12. Sebuah Paket

282 41 12
                                    

mohon maaf lahir dan batin semuanya. selamat Idulfitri bagi yang merayakan✨

***

Waktu menunjukkan pukul setengah lima sore ketika terdengar kebisingan dari dua perempuan beda generasi itu. Anak perempuan yang menenteng sepatu rodanya mencebikkan bibirnya kesal. Sedangkan wanita berambut merah jambu itu masih bersuara sambil berkacak pinggang di teras rumah mereka. Sudah menjadi hal yang lumrah kalau Sienna dan Lula adu mulut, ribut berdua. Sifat mereka ini sangat berbeda ketika mengunjungi kantor Sienna kemarin.

"Udah Mama bilangin jangan main jauh-jauh kalo bawa sepatu roda, sekarang jadinya apa? Kamu hampir keserempet motor tadi." Suara Sienna terdengar tinggi. Dia bukan marah, tetapi sangat khawatir membuat nada bicaranya naik.

Barusan Sienna mencari anaknya di lapangan yang biasa dijadikan tempat bermain anak-anak, tetapi nihil. Tidak ada satu pun bocah yang berkeliaran di area itu. Setelah menyusuri tempat-tempat lain yang memungkinkan ada Lula, ia malah melihat anaknya sedang meluncur dengan sepatu roda di turunan yang ramai oleh kendaraan. Saat itu juga bertepatan dengan sebuah motor yang hampir mengenai tubuh sang anak kalau Lula tidak cepat menghindar.

"Aku bisa minggir di gerbang rumah orang," balas Lula. "Mama tuh lebay."

"Kamu lagi beruntung karena ada gerbang, kalo gak ada gimana? Atau kalo gerbangnya roboh karena kamu tabrak gimana? Siapa yang repot?"

"Tapi, aku gak apa-apa, Ma."

"Bisa nggak sih, kamu dengerin Mama sebentar sambil bilang, 'Iya, janji nggak bakal ngulangin lagi, Ma'?"

"Aku nggak bisa mastiin bakal ulang lagi atau enggak. Aku nggak mau janji kalo belum pasti. Emangnya Papa? Janji-janji mau bakal kasih waktu buat aku, tapi kerja terus."

Lula menghentakkan kakinya sekali dengan kesal, kemudian masuk ke rumah. Sienna yang ditinggal sendiri mengusap wajah dengan gusar.

Ia paham, Lula masih kesal dengan Jeriko karena sehabis pergi berdua kemarin, Jeriko masih ada di dalam ruangannya sampai pukul sembilan malam –waktunya Lula tidur. Ayah dan anak itu hanya berbincang saat makan malam dengan permintaan maaf singkat Jeriko. Lalu sekarang, Jeriko berangkat lebih pagi bahkan sebelum Lula membuka mata membuat mereka tidak saling bertemu.

Sepanjang hari ini, Sienna hampir tidak melihat anaknya tersenyum. Lula enggan menerima permintaan maaf Papanya kalau kenyataannya masih sibuk. Sienna tidak bisa membujuk lagi, selain menuruti permintaan anaknya untuk membawa sepatu roda saat main tadi. Namun, dia nggak menyangka Lula nekat bermain di dekat jalan raya.

Sungguh, memutuskan untuk resign dari kantor dan ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik tidak semudah yang Sienna bayangkan. Entah mengapa semua datang berbarengan: kesibukkan Jeriko dan sifat manja Lula yang bisa meledak seperti tadi. Kepala Sienna hampir meledak setiap ada di tengah-tengah antara Jeriko dan Lula.

"Pakettt." Suara khas kurir mengantar paket membuat Sienna menoleh. Ia tersenyum, setidaknya ada yang bikin perasaannya tenang lantaran pesanan yang ditunggu datang.

"Makasih, Bang!" Sienna agak berteriak karena kurir langsung pergi setelah Sienna menerimanya.

Perempuan itu membawa kotak berukuran sedang ke ruang TV. Sebetulnya ini untuk Viona yang sebentar lagi akan melahirkan. Dia antusias jika belanja kebutuhan bayi yang lucu-lucu, apalagi katanya anak Viona nanti juga perempuan. Lula jadi ada teman.

Kebetulan banget Lula keluar kamar mandi setelah membersihkan diri. Sienna geleng-geleng kepala anaknya melewatinya begitu saja, tanpa melirik sedikit pun.

"Kalo udah selesai ke sini, paket adek bayi udah nyampe," kata Sienna pelan seraya mengambil gunting untuk membuka paket. 

Namun, pergerakan tangan Sienna terhenti tatkala matanya tidak sengaja menangkap nama asing yang tertera di bagian penerima, Arcobaleno Blu. Kata yang tidak familiar di telinganya. Ia kembali meletakan gunting, memerhatikan dengan seksama detail paket yang baru saja diterima. Seingatnya, ia memesan satu paket alat makan bayi dari toko khusus alat-alat bayi. Tetapi, paket yang ada di sini justru dari toko perlengkapan sekolah, entah apa isinya. Dia kebingungan, apa ini salah si kurir, ya?

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang