28. Penjelasan

575 51 38
                                    

Tautan video yang dikirim Renata berisi podcast di mana terdapat Ita baru sempat Sienna buka setelah Lula terlelap di taksi menuju ke rumah mereka. Anaknya itu sempat suntuk mengetahui sang ayah sedang rapat di kantor, padahal dia sudah jauh-jauh datang. Tetapi, sebagai gantinya, Sienna mengajak Lula berbelanja agar perjalanan mereka tidak sia-sia dan agar Sienna dapat menenangkan hatinya.

Sayangnya itu hanya bersifat sementara. Di tengah kesunyian ini, rasa sesak itu kembali ada. Pandangannya langsung buram ditutupi air yang berdesakkan keluar hanya karena melihat sosok bernama Ita di video tersebut. Penampilan Ita lebih kasual, tak seperti yang Sienna lihat saat di Bogor. Tubuhnya dibungkus kemeja denim lengan panjang yang digulung sampai siku. Di video itu, Ita hanya dipoles make up tipis membuat wajah alaminya terlihat lebih jelas. Wajah itu … memiliki kemiripan yang baru disadari Sienna. Caranya bercerita, caranya tertawa, caranya menatap lawan bicara  juga mengingatkan Sienna pada seseorang.

Jeriko.

Gerak-gerik dan penampilan fisik Ita menunjukkan bahwa dirinya adalah versi perempuan dari Jeriko.

Sienna menggigit bibir, menahan isakan yang tertahan selama menyaksikan video itu. Podcaster mengenalkan Ita dengan nama Jaquetta Harsha terdengar amat asing, berbeda jauh dari yang disebut Renata di telepon.

🎥🎥🎥

"Oke, nama lo susah banget nih disebutnya boleh gue panggil Harsha?" keluh cowok pemilik konten podcast itu.

Ita tertawa, "Panggil Ita aja. Selama di Indonesia, aku ngenalin diri sebagai Ita."

"Nah, Ita. Enak disebut."

Pada menit-menit awal, Ita hanya menceritakan tentang kehidupannya di luar negeri. Seperti podcast pada umumnya, obrolan mereka kurang lebih berisi perbedaan budaya, culture shock, dan merembet ke makanan. Perempuan itu tinggal di Italia selama sepuluh tahun dan baru pulang ke Indonesia belum lama ini. Ita juga mengatakan kalau banyak yang berubah dari Jakarta.

"Apa sih yang bikin lo memutuskan buat tinggal jauh di Italia?"

Ita sempat diam beberapa saat, sebelum melanjutkan. "Karena dapet beasiswa S1 di sana."

"Hmmm, kalo S1 berarti sekitar empat tahun. Taro lah lima tahun karena kalo mahasiswa dari luar kan biasanya suka belajar bahasa negaranya dulu." Ita mengangguk-angguk. "Terus, selama ini lo ngapain setelah selesai studi? Nggak balik ke Indonesia?"

"Aku balik kok sebentar, buat ngurusin kewarganegaraan."

"Lo pindah kewarganegaraan?" pekik cowok dengan nama panggung Gio itu. Anggukan dari kepala Ita membuat matanya membulat kaget. "Jadi, sekarang gue lagi ngobrol sama orang Italia?"

"Hahaha, bisa jadi. Tapi, status kewarganegaraanku yang sekarang bukan berarti aku benci sama kewarganegaraan yang dulu, ya."

"Terus, kenapa lo pindah?"

"Hmmm dulu nggak kepikiran sampe pindah gini." Ita membasahi bibir, otaknya memilah kata yang pas untuk menceritakan kehidupannya. "Perlu aku jelasin kronologi dari awal?"

"Boleh, biar yang nonton nggak salah paham."

"Ini bener-bener klasik, sih. Waktu remaja, orang tuaku cerai. Aku ikut Mama, adikku ikut Papa. Pokoknya pas aku mau lulus SMA, Mama nikah lagi. Aku ngerasa … jadi nomor dua lah pokoknya." Senyum masam terpatri di wajah Ita. "Aku bingung, lulus SMA harus kuliah atau kerja. Kerja nggak punya skill, kuliah nggak punya uang. Long short story, aku coba daftar beasiswa ke luar negeri. Eh keterima."

"Jadi lo bisa kabur, gitu, ya?"

"Bisa ya, bisa nggak."

Kemudian keduanya tergelak.

ColourfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang