55|| MAAFKAN?

869 49 11
                                    

Guys aku udah ngetik 1000 kata lebih, eh tau taunya hilang😭 aku juga udah coba cek riwayat revisi sama aja guys, nggak ada! Gimana nggak kesal coba? Kebetulan aku juga lagi sibuk ngisi formulir buat kuliah jadi maklumi aja ya kalau updatenya lama🙏 😭

Setelah semua formulir nya beres aku bakal usahain update sekali sehari kaya biasanya 😊

Happy reading Brow ❤️

55|| MEMAAFKAN?

Malam itu Clarysa mendengar kabar kalau Alin masuk rumah sakit. Setelah mendapat ijin dari bundanya, Clarysa pun berniat menjenguk Alin, ia juga mengajak Chelsea bersamanya. Sesampainya di kamar rawat Alin, Clarysa dan Chelsea pun menatap nanar ke arah gadis yang tengah duduk di atas ranjang rumah sakit itu. Gadis itu terlihat merenung sambil menatap kosong ke arah jendela ruang rawatnya itu.

Clarysa melangkah mendekat sembari memperhatikan bekas luka di pergelangan tangan gadis yang sudah dibalut dengan kain kasa dan plaster.

"Lin? Lo baik-baik aja kan sekarang?" Tanya Clarysa perhatian, bukannya menjawab, Alin malah mengalihkan pandangannya ke objek lain.

"Lo nggak usah sok peduli, gue tau lo senang kan liat gue kaya gini?" Tanya Alin tanpa menatap lawan bicaranya.

"Kok Lo malah mikir gitu sih Lin?" Tanya Clarysa tak habis pikir dengan Alin.

"Chi, Lo bisa keluar bentar nggak gue mau ngobrol berdua dulu sama Alin," pinta Clarysa pada gadis yang berdiri di sebelahnya.

Chelsea mengangguk mengiyakan. "Yaudah kalau gitu, gue ke depan dulu."

Clarysa memegang bahu Chelsea. "Gapapa kan?"

"Santai aja, ngobrol aja senyaman kalian," balas Chelsea seraya tersenyum.

Beberapa menit setelah Chelsea meninggalkan ruangan itu, Clarysa pun mulai kembali bersuara. "Kenapa Lo ngelakuin ini si Lin? Kenapa Lo tega nyakitin diri Lo sendiri?"

Alin menatap nyalang ke arah Clarysa. "Lo peduli?"

"Peduli!" Sahut Clarysa. "Gue peduli Lin!"

Mendengar itu Alin pun berdecak sambil memutar bola matanya jengah. Clarysa kembali menatap nanar pergelangan tangan gadis itu, lalu beralih pada wajah pucat gadis itu. "Bunuh diri bukan solusi Lin."

"Terus apa solusinya? Nggak ada! Nggak ada solusi buat masalah gue!" Teriak Alin frustasi.

"Pasti ada Lin, tapi bukan bunuh diri solusinya," ujar Clarysa sambil menatap wajah gadis di hadapannya.

"Lo tau nggak Cha? Sebenarnya gue juga nggak pengen mati. Gue cuman pengen di dengar, gue pengen di perhatiin!" Balas Alin sambil meneteskan air matanya. "Lo sama gue itu beda Cha, Lo bisa dapatin apa yang Lo mau, Lo punya semua yang nggak gue punya! Lo juga dapat kasih sayang penuh dari orang tua Lo. Sedangkan gue? Hidup gue di setir banget sama nyokap bokap gue, gue nggak boleh mengecewakan mereka bahkan gue harus bisa memenuhi ekspektasi mereka. Mereka selalu berharap lebih dari gue, tapi apa Lo tau Cha?" Alin men-jeda ucapannya sambil menarik nafas.

"....semua itu jadi beben buat gue! Kenapa harus gue? Kenapa hanya gue yang harus memenuhi ekspektasi mereka?" Lanjut gadis itu lagi.

"Karena mereka anggap Lo bisa Lin," balas Clarysa.

"Nyatanya gue nggak bisa Cha! Gue nggak sanggup," Ujar Alin sambil meneteskan air matanya.

"Lo bisa dan Lo sanggup Lin! Buktinya selama ini Lo bisa bertahan di peringkat Lo, hanya aja nyokap dan bokap Lo nggak pernah merasa puas sama apa yang Lo capai. Jadi, jangan salahin diri Lo mulu, karena yang salah di sini bukan Lo tapi ekspektasi nyokap bokap Lo yang ketinggian," ujar Clarysa.

GERALD (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang