8. Izin

306 44 9
                                    

"LO CEMBURU SAMA WARIA?" tawa Renata pecah begitu Sienna mengakhiri sesi cerita. Mata cewek itu sampai menyipit, tidak menyangka dengan cerita yang baru saja dilontarkan temannya.

Sienna mendengkus sebal, padahal tadi Renata sudah berjanji untuk tidak menertawakan kisahnya. Namun, siapa yang bisa menahan tawa? Ketika mendengar cerita bodoh Sienna dengan wajah yang masih menggemaskan tanpa mengenal usia. Respons Renata adalah respons yang sama seperti keluarga Sienna di rumah orang tuanya waktu itu. Bhanu membeberkan kepada saudara yang lain membuat Sienna lagi-lagi menjadi bahan olokan dan kejahilan.

Renata menarik napas dalam-dalam seiring dengan tawanya yang mereda. "Seharusnya lo selidiki dulu, jangan asal tembak."

"Ya abis gimana? Dia bilang cuma buat cari diskon sama baca berita, tiba-tiba ada foto profil cewek yang nelpon. Siapa yang nggak curiga coba? Kesannya kayak lagi sembunyiin selingkuhan tau!" Sienna meninggikan intonasi suara, memangku bantal sofa di ruang tamu rumahnya. "Sialan, ternyata buat beli gituan di bencong." Tangannya menjulur, menunjuk rangkaian play station yang baru dipasang Jeriko semalam.

"Masih mending, daripada cowok lo main sama cewek lain. Lo bisa lihatin dia di sini lagi main game," sahut teman SMA Sienna yang sedang berkunjung ke rumahnya sore ini. "Kan nanti bisa romantis-romantisan sama Pak Jer di kursi. Saling memangku, mengecup, dan tiba-tiba Lula punya adek."

Sienna menutup kuping mendengar ucapan nggak beres temannya. Beruntung, Lula sedang bermain di rumah tetangga jadi anaknya nggak akan bertanya macam-macam. "Pikiran lo nggak pernah bersih."

"Selagi sama yang halal, trabas!" seru Renata, "Kalian itu kan pasangan yang mendekati sempurna, ya. Paras oke, berpendidikan, sikap baik, rejeki lancar, dan harmonis. Kemungkinan ada orang ketiga sangat kecil, bahkan nggak ada!"

"Siapa tau? Selingkuh itu bisa terjadi kalo ada kesempatan, Re."

"Jangan gitu, Na. Jeriko tugasnya ngurusin ratusan karyawan, istilahnya bermacam-macam cewek pasti ada di tangan dia. Nggak bisa menyimpulkan gitu aja kalo cewek yang nelpon adalah selingkuhan."

Sienna mengangguk dalam hati. Dia tidak mengerti kenapa waktu itu sampai kebakaran jenggot hanya karena melihat orang yang menelepon Jeriko, bisa saja itu teman kantornya, kan? Seharusnya Sienna memikirkan warna-warna bahagia yang Jeriko berikan selama ini, menahan emosinya agar tidak terjadi keributan yang menjadi retak.

"Kalo misal, amit-amit nih ada orang ketiga. Pasti yang ganjen itu ceweknya duluan. Cewek mana sih yang nggak terpesona sama pria anak satu kayak Jeriko?" beber Renata lagi.

"Termasuk lo?" goda Sienna.

"Eh enggak ya, sori! Walaupun suami lo emang ganteng dan kaya raya, gue tetep punya komitmen sama Mas Wira."

Sekarang Sienna yang dibuat tergelak sama raut kesal Renata. Sienna mengakui, kalau cewek dengan postur tinggi ini memang sudah tergila-gila dengan suaminya sejak pertama bertemu dan Renata bukan tipe yang mudah baper sama orang lain.

Omong-omong, tujuan Renata ke mari adalah untuk mengucapkan terima kasih ke Jeriko dan Sienna lantaran suaminya langsung diterima bekerja setelah interview kemarin. Renata juga membawakan brownies kesukaan Sienna.

"Gak kebayang deh kalo rumah tangga gue terancam sama hal-hal kayak gitu," decak perempuan berambut pink itu.

"Beberapa hari yang lalu lo bilang kalo ada apa-apa didiskusiin sama suami. Nah, harusnya kalo ada yang mencurigakan diobrolin dulu." Renata teringat pada wejangan Sienna saat ia menggadai cincin nikah.

"Iya-iya ampun, kanjeng."

***

Di luar dugaan, selagi Renata membuang kardus brownies di tempat sampah luar, mobil Jeriko sudah terparkir di halaman rumah. Renata melirik jam tangan yang melingkar, belum ada jam lima sore membuatnya agak heran. Nggak lama, Jeriko turun dari mobil dan tersenyum begitu melihat sahabat istrinya itu.

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang