17. Email itu Lagi

273 33 22
                                    

Tidak terasa, mereka telah sampai rumah setelah hampir setengah jam perjalanan. Jalanan cukup macet, padahal jarak rumah mereka tidak terlalu jauh lantaran ini akhir pekan dan mereka menggunakan mobil. Sienna ke luar dari kamar Lula setelah memberikan susu hangat dan berpesan agar anaknya jangan tidur terlalu larut. Wanita yang sudah mengenakan daster batik itu, juga ingin minum yang hangat-hangat untuk menenangkan pikirannya yang mendadak kacau.

Dia mencari teh tarik saset di bufet dapur, minuman ini jarang diminum sehingga disimpan di sana. Sementara susu Lula, kopi Jeriko, dan teh celup tersedia di toples yang ada di meja dapur. Sudah lama ia tidak menikmati teh tarik, jadi posisinya agak di belakang.

Saat ingin meraihnya, tangannya tidak sengaja menyentuh benda lain. Sienna menarik satu saset minuman itu dan juga sebuah benda lain.

Kuncir rambut warna biru, motif polkadot putih. Kuncir rambut miliknya yang ditemui Lula di mobil beberapa saat lalu. Kuncir rambut yang kini menjadi kesukaan anaknya, yang tadi Sienna lihat jelas-jelas di rak buku Lula. Lantas, ini milik siapa? Dan, yang mana miliknya? Perempuan itu meneliti dengan seksama kuncir rambut yang ada di genggamannya.

Tidak ada yang aneh, sampai Sienna menangkap ada bercak merah jambu yang cukup mencolok.

"Aduh, shay, sorry banget kunciran situ kena cat rambut sedikit."

"Iya gak apa-apa, Sis, kan cuma kunciran."

Seketika Sienna teringat percakapannya dengan pegawai salon yang mewarnai rambutnya. Melihat ada bercak khas di benda ini, artinya kunciran yang dipegangnya sekarang adalah kunciran asli milik Sienna. Berarti yang ditemukan Lula di mobil … bukan punya Sienna.

"Mikirin apa hayo?" Sienna tersentak, entah sejak kapan suaminya sudah ada di belakang. "Mau bikin teh tarik?" Pria itu mengambil alih bungkusan yang ada di tangan Sienna. "Duduk aja, aku yang bikin."

Sienna menurut, dia duduk dan menunggu Jeriko selesai membuatkan minuman. Perhatiannya kembali pada kunciran yang sudah Sienna lingkarkan di pergelangan tangan seperti gelang. Seingatnya, hanya membeli satu bukan dua.

"Ada sesuatu yang ganggu pikiranmu, ya?" Jeriko meletakkan secangkir teh tarik di depan Sienna.

Sienna menyesap tehnya yang masih mengepul. Banyak. Ada banyak yang mengganggu pikirannya saat ini, khususnya sejak ibu dan Ical datang ke rumah. Sienna masih ingat gelagat aneh Jeriko ketika mereka membicarakan masalah Ical … masalah yang Sienna bergidik ngeri mendengarnya.

Kemudian, saat Jeriko bilang ada survey tempat. Sebelumnya, kantor Jeriko tidak mau untuk survey di tempat wisata di hari Minggu karena ramai dan harga tiketnya yang mahal. Kenapa sekarang berubah?

Perihal Lula juga mengganggu pikirannya. Sudah berkali-kali anak itu protes tentang jadwal kerja papanya, kali ini anak itu melihat Jeriko akrab dengan anak lain. Sienna sadar, hal itu bukan cemburu biasa. Lula juga pasti iri dengan Sera yang dapat menghabiskan waktu di akhir pekan dengan keluarganya.

Tak sampai di situ, pikirannya juga diganggu dengan ditemukannya kuncir rambut di bufet ini. Sienna baru sadar ada bercak pink yang menjadi bukti kalau ini miliknya. Sedangkan yang ditemukan Lula di mobil masih bersih. Darimana datangnya kunciran itu dan siapa pemiliknya?

Tiga menit berlalu, tidak ada yang membuka suara. Sienna diam bersama pikirannya yang berkecamuk, sedangkan Jeriko menunggu istrinya bicara. Diam bukan pilihan yang tepat, oleh karena itu Sienna mulai berdeham sebagai awal pembicaraan.

"Kamu inget gak kapan pertama kali Lula minta punya kamar sendiri?" Pandangan Sienna mengarah ke wastafel yang kerannya meneteskan air, menciptakan suara teratur yang menenangkan.

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang