10. Main

372 39 2
                                    

‼️part ini alurnya maju mundur
⚠️ sedikit adegan dewasa⚠️

***

Tiga minggu berlalu sejak pertemuan pertama, hubungan dua manusia yang tengah menempuh tingkat akhir itu semakin dekat. Bukan dekat dalam arti memiliki hubungan khusus, hanya sebatas teman yang saling bertukar pesan jarak jauh mengingat keduanya berada di kota yang berbeda. Semarang dan Jakarta. Namun, seolah mendengarkan lagu-lagu romantis yang terkesan manis, pesan yang dikirim oleh cowok bernama Jeriko itu selalu membuat si gadis berambut bob tersenyum.

Dia paham arti kata mewarnai yang dimaksud Jeriko saat mereka menyantap mie instan hujan-hujan di rumah Bhanu, tetapi dia juga tidak mau berharap lebih. Apa yang mau diharapkan dari orang yang baru putus cinta? Pikirnya saat itu.

Seiring berjalannya waktu, Sienna juga merasakan Jeriko turut mewarnai harinya meski melalui perantara telepon. Jeriko tidak pernah absen untuk menceritakan hal random yang bisa membuatnya tertawa sendiri, menemaninya menyusun tugas akhir, menghilangkan rasa penatnya akibat rentetan revisi yang tiada akhir. Prinsipnya di awal yang tidak terlalu berharap, perlahan pupus dikarenakan sikap Jeriko yang menyenangkan.

Jika dalam jarak jauh dia bisa merasakan kebahagiaan, bagaimana jika dalam jarak dekat? Membayangkan itu membuat perutnya mulas sampai kedua bibirnya berkedut.

"Dih, Kak Nana senyum-senyum sendiri kayak orang gila," celetuk Ical yang baru saja sampai rumah masih dengan seragam sekolah.

"Apa, sih!" Sienna gelagapan, langsung pura-pura fokus dengan layar laptopnya lagi. Untungnya orang tua mereka tidak ada rumah.

"Kerjain skripsi yang bener, Kak, biar wisuda tahun ini terus nikah deh," sahut Ical setelah membasuh tangan di wastafel. Selang beberapa lama, cowok itu harus meringis lantaran menerima cubitan di paha dari sang kakak.

"Nikah-nikah! Enteng banget tuh mulut."

"Siapa yang nikah?" Fokus kedua orang itu beralih ke pintu utama yang terbuka, sosok Bhanu muncul dan langsung bergabung dengan Sienna dan Ical.

"Salam dulu sih, Kak, kayak maling aja nyelonong masuk." Ical mencibir, merasa kesal karena ia mudah kaget.

Bhanu tergelak, "Udah di dalem hati, hanya orang baik yang dapat mendengarnya."

"Iya didenger sama setan, soalnya kalian temenan!" Setelah meledek, Ical langsung pergi begitu saja ke kamarnya karena nggak mau kena tinjuan Bhanu.

Kali ini Bhanu membiarkan Ical, kasihan baru pulang sekolah dan terlihat lelah. Dia menjatuhkan tubuh di samping Sienna, mengintip apa yang dilakukan gadis, "Widiihhh, udah bab empat. Nana bakal sarjana tahun ini."

"Iyalah, gue nggak mau jadi beban keluarga kayak lo," sarkas Sienna. "Seharusnya lo cari penyemangat kek, motivasi kek, atau apa pun itu asalkan jangan cari cara buat modusin cewek."

"Iya deh, yang dapet support system baru." Support system baru yang disebut Bhanu adalah Jeriko. Sudah tingga minggu ini pula Bhanu menjadi perantara bagi dua orang itu untuk berhubungan. "Udah ditembak Jeriko belom, Na?"

"Apa, sih!" Gadis itu mendorong badan Bhanu biar menjauh, risih banget melihat tatapan menyebalkan Bhanu, sekaligus untuk menyembunyikan pipinya yang menghangat.

"Sekarang gue lagi cuti."

"Nggak mungkin cuti kuliah, kan?"

Bhanu menyeringai sebentar, "Cuti modusin cewek, soalnya bantu temen yang pengen deketin cewek juga."

Sienna berdehem pelan, sedikit peka kalau yang dimaksud Bhanu adalah Jeriko dan dirinya.

"Na, selama beberapa minggu ini perasaan lo ke Jeriko gimana?" tanya Bhanu tenang, seolah tanpa beban sama sekali. Padahal yang ditanya sudah kikuk setengah mati. "Jujur aja."

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang