"Lula kenapa sih wajahnya ditekuk terus?"
Mobil putih yang melaju di tengah kemacetan ibukota awalnya senyap, hanya suara penyiar radio pagi yang terdengar. Pria di balik kemudi yang menyadari gadis kecilnya hanya menatap kosong ke luar jendela akhirnya menegur.
"Galau, mau pisah sama Bobi." Bukan anak itu yang menjawab, melainkan wanita di kursi belakang dengan rambut pendek merah jambu. "Jangan sedih dong, La. Wajah kamu tuh jelek kalo cemberut."
"Mama tuh nggak ngerti perasaan aku!" sinisnya seraya menghadap ke belakang, menatap mama dengan sorot tajam.
"Nanti di SD bakal banyak cowok ganteng. Mama yakin, kamu bakal lupain si Bobi. Soalnya kamu ganjen." Wanita yang dipanggil Mama itu makin memanasi Lula.
"No! Nggak semudah itu buat ganti hati, aku udah menanamkan prinsip setia buat naksir sama Bobi dan prinsip itu harus dipertahankan!"
Sienna -mama Lula- cuma bisa geleng-geleng kepala mendengar perkataan sok tua anaknya. Usia Lula bahkan baru memasuki enam tahun, tidak terbayangkan jika nanti menyaksikannya tumbuh menjadi remaja sampai dewasa jika sedang jatuh cinta.
"Emang Bobi naksir kamu juga, hm?" Suara dari pria di sampingnya membuat Lula memutus kontak matanya dengan Sienna dan terfokus ke sang papa.
"Makanya itu, Papa! Bobi belum naksir aku, sekarang udah mau kelulusan TK. Aku jadi nggak punya kesempatan buat bikin dia jatuh cinta." Lula menyandarkan tubuh ke kursi mobil. "Terus ini lagunya yang diputer makin dukung aku buat galau."
"Iya, ya? Kok tumben pagi-pagi malah lagu begini." Papa menyahuti, suara penyiar berganti menjadi alunan lagu dari Misellia berjudul Akhir Tak Bahagia. Seolah meledek bocah TK yang sedih itu.
Sienna yang tadinya duduk memojok di dekat jendela bergeser ke tengah. Tangannya menjulur ke arah Lula, lalu mencubit pipi kanan anaknya gemas sampai terdengar suara rintihan.
"Abis ini Mama nggak daftarin kamu ke SD, ya? Langsung masuk SMA aja."
"Jangan gitu dong, Ma, nanti kayaknya kebalik deh. Lula yang bakal ditaksir sama cowok-cowok," ucap pria yang menjadi papa Lula sekaligus suami Sienna itu.
"Iya dong, harus populer kayak mamanya!" Perempuan berambut pendek itu menyombongkan diri.
"Kalo Mama populer, seharusnya followers di Instagram lebih dari sepuluh ribu. Ini ... seribu aja nggak nyampe," celetuk Lula balas meledek Sienna.
"Huh, anak siapa sih kamu?" Sienna pura-pura sebal, seraya menghujani Lula dengan kecupan di wajahnya. Hal itu jelas membuat anaknya berontak, tapi nggak dihiraukan oleh wanita tiga puluh tahun itu. Melihat wajah kesal Lula selalu menjadi hiburan tersendiri untuknya dan suami.
***
Bagi Sienna, menikah dengan Jeriko Baskara Salim adalah sebuah anugerah. Setiap harinya diberikan jutaan kasih sayang, meski berasal dari keluarga yang tidak kekurangan kasih sayang, Sienna merasa ini berbeda. Semacam menemukan tempat ternyaman untuk bersandar. Ditambah, kehadiran Lusiana Baila Jena membuat kebahagiaannya semakin utuh.
Jika Jeriko mengatakan kalau akan ada warna berbeda di kehidupan mereka, maka Sienna akan mengatakan kalau warna yang mendominasi adalah merah jambu. Berkali-kali Sienna merasakan jatuh cinta pada sosok yang berstatus sebagai suaminya, berkali-kali juga Sienna jatuh cinta dengan Lula. Agak klise memang, tetapi itulah yang ia rasakan.
Taman kanak-kanak yang menjadi tempat Lula menuntut ilmu sudah dipenuhi oleh murid dan orang tuanya. Mereka berkumpul di aula kecil sekolah, menyaksikan berbagai penampilan lucu dari anak seusia Lula. Lula akan tampil bernyanyi sekitar setengah jam lagi bersama temannya yang lain. Kini, anak itu ada di antara Sienna dan Jeriko, mengunyah risol mayo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colourful
Science Fiction[SLOW UPDATE] Sienna adalah perempuan satu-satunya dari keluarga ayah dan ibu. Siapa saja yang ingin menjalin hubungan dengannya, harus berjanji untuk tidak menyakitinya atau membuatnya menangis. Sampai suatu hari, seseorang yang merupakan teman bai...