Berkat ucapan sang ibu, belakangan ini Sienna masak pagi untuk membawakan Jeriko bekal. Bukan sekadar ia takut suaminya melirik perempuan lain, tetapi Sienna sadar itu merupakan salah satu kewajibannya sebagai seorang istri. Selama ini Sienna membiarkan keluarga kecilnya beli lauk di luar, dia hanya memasak jika libur. Lagipula, Jeriko pria baik yang akan mempertahankan keluarga.
Buktinya suaminya itu sekarang tengah mengantar Lula tes di sekolah baru. Tanpa mempermasalahkan akan terlambat datang ke kantor. Dia bilang, akan mengurusi keperluan pendaftaran sekolah Lula karena takut Sienna masih nggak terima keputusan ini. Padahal, Sienna sudah baik-baik saja.
Cewek berambut merah jambu yang baru selesai mencuci perabotan itu duduk di kursi teras, menatap kesibukan pagi di daerahnya. Banyak motor yang melintas, para pegawai baru berangkat untuk mencari nafkah. Ada beberapa tetangga lewat di depan rumah yang Sienna kenal sehingga mengharuskannya berbasa-basi sedikit.
Semuanya tak ada yang aneh sebelum motor matic berhenti di depan pagarnya. Seorang cewek berambut panjang tanpa helm memamerkan giginya ke arah Sienna.
"Kejutan!" serunya masih di atas motor.
Sienna melangkahkan kaki untuk membuka pagar kemudian mempersilahkan teman SMA-nya masuk. "Lo ngapain dateng tiba-tiba, Renata?"
"Hehe, tadi liat Lula sama Jeriko di depan SD. Lula mau masuk sana?"
Mereka sudah duduk di ruang tamu dengan beberapa camilan. Renata merupakan teman SMA Sienna yang juga sudah menikah dan memiliki satu putra berumur tiga tahun, bedanya Renata hanya menjadi ibu rumah tangga begitu mengandung. Jarak rumah Sienna dan Renata nggak jauh, masih satu wilayah dengan SMA-nya. Hal itu bikin pertemanan mereka paling awet sampai sekarang.
"Iya, Ibu nyuruh sekolahin Lula yang deket-deket. Terus, Paksu saranin di sana jadi ya udah," jelas Sienna sambil mengunyah keripik pisang.
"Jeriko nggak ngantor?"
"Abis nganter Lula baru berangkat, Lula selesai sekitar jam sepuluh."
Renata berdecak, menatap temannya dengan kagum. "Idaman banget laki lo, mengutamakan keluarga ketimbang pekerjaan."
"Sama aja, Re, sekarang dia sengaja dateng terlambat ke kantor. Pulangnya pasti lembur sampe malem banget." Kekehan kecil terdengar agar suasana nggak canggung. Sienna bisa menangkap hawa iri dari Renata. "Kok lo ke sini sendirian? Tadi abis darimana? Anak lo mana?"
Renata sempat menghela napas, "Deril gue titip ke omanya. Sebenernya gue pengen cerita sama lo. Tadi pas liat suami sama anak lo lagi di luar, gue langsung ke sini deh karena tau lo pasti di rumah sendirian."
Sienna menatap khawatir ke temannya yang sorotnya mulai redup itu, "Sure, tell me anything."
"Mas Wira kena PHK, udah sebulan lebih--"
"Kok baru bilang?" potong Sienna dengan terkejut mengetahui suami temannya tidak bekerja. "Sori, boleh lanjut."
"Awalnya kita biasa-biasa aja karena ngerasa masih ada gaji terakhir sama pesangonnya. Tapi kan, nggak selamanya kita hidup pake uang itu. Gaji terakhirnya udah mau abis, sedangkan Mas Wira belum dapet kerja." Renata menjeda, ada nada sedih di ceritanya yang bisa terdengar. "Gue mau kerja lagi nggak dibolehin, kita sama-sama bingung. Akhirnya dua hari lalu, gue nekat gadein cincin nikah
"Ketahuan sama Mas Wira, dia marah dan kita ribut sampe sekarang. Dia mikirnya, gue nggak percaya sama usahanya cari kerja selama ini."
Sienna nggak tahu harus respons apa, selain mengusap punggung sahabatnya. Selama ini pernikahannya nggak pernah ditimpa masalah berat, hubungan kedua orang tuanya pun damai sampai sekarang jadi Sienna sendiri nggak jago buat menangani hal semacam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colourful
Ciencia Ficción[SLOW UPDATE] Sienna adalah perempuan satu-satunya dari keluarga ayah dan ibu. Siapa saja yang ingin menjalin hubungan dengannya, harus berjanji untuk tidak menyakitinya atau membuatnya menangis. Sampai suatu hari, seseorang yang merupakan teman bai...