ya, laper!" Ucap Gerald menjawab pertanyaan Clarysa.
Clarysa tersenyum dan tersipu malu. Yang benar saja? Apa Clarysa tak salah dengar? Gerald benar-benar menyebut kata 'laper' dan mengajaknya makan?
YA TUHAN! HELP ME, GAK KUAT! jerit Clarysa dalam hati.
Gerald memandang Clarysa dari spion motornya. Senyum lelaki itu mengembang saat melihat tingkah lucu Clarysa.
"Kenapa senyum-senyum?"
Clarysa mencoba menetralkan suasana hatinya. "Emang ada larangannya ya?"
Gerald kembali tersenyum dan terkekeh kecil, tak lama setelah itu senyum Gerald kembali redup.
"Mau makan?" Tanya Gerald.
"Terserah, gue ngikut aja!" Jawab Clarysa.
"Makan di pinggir jalan gini gapapa?"
Clarysa terkekeh pelan. "Gapapa, lagian gue juga sering makan di pinggir jalan kaya gini bareng Alin!"
Gerald tersenyum atas jawaban Clarysa. "Mau batagor kan?"
"Iya mau!" Jawab Clarysa, Gerald mengelus puncak kepala Clarysa gemes.
Mereka duduk di bangku plastik yang telah di sediakan Abang batagor, setelah selesai memesan dua porsi batagor untuk mereka makan.
Tak lama, Abang batagor mengantar pesanan mereka. Clarysa terlihat sangat menikmati batagor itu. Sudah cukup lama sejak terakhir kali ia makan batagor saat masih di Bandung.
"Laper?" Tanya Gerald. "Mau nambah lagi gak?"
Clarysa menggeleng cepat. "Enggak!"
"Kenapa, udah makannya?" Tanya Gerald ketika Clarysa meletakkan piringnya.
Clarysa mengangguk. "Udah!"
"Mau lanjut pulang?" Tanya Gerald.
"Boleh!"
"Buru-buru amat kayanya!"
"Emang Lo gak risih dekat-dekat sama gue?"
Setelah mendengar penuturan Clarysa itu, Gerald terdiam. Begitupun dengan Clarysa, gadis itu menundukkan kepalanya lalu menatap ke arah bawah dan memainkan sepatunya yang berada di bawah sana.
Saat Clarysa mendongakkan kepalanya, ternyata Gerald sedang menatapnya. Hal itu membuat Clarysa gugup luar biasa.
"Ada yang aneh ya? Atau muka aku belepotan kena sambel kacang?" Tanya Clarysa sambil memegang wajahnya, Gerald menggeleng.
"Enggak!" Jawab Gerald.
Clarysa memicingkan matanya. "Terus kenapa liatin aku kaya gitu banget?"
"Habisnya kamu cantik!"
"Kamu siapa?" Tanya Clarysa bingung.
"Kamu, Clarysa!"
STOP DONG GERALD, AKU TUH GAK KUAT KALAU DIGINIIN! teriak Clarysa dalam hati.
Kalau ditanya soal salting? Jelas lah Clarysa salting. Siapa sih yang gak salting kalau diginiin? Mana yang bikin Salting ganteng banget lagi.
"Jangan ngomong gitu. Kalau gue baper lagi, Lo yang repot ntar!" Kata Clarysa mencoba menahan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALD (On Going)
Teen Fiction"Gerald itu ibaratkan air, dan gue ikannya. Ikan gak bakal bisa hidup tanpa air, sama halnya kaya gue. Gue gak bisa hidup tanpa Gerald!" Inilah kisah Gerald Dhiafakhri. Siswa teladan yang memiliki segudang prestasi di SMA Gundala. Gerald lebih serin...