33. Masih adakah harapan?

494 55 27
                                    

Membawa Sienna pada sang papa ternyata belum dapat menyelesaikan masalah. Jeriko mengira Sienna sudah mengerti dan tak ada yang perlu dipermasalahkan. Ternyata perkiraannya itu kurang tepat. Semakin hari, mereka semakin jarang berinteraksi—Sienna yang tak mau menegur meski mereka telah tidur di kasur yang sama lagi.

Jeriko tak dapat berbuat banyak dalam membujuk Sienna agar mau berdamai. Tentang keberadaan Sagita, Jeriko telah menjelaskan berkali-kali bahwa mereka  tidak ada hubungan apa pun, selain niat Jeriko untuk menolong perempuan itu. Namun, Sienna enggan mendengar segala alasan. Jeriko mencoba memakluminya, tetapi mau sampai kapan?

Rumah tangga mereka semakin hari semakin terasa hambar. Tak ada bumbu-bumbu untuk melengkapi hubungan mereka. Jeriko tak mengerti apa keinginan Sienna karena mereka nyaris tak bersuara ketika berjumpa. Hari-hari yang Jeriko jalani penuh dengan ketakutan; takut ternyata keinginan Sienna adalah keinginan tidak terduga yang paling ia hindari yaitu … ditinggalkan.

"Kenapa nggak jadi ke wahana bermain? Bukannya waktu itu Papa udah survey ke Dufan?"

Jeriko yang tengah bersiap untuk memanaskan mobil dikejutkan dengan kedatangan Lula bersama pertanyaan yang tidak ia duga. Dalam jangka waktu yang lumayan lama dan kegiatan Lula yang cukup banyak, Jeriko pikir Lula sudah melupakan hari itu. Hari di mana Jeriko mengatakan ingin melakukan survey tempat untuk acara tahunan kantor dan faktanya ia malah bermain dengan Gita dan Ansel di Dufan.

Setelah beberapa bulan, akhirnya tibalah saatnya acara tersebut. Hanya saja, tak seperti yang dinantikan Lula, acara hanya diselenggarakan di kediaman atasan Jeriko malam ini, alih-alih di taman bermain.

"Kamu inget?" tanya Jeriko yang seperti orang bodoh.

"Mana mungkin aku lupa? Aku kan lihat Papa di Dufan," jawab Lula, suaranya terdengar kesal. "Kenapa jadinya cuma di rumah anaknya bos? Ngebosenin banget."

"Harga tiket ke tempat-tempat bermain udah naik, Lula. Pak Bos gak setuju, akhirnya menyarankan buat mengadakan pesta di rumah anaknya yang baru selesai dibangun," jelas Jeriko, ia tidak berbohong mengenai alasan dipilihnya tempat acara tahunan kantor, tetapi sebenarnya hal ini telah direncanakan jauh-jauh hari bahkan sebelum Sienna resign. Itu artinya, Jeriko sudah tak perlu melakukan survey lagi di mana pun.

Lula menekuk wajah, ia kecewa. "Nggak seru! Mendingan aku nonton bioskop sama Om Ical, Akek, Bune."

Bocah itu memang tidak mau bergabung dengan orang tuanya sejak mengetahui acara bukan diselenggarakan di Dufan atau tempat wisata lain. Ia lebih memilih tawaran sang nenek yang mengajaknya ke bioskop malam ini.

"Rumahnya gede tau, La. Ada kolam renang, lapangan tenis, taman-taman." Jeriko membujuk sang anak untuk ikut, seraya berjalan memasuki mobil dan mulai menyalakan mesin. Pintu mobil masih dalam keadaan terbuka, pria itu bertanya. "Mama belum selesai?"

"Tetep aja aku nggak boleh berenang atau lari-larian kalau di rumah orang kaya!" keluh Lula. "Tadi aku ngintip Mama malah bengong di depan meja rias. Kayaknya Mama juga males berangkat."

Fakta itu membuat Jeriko khawatir. Bukan tanpa alasan, Jeriko tahu istrinya itu pasti memikirkan bahwa dalam waktu dekat ini ia akan bertemu dengan Gita. Sienna tidak baik-baik saja dan Jeriko tidak bisa berbuat apa-apa.

"Udah nanya Papamu, kenapa nggak di Dufan?" Orang yang dikhawatirkan datang. Sienna tampil cantik dengan blouse putih dan rok hitam selutut. Rambut pink-nya dibiarkan tergerai. Wajahnya dipoles make up yang membuatnya terlihat lebih segar, meski kenyataanya pikiran tengah berkecamuk.

"Katanya karena mahal. Aneh ya, Ma? Udah tau mahal, kenapa harus repot-repot survey?" Lula mencibir.

"Mungkin waktu itu Papamu mau sekalian liburan sama anak-anak buahnya," jawab Sienna menyindir, mengabaikan suaminya yang sudah duduk di mobil dengan raut tertegun itu. "Ini kamu beneran nggak mau ikut, kan, Lula?" Sienna tetap memastikan dengan was-was, ia jelas tak merestui segala bentuk pertemuan antara anaknya dengan perusak rumah tangga mereka. Melihat anggukan Lula membuat Sienna bernapas lega. "Ayo berangkat, Bune udah nunggu."

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang