32. Muak

485 53 19
                                    

"Aku nggak bermaksud menyembunyikan masalah keluargaku ke kamu."

Perjalanan pulang yang awalnya terasa sunyi akhirnya diisi dengan percakapan Jeriko. Pria itu tak tahan dengan suasana mobil yang semakin canggung lantaran Lula sudah terlelap di sebelahnya. Hanya ia dan Sienna yang masih terjaga. Dari spion tengah, Jeriko dapat melihat perempuannya yang mentap ke luar jendela, tak terusik sama sekali dengan perkataannya.

"Papa yang minta, aku nggak punya pilihan selain nurut." Jeriko kembali bersuara berharap Sienna mau mendengarkannya. "Teman-temanku nggak ada yang tau soal ini. Bhanu, Gita, kamu ... kalian sama-sama tau kalau aku anak tunggal. Jadi permasalahan ini nggak ada sangkut pautnya dengan masalah yang lain."

Sienna masih tidak menjawab, pikirannya tenggelam bersama lalu-lalang kendaraan di luar sana. Sekitar delapan tahun dia mengenal baik Jeriko dan papanya, Sienna tak pernah mengira bahwa mereka menyimpan rahasia yang cukup penting dengan alasan yang kurang masuk akal. Perpisahan orang tua Jeriko memang sudah diceritakan sejak awal, tetapi mengapa tentang saudarinya Sienna tak boleh tahu? Bukankah ibu Jeriko juga meninggalkan mereka, sama dengan yang dilakukan Jenita? Sienna merasa masih ada sesuatu yang mengganjal, ia belum diberitahu secara utuh.

"Tolong maafin aku, Sienna."

"Kakak kamu bikin kesalahan fatal sampe bikin kalian murka?" Masih memandang ke luar jendela, Sienna bertanya.

Pria yang menjadi lawannya bicara tak langsung menjawab pertanyaan mudah itu membuat Sienna yakin asumsinya benar bahwa Jenita bukan sekadar meninggalkan mereka tanpa kabar.

Jeriko dilanda kebingungan dalam merespons Sienna. Ia tak tahu harus bagaimana? Haruskah ia tetap menyimpan aib keluarganya atau memberitahu Sienna yang sebenarnya terjadi; tentang saudarinya yang hamil di luar nikah hingga sang ayah begitu marah. Hari-hari yang ia lewati langsung berubah drastis sejak saat itu, dia hanya dapat memendam permasalahannya sampai detik ini.

"Awas motor!"

Kakinya refleks menginjak rem cukup kuat mendengar jeritan Sienna. Sebuah motor yang keluar dari gang melaju cepat begitu saja, jika Sienna tidak teriak mungkin mobil ini akan menabraknya dan menimbulkan masalah baru. Genggaman pada stir mobil menguat, pikiran Jeriko kacau hanya karena pertanyaan Sienna.

Sienna sudah memerhatikan suaminya lewat kaca. Tatapannya yang kosong menandakan ada sesuatu yang memenuhi kepala suaminya, dan pasti itu tentang Jenita.

***

Jika Sienna diminta untuk mendeskripsikan perasaannya terhadap Jeriko setelah banyak rahasia yang terbongkar, hanya ada satu kata yang dapat mewakili itu semua; kosong. Kekecawaan dan kemarahan sudah tak sepenuhnya menyelimuti relung, tetapi rasa itu tak serta merta tegantikan dengan rasa-rasa yang lain. Hatinya sudah tak diisi oleh perasaan apa pun menjadikannya semakin bingung untuk menentukan pilihan.

Wanita itu tak mengerti dengan beban yang ditanggung Jeriko yang membuat suaminya harus bersembunyi di balik topengnya selama ini. Entah tekanan apa yang diberikan oleh Ardi—sang mertua sampai-sampai Jeriko bungkam pada siapa pun mengenai keluarganya. Di waktu-waktu tertentu Sienna sering melihat sorot suaminya yang lelah, menyesal, dan sungguh-sungguh meminta maaf untuk memperbaiki semuanya.

Namun, tak semudah itu untuk membangun rasa kepercayaannya kembali. Satu hal yang amat meresahkan Sienna adalah kehadiran Gita. Setiap kali Sienna ingin membuka hatinya untuk mendengarkan keluh kesah Jeriko, sosok Gita yang menyebalkan selalu menghantuinya. Sienna masih terlalu kesal dengan wanita yang berharap lebih pada suaminya itu. Gita masih berstatus sebagai asisten Jeriko yang itu artinya mereka masih sering berhubungan. Entah masalah pekerjaan atau bukan, Sienna yakin keduanya masih saling peduli.

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang